Traveling : Jakarta

24-Mar-14

Seperti resolusi tahun ini yang pernah ditulis, pokoknya aku bakalan lebih banyak traveling dan melihat dunia luar *ahzeg!*.

Untuk permulaan, mungkin nggak bakalan jauh-jauh dulu, dan dimulai dari : Jakarta :D

Rencana ngebolang ke Jakarta ini udah direncanakan sejak bulan lalu, dan berhubung masih banyak isu hujan lebat dan banjir di Jakarta, maka baru bisa kesampaian kemarin. Ngebolang ke Jakarta kemarin ditemani 2 temanku. Kenalkan dari sudut biru ada Oeng Siti Hodijah dari Finance and Accounting Departement melawan sudut merah yaitu Onye Usup Suparman dari Information and Technology Departement, sodara-sodara!

Bukan ngebolang namanya kalo pergi pake travel dan ditemenin guide, jadinya 3 bocah ini pun pergi pake kereta. Bukan kereta mewah nan eksekutif pulak, tapi kereta rakyat yang ongkosnya cuman 2500 perak ajah.

Dari stasiun keberangkatan, kita start jam 05.30 pagi (otomatis kudu bangun jam 4 pagi buat prepare dan dendong, cyiinn). Nyampe di Stasiun Jakarta Kota sekitar pukul 07.30. Perjalanan yang cukup menyenangkan (dan ngantuk tentunya), karena buatku jarang-jarang pergi keluar kota pake kereta merakyat seperti ini. Semua orang tumpah ruah disini, dari pengamen, tukang mainan, tukang lontong, tukang permen dengan suara "merdunya" sampe aki-aki modus yang duduk di sebelahku minta uang buat ongkos ato rokok-____-

Sampai di Stasiun Jakarta Kota, hal pertama yang kita cari adalah : TOILET. Karena emoh banget make toilet di dalam kereta yang you-know-why-lah. Di sela-sela kebelet nyari toilet, 3 bocah ini masiiii aja sempet-sempetnya narsis poto-poto di depan stasiun (narsis mah everywhere and anytime gituh).

Next destination is Kota Tua. Karena cukup dekat dari stasiun, hanya perlu jalan kaki sekitar 5 menit, kitapun langsung melesat ke sana. Karena kita datang terlalu pagi, suasana kota tua masih sepi, pedagang souvenir cuma seadanya, yang jualan makanan dan cafe-cafe sekitar pun masih sedikit, museum pun belum pada buka. Paling yang banyak itu para penyedia jasa penyewaan sepeda onthel plus atributnya. Ada juga bule-bule none-none belande yang bergerombol melihat-lihat sekitaran kota tua. Nggak ketinggalan juga para body painting yang berkostum ala jaman-jaman belande. Sayangnya, lagi-lagi karena kita datang kepagian, Museum Fatahilah yang jadi tujuan kita belum dibuka :(



e10cfc3327a0481739b8d19ab1b2aabf_dsc_0290



Puas berfoto ria di sekitar kota tua, tujuan berikutnya adalah Manga Dua. Ngapain? Sebenarnya ini rikues dari Mamang IT alias si Onye yang mau benerin lapie kesayangannya. Nggak masuk itungan traveling sih, tapi yah sudahlah, toh lumayan bisa ngadem di tempat service lapie dan numpang ke toilet gratis :D

Dari Kota Tua ke Mangga Dua ditempuh dengan angkot (waktu itu ongkosnya berapa ya? 1000 ribu bertiga gitu?)
Dari Mangga Dua kita pun beringsut ke Bunderan HI dengan menggunakan Busway. Horeeee, untuk pertama kalinya naik Busway!! *orang kampung, dijitak orang se-RT* Tujuan ke Bunderan HI adalah untuk mencoba City Tour yang udah sering diberitakan itu. Biaya Busway hanya 3500 perak sajah. Berhubung waktu itu shuttle busway Bunderan HI sedang dalam konstruksi karena proyek MRT, maka kita pun turun di shuttle Tosari. Dari Tosari kudu jalan sampai halte City Tour di Bunderan HI. Lumayan jauh sih, tapi karena 3 bocah ini udah kepalang excited pengen naik City Tour, rasa lelah, panas, penat dan pegel kaki pun tidak diindahkan.Setelah menunggu sekitar 20 menit-an, City Tour yang ditunggu-tunggu pun datang. Berhubung udah banyak penumpang lain yang menunggu, Bus 2 tingkat alias Double Decker itu jadi rebutan ibu-ibu, mbak-mbak, anak kecil sampe bapak-bapak.

Pengennya sih duduk di lantai 2 dan menikmati pemandangan sambil keliling-keliling ibukota yang dipandu dengan guide, tapi melihat situasi dan kondisi yang nampaknya nggak memungkinkan, kita bertiga pun mojok di lantai satu paling belakang.



f3b6b6b457064a0f047d5554bc39391f_dsc_0326



Rute City Tour mulai dari Bunderan HI, melewati beberapa gedung pemerintahan, patung-patung bersejarah, Monas, Istana Presiden, dan kembali lagi ke Bunderan HI. Maap, nggak begitu inget, karena bis nya adem plus ada guide yang mendongeng jadinya berasa dikelonin^^. Oiya, kalau kita mulai naik City Tour di Bunderan HI, maka akan berhenti lagi di tempat yang sama dan tidak bisa turun atau menaikkan penumpang di halte lainnya. Jadi, City Tour bukan ajang naik bus gratis yang bisa turun seenaknya, City Tour benar-benar wisata keliling Ibukota :)

Sebelum melanjutkan perjalanan, kita sempat mampir di Plaza Indonesia dan Shopping Town. Disitu sedikit cuci mata dan ngadem dari udara menyengat kota Jakarta. Oiya, nemu toko roti enak juga namanya Pan-Ya. Berhubung belum pada makan siang, 3 bolang ini pun ngeboyong beberapa roti yang dimakan bersama di kursi-kursi pinggir jalan sambil memandangi jalan dan mobil yang lalu lalang di sekitaran Bunderan HI.Destinasi selanjutnya, yaitu : MONAS (iyeiye, orang kampung belom pernah masuk ke Monas, cuman lewat depannya doank). Dari Bunderan HI ke Monas itu amat sangat nanggung, pemirsah. Pake Kopaja, nggak ada yang lewat meski udah nunggu puluhan menit, pake Busway harus ke halte Sarinah atau balik lagi ke Tosari (karena halte Bunderan HI sedang underconstruction), jalan kaki lumayan bikin betis pecah. Akhirnya setelah bergalau ria dan rapat mendadak bareng Ibu-Bapak baik hati yang kebetulan ada di halte, kita pun memutuskan NAIK TAKSI.

Dari halte Bunderan HI menuju Monas pake taksi ternyata cuma 12 ribu sajah. Tau gini kenapa nggak dari tadi aja coba?! Pake acara galau segala, bukannya cepet-cepet move on #eeaakk.

Setelah sampai monas (nggak lupa poto-poto donkk), ternyata si Onye emoh diajak masuk ke Monas. Katanya, "Kayak orang kampung ah. Lagian liat antriannya, Setdah! Males guwee". Nggak mau kalah, dua bocah lainnya menyeret sang Onye supaya mau masuk Monas. Di tengah perjalanan, tiba-tiba terdengar suara dari pengeras suara Monas yang berkata, "Mohon maaf, penjualan tiket masuk Monas telah ditutup."

Onye : *bersorak-sorak kegirangan sambil lompat-lompat di pohon makan pisang*
2 bocah lainnya : *nangis di pancuran*

Kuciwa karena nggak bisa masuk monas, 3 orang bolang ini pun mulai kelaparan. Setelah sempat mengistirahatkan kaki di taman sekitaran Monas, kita pun menuju Masjid Istiqlal (karena belom pada sholat) sambil cari makan. Di sekitar pintu gerbang Monas, tampaklah sebuah tenda makan yang menyediakan ayam goreng dan kawan-kawannya. Bagikan nggak nemu makanan 3 hari 3 malam (padahal tadi udah abis lontong sayur, McD, sama roti), 3 bocah-bocah ini menyerbu masuk tenda dengan semangat menggebu-gebu.

Beberapa menit berselang, pesanan ayam goreng, nasi putih plus lalap dan sambel pun terhidang dengan cantiknya di atas meja. Namun beberapa menit kemudian hidangan itu sudah tidak cantik lagi, karena ludes dilahap 3 bocah kelaparan yang hanya menyisakan tulang belulang. Satu hal yang perlu diperhatikan, makanan di Jakarte itu muahaall ya. Mungkin terbiasa jajan kuliner di Bandung, makanan di Jakarta bisa 2 hingga 3 kali lipat harga Bandung *menangisi isi dompet*.

Perut terisi, waktunya bersyukur kepada Yang Maha Kuasa atas segala nikmat-Nya. Masjid Istiqlal yang tidak jauh dari Monas pun jadi tujuan berikutnya. Karena aku lagi halangan, jadinya cuman nganter temenku aja. Masjid megah dan luas memang keren dan Subhanallah, tapi saking luasnya sampe kebingungan nyari tempat wudhu dan bikin kaki yang udah bengkak ini makin pegel nggak karuan T.T

Sebetulnya habis dari Masjid Istiqlal, kita (tepatnya kaum perempuan) pengen ke Ragusa. Itutuh es krim Italia yang terkenal itu. Cek tempat di Foursquare, sebetulnya udah lumayan deket, tapi mengingat kita harus pulang dengan kereta jam 18.20, sedangkan waktu itu sudah menunjukkan pukul 17.00, akhirnya Ragusa pun tinggal kenangan *nangis guling-guling*. Padahal, sejak awal traveling, tujuan utama ke Jakarta itu adalah Ragusa, pemirsah. Tapi apa daya, maybe next time.Perjalanan pun dilanjutkan dengan kembali menuju Stasiun Jakarta Kota menggunakan Busway. Mungkin karena hari udah sore, penumpang pun jadi bejibun dan kita harus berdesak-desakan rebutan demi bisa sampai tujuan. Udah kepalang tanggung muka dekil, lecek dan bau keringet seluruh badan, kita nggak peduli dandanan jadi acak-kadut akibat berdesak-desakan di Busway.

Begitu sampai di Stasiun Jakarta Kota, kita langsung membeli tiket pulang. Tentunya tiket kereta rakyat seharga 2500 rupiah sajah :D Sambil menunggu kedatangan kereta, 3 bocah ini nampaknya mulai kelaparan lagi. Mampirlah kita ke Seven Eleven buat beli ganjel pintu perut dan cemilan di kereta nanti.

Sekitar pukul 18.30, kereta pun datang dan 3 bolang ini hampir menyelesaikan petualangannya di Ibukota. Perjalanan pulang memakan waktu sekitar 2 jam, dan waktu yang tepat untuk beristirahat. Sayangnya, kereta yang kita tumpangi listriknya mati beberapa kali, sehingga AC pun mati dan berasa di sauna, yang menjadikan kita nggak bisa tidur nyenyak. Yah, wayahna weh, tiket 2500 perak sih ya :)

Berbeda dengan saat keberangkatan yang begitu excited dan menjadikan perjalan penuh obrolan seru, perjalanan pulang ini terasa lebih sepi. Karena 3 bocah ini sudah kehabisan tenaga dan cukup lelah untuk berbagi cerita. Meski lelah, namun banyak momen tidak terlupakan selama perjalanan 14 jam lebih ini :D

Pukul 20.00 kita tiba di Stasiun Klari-Karawang dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun. Alhamdulillah, perjalanan kali ini berjalan dengan lancar.


243ba9173bd7e49a184c67565c92eb10_dsc_0258


So, Where are we going next?(Foto-foto lainnya bisa dilihat di sini)




No comments:

Post a Comment

Nomikai

N omikai dalam bahasa Jepang secara harafiah berarti Drinking Party.  Biasanya diadakan di lingkungan kerja, kuliah, circle/club/community ...