[Life in Japan] : bikin KTP dan beli handphone

Setelah tiba di Jepang dan mendapatkan Residence Card atau biasa disebut zairyu kaado (在留カード), sebagai orang asing yang mendapatkan ijin tinggal/visa setahun atau lebih, kita harus segera melapor ke balaikota setempat yang disini biasa disebut shiyakusho (市役所).

Residence Card yang didapatkan di imigrasi bandara saat memasuki Jepang, bagian belakangnya masih belum tercantum alamat tempat tinggal, jadi harus ke balaikota untuk mencetak alamat tempat tinggal kita sekarang.

Saat ini tempat tinggalku berada di area Tokyo tepatnya Chofu-shi, jadinya di pagi itu aku ditemani Branch Manager sekaligus perwakilan orang Jepang, pergi menuju Balaikota Chofu.
Karena masih pagi, nggak begitu banyak warga yang datang hari itu.
Dari pintu masuk, kami disambut dengan ramah oleh petugas wanita dan diberikan penjelasan cara apply Residence Card untuk mendapatkan alamat tempat tinggal yang akan dicantumkan di kartu tersebut.

Setelah cek passport dan Residence Card, aku diminta menunggu hingga nomor antrianku dipanggil.
Selang 5 menit kemudian, nomor antrianku dipanggil dan aku langsung menuju loket.
Disitu aku diminta mengisi beberapa form yang mencantumkan nama, tanggal lahir, alamat saat ini dan beberapa keterangan dasar lainnya.
Setelah mbak-mbak petugasnya memeriksa form yang kuisi dan dirasa nggak ada yang kelewat, dia pun meminta aku kembali ke ruang tunggu karena pencetakan alamat di Residence Card akan memakan waktu beberapa lama.

15 menit kemudian, petugas memanggil nomor antrianku yang tandanya Residence Card-ku sudah selesai diproses. Hanya dengan biaya administrasi sebesar 200 yen (sekitar 24 ribu rupiah), woilaaaa Residence Card sebagai tanda pengenalku sudah jadi.

Setelah Residence Card jadi, rupanya masih ada satu prosedur yang harus dilakukan.
Yaitu daftar asuransi atau mungkin kalau disini namanya BPJS, karena asuransi ini dikelola langsung oleh pemerintah dan warga yang belum mendaftar asuransi di manapun wajib fardu'ain punya asuransi pemerintah ini.

Setelah beberapa form diisi dan diberikan penjelasan oleh petugas yang lagi-lagi amat sangat ramah dan helpful, asuransi pun beres.
Biaya polis asuransi sebesar 6700 Yen (atau sekitar 804 ribu rupiah), administrasinya sendiri sama seperti Residence Card yaitu 200 Yen.
Tapi, karena ke depannya aku bakalan pakai asuransi kantor, jadinya ketika proses pengurusan asuransi kantor nanti sudah jadi, aku boleh meng-cancel asuransi pemerintah ini.
Hanya saja pastikan harus datang lagi ke balaikota buat batalin asuransi sebelum jatuh tempo, karena kalau nggak, nanti bakal datang tagihannya 😖.

Cepat, mudah, dan praktis.
Nggak perlu ribet dengan birokrasi yang berbeli-belit dan bikin urat pusing.
Hanya memakan waktu kurang dari 30 menit, semua beres dan bisa hidup tenang bersama warga Jepang lainnya.
Nggak ada mbak-mbak judes yang ngejelasin prosedur asal-asalan supaya cepet selesai.
Nggak usah pakai calo ini-itu yang makan biaya sampai ratusan ribu plus biaya pritilan lainnya yang nggak jelas.

Well,
kita tinggalkan balaikota, selanjutnya menuju toko hape buat beli hape
*yaiyalah, masa beli kawat*.

Karena hari udah agak siang, dan Branch Manager yang bertugas nganterin plus mendamping aku kesana kemari ngurusin administrasi ada perlu, beli hapenya ditunda dulu sampai besok.

Besoknya, kami berdua pergi menuju toko handphone.
Pengalaman pertama kali beli handphone di Jepang memberikan kesan tersendiri buatku.

Pertama-tama, handphone di Jepang nggak dijual bebas begitu saja seperti di Indonesia yang bisa ditemukan di mall bahkan counter kecil di pinggir jalan.
Di Jepang, handphone dijual melalui provider bersangkutan.
Jadi, sebelum pilih pengen punya handphone yang mana, kita sebelumnya dibuat galau dulu mau pilih provider yang mana.

Karena hape-nya dibeliin sama perusahaan dan mereka kebetulan pakai provider AU, jadi aku pun ngikut aja ketika dipilihin provider AU.
*lagian Arashi pernah jadi bintang iklan AU, yaa aku sih seneng-seneng aja*



Begitu tiba di toko resmi AU *kebetulan dapet antrian pertama*, petugas yang ramah banget langsung memandu kami.
Karena aku mau beli handphone baru, pertama-tama dia nawarin android Sony Xperia *aaak, mauuuu*. Hape yang ditawarin nggak tanggung-tanggung yaitu Sony Xperia XZs seharga 85.000 Yen (atau di Indonesia sekitar 9.5 juta).
Yaaa, kalo kantorku berbaik hati mau kasih sih gapapa...haha.
Tapi karena dirasa kemahalan, apalagi cuma buat staff biasa kayak aku *da aku mah apa atuh....*, si Bos minta merk Xperia yang harganya dibawah type XZs.

Entah si mas-mas penjualnya bohong supaya type XZs-nya laku, atau apalah itu, dia bilang kalo sekarang yang ready stock cuma tinggal type XZs aja, sist.
*ganti ke merk iPhone  6 juga gapapa keleuuus, Bos!*
*dikepret*
Akhirnya, pilihan jatuh ke merk lokal yaitu Kyocera QUA Phone yang dibanderol seharga 35,000 Yen (atau sekitar 4,2 juta rupiah). Meski harganya cuma setengahnya dari si Xperia kece tadi, tapi dari segi function dan tampilan boleh juga sih 👍
Pilihan pun akhirnya jatuh ke QUA phone warna putih yang lumayan unyu.

Come to mama, baby!!!

Awalnya kupikir beli hape di Jepang hampir sama dengan di Indo, yaitu pilih hape yang dipengenin, beli nomor, pilih paket data, masukin sim card plus SD card (kalau ada) dan bawa pulang deh hape barunya.

Ternyata tidak pemirsah!

Beli hape di Jepang dengan sistem nyicil dan planning.
Pertama, harga handphone-nya doank akan dibagi selama berapa kali kita nyicil.
Misalnya kita pilih dua tahun, berarti sekali bayar angsuran sekitar 850 yen (atau 100 ribuan/bulan), setelah itu kita harus pilih plan atau kurang lebih paket nelpon, sms dan abodemen.

Ada yang super yaitu free nelpon kapanpun dan berapa lamapun, tapi cencunya mihiiil.
Ada yang paket hemat, yaitu free nelpon 5 menit pertama kapanpun, tapi setelahnya berbayar.
Ada juga paket supeeer hemat alias paket miskin, yaitu cukup bayar abodemen dan biaya SMS, tapi biaya telepon dihitung perdetik atau permenit gitu *lupa akika*.

Karena dirasa jarang nelpon, tapi tetep butuh nelpon sedikit-sedikit, so aku dipilihin sama si bos yang paket hemat. Kalau nggak salah biayanya sekitar 1200 Yen (sekitar 240ribu rupiah) perbulan.

Setelah itu, kita harus pilih paket data yang digunakan.
Ada yang mulai dari 2 GB sampai 20GB unlimited.
Karena dirasa bakalan lebih sering pakai internet ketimbang nelpon, so aku minta yang 20GB. 
*sekalian buat donlot....muahahaaaa*
Harganya kalo nggak salah sekitar 2700 yen (sekitar 324ribu rupiah) perbulan.

Beres?
Belum, sayang.
Setelah paket atau plan dipilih, kita harus mengikat kontrak dengan si provider. 
Karena tadi pilihnya 2 tahun, berarti selama dua tahun seluruh biaya di atas *kalo dijumlah jamleh sekitar 4750 Yen atau 570ribu rupiah* wajib dibayarkan perbulannya.
Pokonya beli hape disini udah kayak mau nyicil motor deh 😆😆😆

Padahal hapenya murah, cicilannya juga cuma 850 Yen perbulan, tapi biaya paket data sama nelponya yaowlooooo mihil bok!
*gusur perusahaan provider pake buldoser*
Jadi, kalo kalian ngeliat banyak orang Jepang pada pake iPhone 6 atau 7, jangan langsung takjub, karena mereka nggak beli cash langsung ngasih 10jeti, tapi dicicil perbulan cyiiin.

Trus, udah beres?
Belum, cintah!

Rupanya hape yang dibeli beneran CUMA HAPE doank.
Iya, hapenya aja.
Charger kudu beli terpisah seharga 1300 Yen (sekitar 156 ribu rupiah), kabel data, anti gores bahkan earphone pun NGGAK ADA.
Kardus isinya cuma hape sama manual book.
Set dah! Jepang udah mah mahal, kopet amat yak!

Padahal berharap banget dapet earphone baru yang ada mic-nya, secara earphone gue yang sekarang udah agak buluk dan nggak ada mic-nya 😢😢😢
Oiya, SD card-nya dijual terpisah.
Harganya pun nggak main-main.
SD card dengan kapasitas terkecil yang tersedia yaitu 32GB dibanderol seharga 12,000 Yen (sekitar 1,4 juta rupiah).
*PINGSAN*
 Bahkan untuk yang kapasitasnya paling gede yaitu 128GB, harganya 30,000 Yen (sekitar 3,6 juta rupiah).
*buru-buru ngerampok bank*
Dan semua itu lagi-lagi masuk ke biaya cicilan hape, jadi dicicil sesuai kontrak selama dua tahun.

Nah, sekarang udah beres kan kakak?
BELUUUM!


Setelah semua biaya dibayarkan dan kontrak ditandatangani kedua belah pihak, harus ada pemeriksaan atau sejenis audit.
Apa yang diperiksa aku kurang nyimak waktu itu, karena udah mulai bosen dan ngantuk.
Jadi iya iya aja lah supaya cepet selesai.
Kalo nggak salah nyimak sih, mungkin sejenis pemeriksaan kontrak, data diri dan QC check buat hape yang kita beli. Yaaa sapa tau hapenya ternyata nggak ada tombol Home-nya, kan berabe 😱

Pemeriksaan ini akan memakan waktu 30 menit sampai dua jam.
Tergantung lancar atau nggaknya pemeriksaan.
Daripada nunggu gaje, si bos memilih buat keluar sambil mampir dulu ke bank sebentar.
Sedangkan aku, karena di luar hujan dan lupa bawa payung, jadinya mau nggak mau nunggu gaje di toko hape.

Untungnya pemeriksaan ternyata nggak makan waktu lama.
45 menit kemudian, semua prosedur selesai dan si hape bisa dibawa pulang trus langsung dipake.

Prosedur beli hape baru di Jepang, mulai dari masuk ke toko jam 10:00 teng, hingga keluar memboyong hape baru sekitar jam 13:00, berarti total memakan waktu 3 jam.
Beli hape aja 3 jam?!!

Di Indonesia, yang penting bawa duit atau kartu kredit, pilih hape, nomer sih masih ada nomer yang lama, atau beli nomer baru juga tinggal pilih, trus pulang.
Palingan nggak nyampe 20 menit.

AMAJING yah^^

Pantesan, si bos keukeuh pengen dateng ke toko hape pagi-pagi dan ngincer antrian paling pertama. Karena kalo udah banyak yang ngantri, pasti bakalan lebih lama lagi.

Well,
Jepang dengan segala keribetan dan keunikannya, tetep bikin aku suka dan ingin terus ngulik negara satu ini 😃

Nanti cerita-cerita lagi ya.

 
 


[Life in Japan] : Perbedaan bioskop Jepang dan Indonesia

Minggu lalu, akhirnya aku berkesempatan pergi ke bioskop di Jepang buat nonton Bang Cobra di film High and Low The Movie 2 : End of Sky.
Pengalaman pertama nonton di bioskop Jepang memiliki kesan tersendiri dan tentunya punya beberapa perbedaan kalau dibandingkan dengan bioskop di Indonesia.



Yang pertama,
bioskop di Jepang tiketnya MAHAL.
*ini faktor utama yang paling beda....haha*
Kalo di Indo, satu tiket regular berkisar antara 35 ribu sampai 60 ribu, tergantung hari biasa atau hari libur.
Tapi di Jepang, harga satu tiket regular bisa mencapai 1800 yen atau sekitar 216ribu rupiah!
*langsung jatuh miskin*

Padahal dengan harga tiket segitu di Indonesia, bisa pesen di velvet area, itutuuuh yang nontonnya pake tempat tidur, dan untuk berdua pulak.
Padahal bioskopnya sih yaa sama aja kayak di Indo.
Screen gede, tempat duduk seperti kebanyakan di teater bioskop, udah deh.

Makanya kalo nggak kepengen-kepengen banget ya mending simpen aja uangnya buat yang lain.
Haha.

Yang kedua,
bioskop Jepang selalu penuh, terutama untuk film yang lagi HEITZ.
Memang sih, di Indonesia juga kalo filmnya lagi hit pasti penuh.
Tapi bioskop Jepang tuh penuhnya ya BENERAN PENUH. Nggak ada satupun kursi yang tersisa.
Bioskop Indo kan sepenuh-penuhnya pasti ada nyisa beberapa kursi, terutama yang paling depan dan paling deket screen, karena kebanyakan orang pasti milih nonton ntar aja daripada kudu pegel leher saat kebagian di deket screen dan nonton sambil menengadah.

Kalo pas nonton di bioskop Indo biasanya kursi yang terisi cuma 3 biji, sebaliknya di bioskop Jepang kursi yang tersisa cuma 3 biji 😁

Di Jepang, kursi paling depan tetep aja terisi.
Bahkan aku pun dapetnya kursi jajaran ke-3 dari screen.
*habis nonton langsung kram leher*

Nampaknya orang Jepang antusias banget nonton bioskop.
Oiya, karena aku belum pernah nonton yang film hollywood, jadi nggak tahu apakah film Hollywood juga sepenuh itu atau nggak.

Yang ketiga,
ketika film belum mulai dan screen masih menayangkan iklan atau trailer film lain, suasana di dalam bioskop RAME dan BERISIK.
Kebanyakan pada ngobrol, curcol, atau ketawa-ketiwi sambil ngomongin orang.
Tapi, begitu lampu teater dimatikan dan film mulai, semua langsung hening serempak. Nggak ada satupun yang ngobrol atau berisik.
Dua orang anak SMA di sebelahku yang tadinya berisiiiik banget pun langsung diem seribu bahasa dan menikmati film.
Yah, paling ketika tokoh kesayangannya muncul, mereka cekikikan atau berbisik bilang ke temennya, "si abang Takahiro ganteng say!" atau "Gila! Omi kereeen". Trus diem dan menikmati kembali filmnya.

Daaan, yang paling HEBADH adalah nggak ada satupun yang main hape yang cahayanya bikin silau orang di depannya.
Daaan, nggak ada orang kampret yang kakinya suka mbadug-badugin *ini apa sih bahasa yang pasnya* atau nendang-nendang apalagi angkat kaki ke kursi depannya dia.
Kalo nonton di Indo, dua hal ini yang sering bikin gue ketzel dan pengen noyor si orang bersangkutan. Tapi ketika kemaren nonton di Jepang, selama film berlangsung semua aman dan damai.
*padahal bioskopnya penuh sesak begitu*

Yang keempat,
begitu film selesai diputar dan muncul credit tittle, biasanya pihak bioskop nyalain lampu dan kita langsung ngbrit keluar kan? *kecuali kalo ada tambahan scene setelah credit tittle abis, apasih namanya gue lupa*.
Tapi, di biokop Jepang, meski credit tittle udah muncul, bioskop masih gelap gulita dan nggak ada satupun penonton yang keluar *meski mungkin ada yang udah kebelet pengen pipis*
Hingga film benar-benar habis, pokoknya sampai credit tittlenya abis, baru deh penonton keluar dengan tertib.

In my sotoy opinion, mungkin mereka melakukan itu untuk menghormati para crew film kali ya. Karena film yang mereka tonton tadi nggak akan bisa jadi film sebagus itu tanpa usaha dan jerih payah para crew film #TSAH!

Yang kelima,
begitu film selesai diputar dan semua penonton keluar, seisi bioskop masih BERSIH sama seperti saat film baru mulai.
Kalo di bioskop Indo, begitu mau keluar dan ngelewatin kursi-kursi bioskop, pasti adaaaaa aja sampah botol minuman, cemilan, bungkus cilok, bahkan popcorn yang berserakan di kursi atau di lantai *gue suka heran sama yang satu ini, makan popcorn-nya sambil kayang gitu ya? bisa amburadul ampe kursi dan lantai gitu*.

Beneran bersih.
Semua sampah dibawa masing-masing penonton keluar, karena diluar deket pintu sudah disediakan tempat sampah.

Yang terakhir,
sedikit intermezo aja, sebelum kita memasuki bioskop, biasanya sambil nyerahin tiket masuk ke petugas, dia akan merobek tiket kita dan ngasih satu booklet kecil berisi informasi singkat tentang film yang akan ditonton plus beberapa foto aktor atau artisnya.
Karena film yang kutonton adalah High and Low, di booklet itu pun terpampang dengan gantengnya foto mas-mas idola akika.
Sayangnya, tokoh kesukaanku si Bang Cobra nggak nampang *nampaknya ada beberapa versi bookletnya dan aku kebagian yang nggak ada Bang Cobra-nya #NANGISDARAH*.

 [Bang Cobra, senyum dikiiiiit napa? Sepanjang film cemberut mulu nih....]


Well, meski terhitung mahal untuk sebuah tiket bioskop, tapi karena filmnya keren, penontonnya tertib dan bersih, worth it lah buatku segitu mah.
Yang penting bisa nonton aktor kesayangan, menikmati film dengan tenang dan nyaman, plus tentunya nggak keluar bioskop dengan kesel sambil menggerutu karena ada penonton kampret di belakang yang suka nendang-nendang kursi atau penonton sebelah yang suka naikkin kaki ke atas kursi dan kakiknya BAU.

Karena bioskop terdekat ada di Shinjuku, yang notabene-nya agak jauh dari tempat tinggalku sekarang *harus naik bis sekali dan kereta*, mungkin nggak bisa sering-sering ke bioskop.
Lagian mahal book! Belom gajiaaan.
Haha.

Meski di Indo penontonnya masih ada yang belum tertib dan seenaknya, tapi aku suka kok nonton bioskop, dimanapun itu.
Next, mari kita tunggu film aa Jun bulan depan! 💜😍





[Slice of life] : Welcome to Tokyo!

Karena bingung cari judul posting, akhirnya yang kepikiran malah judul lagu Sandaime JSB yang terus terngiang-ngiang semenjak menginjakkan kaki di Tokyo dua hari lalu.
Dan lagi, memang pas banget sama feel-nya 😃

Well,
Selamat pagi!

Sudah dua hari sejak aku tiba di Tokyo Jumat pagi lalu.
Dan ini hari ketiga, hari Minggu, yang biasanya pagi-pagi disuguhi Doraemon jam 8, tapi rupanya di Jepang jam segitu kepagian buat Dora-chan, jadi masih pules tidur #naonsih

Alhamdulillah perjalanan dari Jakarta - Haneda Tokyo lancar dan tiba dengan selamat.
Meski malamnya mamaku nampak berkaca-kaca waktu melepas kepergian anak perempuan satu-satunya ini buat merantau ke negeri orang.
Mama yang biasanya kuat dan nggak pernah memperlihatkan air matanya di depan anak-anaknya, malam itu luluh.
😭😭😭 #lapingus

Anyway,
Jumat pagi, pesawat mendarat di Haneda Airport, untungnya ada orang kantor yang jemput, yang nantinya dia juga bakalan jadi temen kantor yang sama-sama merantau dari Indonesia ke Jepang.
Alhamdulillah orangnya baik banget, meskipun awalnya aku sempet khawatir takut kalo-kalo rekan kerja yang baru gimanaaaa gitu. Haha.
Tapi temen baruku ini beneran baik 😌

Karena hari pertama cuma diisi istirahat, guling-guling di office baru dan kenalan, maka mari kita skip aja.
Oiya, karena masih dalam rangka mencari apartemen buat tempat tinggal, jadi untuk sementara aku tinggal di office bareng temen baruku juga (karena beliaw pun sama-sama masih cari apartemen).
Beruntung, di office ada kamar tidur plus futon (kasur lipat ala Jepang), kamar mandi, dapur, lengkap sama kulkasnya. Jadi udah berasa kosan sendiri.
Dan yang paling penting, disini wi-fi nya kuenceeeeng pemirsah!
Tau gitu, tinggal di office seterusnya juga nggak apa-apa lah *diusir sama bos*

Hari berikutnya, kami LIBUR!
Yeaaay! Apalagi branch manager sekaligus bos baru lagi dinas luar ke Hokkaido sampi hari Minggu.
*guling-guling lagi di office*

Daripada bengong, akhirnya aku putuskan buat ngebolang ke kota!
Meski area kerjaku di Tokyo, tapi Tokyo-nya pinggiran jadi nggak terlalu rame *but I love it so much! Nggak banyak orang dan sepiiiii. You know me so well laah #baladaintrovertakut*

Karena ada film yang pengen kutonton, apalagi kalo bukan film-nya Bang Cobra a.ka Iwata Takanori yaitu HIGH & LOW THE MOVIE 2 : End of Sky, akupun langsung searching bioskop terdekat, dan woilaaaa ada di Shinjuku.

Karena hape masih pake hape Indonesia yang cuma bisa mengandalkan wi-fi gratisan, soo dengan info seadanya, akupun meluncur menuju Shinjuku.
Untungnya dari office, yaitu area Chofu, menuju Shinjuku cukup dengan naik bis satu kali lalu lanjut kereta ekspres dan langsung menuju Shinjuku Station.

Dari info yang kudapat di internet, bioskop yang aku cari nggak jauh dari Shinjuku Station. Cukup keluar dari East Exit, lalu jalan 1 menit aja.
Iya, kalo bisa nemu East Exit-nya.
Masalahnya, begitu keluar dari kereta, yang ada di hadapanku adalah Central Exit dan North Exit.
East-nya ada dimanaaa?
Bocah tukang nyasar kayak aku pasti butuh berjam-jam buat nyari pintu keluar doank #LEBAY

 [Shinjuku di pagi hari masih belum terlalu rame, mulai siang sampai malam nanti jumlah orang bisa bertambah sampai 5 kali lipat!!! Apalagi malam minggu kayak gini...hoho]

Akhirnya, karena East Exit yang dicari nggak dapet, dan aku mulai pegel muter-muter kesana-kemari *padahal udah nanya ke pegawai stasiun, tapi tetep aja nyasar..haha*, akhirnya si bolang ini pun nekad dengan tetep keluar dari Central Exit.
Ah, paling nggak beda jauh mau keluar dari pintu yang mana aja, begitu in my sotoy opinion.

Tapi saya salah besar pemirsa!
Dari pintu keluar stasiun, bioskop yang dicari nggak ketemu juga.
Bukannya jalan 1 menit menuju bioskop yang dituju seperti petunjuk di internet, yang ada muter-muter selama 1 jam karena bioskop yang dicari nggak ketemu juga!

Ketika udah hampir nyerah, tetiba mata ini tertuju ke salah satu bioskop di depan stasiun.
Btw, bioskop yang kucari adalah Shinjuku Picadelly, tapi yang ketemu malah Shinjuku Wald 9.
Hmmm, mungkin di bioskop itu film yang aku cari juga ada. Pan biasanya juga gitu kalo di Indonesia, bioskop manapun filmnya nggak bakalan beda jauh.
Lagi-lagi in my sotoy opinion.

Begitu masuk bioskop, owalaah ternyata filmnya nggak tayang di situ.
Meskipun kuciwa karena film yang dicari nggak ada, tapi sedikit terhibur ketika nemu ini terpajang dengan manisnya di bioskop.

 [Ini bocah mau nyoba-nyoba jadi chef nih yee]



[Masih galo apakah mau nonton ini atau nggak, 
karena saya kudu nyiapin hati buat nontonnya #AHELAH]


Sebelum keluar dari bioskop dan nyari bioskop yang jadi tujuan semula, rupanya aku kudu ke toilet karena dari tadi udah nahan pipis sejak di stasiun.
Setelah menyelesaikan panggilan alam, aku pun ngesot menuju keluar bioskop.

15 menit kemudian, aku baru sadar kalo hape ketinggalan di toilet bioskop. Dengan sedikit panik, balik lagi ke toilet dan nyari-nyari hape.
Tapi si hape udah nggak ada di tempat terakhir aku nyimpen.
Anehnya, aku nggak ketakutan. Kenapa? Karena, hey! Ini Jepang!
Yang katanya kalo kita kehilangan barang pasti kembali.

Dengan berbekal kepercayaan itulah, aku menuju informasi dan menanyakan soal hapeku yang ketinggalan di toilet.
"Oh, hape yang warna ungu kan? Ada kok. Barusan ada pengunjung yang menyerahkan ini pada kami. Silakan." jawab petugas bioskop sambil tersenyum ramah.
Cukup tanda tangan di sebuah form khusus barang kehilangan, si ungu kesayangan pun kembali.

Anjaaayy, hebat ya.
Bukannya underestimate ya, tapi kalo di Indo mungkin udah raib (tergantung amal-amalan, katanya sih) atau paling dibilangin gini sama petugasnya, "mungkin belom rejeki, Neng".
Kata temenkku...haha.

Atau mungkin karena hape-ku udah buluk, jadinya nggak ada yang mau. 
#HUSH!

Setelah hape ditangan, masih ada misi yang harus dilanjutkan, jendral!
Nyari bioskop!
Duuh, coba kalo ada Gojek, tinggak ketik tujuan dan woilaaa dianter sampe depan pintu deh.
*kebiasaan orang Indonesia males jalan dan nggak mau ribet begini yee*
Apalagi nggak ada internet, mau buka navigasi pun nggak bisa *maklum, fakir wi-fi*
Karena udah puyenghai, akhirnya si bolang nyasar pun nyerah dan ngesot menuju Tourist Information yang kebetulan ada di depan mata.
*kenapa kagak dari tadi sih nanya ke situ, Mbake? Sok-sokan nyari sendiri lagi!*

Setelah dijelaskan oleh petugas yang ramah banget dan dikasih peta *buset, gue kan nggak bisa baca peta!*, dengan tenaga baru dan kepercayaan diri setingkat dewa, si bolang pun berjalan tegap menuju bioskop yang dicari.

 [nyasar ampe ke area Kabukichou *tempat yang tekenal banyak hostesnya*, jadinya nemu yang begini di jalan.]



[ada festival jajanan serba pedas juga, tapi nggak berani masuk karena lewat di depannya aja udah bikin idung gue nggak karuan]


Terus, ketemu?
NGGAK.
Nyasar lagi kakakkk *emang dasarnya buta arah mah susah sih*
Setelah nanya berkali-kali, akhirnya bioskop yang dicari pun ketemu *potong tumpeng*
Padahal bioskopnya deket lho dari stasiun, tapi emang dasar Shinjuku itu kelewat rame dan buanyaaak orang, jadinya nggak heran kalo nyasar juga #ALIBI

Tanpa ba bi bu, aku langsung menuju loket tiket.
Tadinya sih ngincer film yang tayang jam 13:00, supaya bisa pulang agak sorean.
Tapi owalaaah, udah penuh. Adanya cuma jam 18:40, itupun tinggal tiga kursi.
Set dah! Seumur-umur nonton bioskop di Indonesia, nggak pernah penuh gini, ampe nyisa 3 kursi doank.
Yang ada justru sebaliknya, cuma 3 kursi yang udah terisi. Haha.

Setelah bergalau ria, akhirnya kuputuskan buat tetep nonton yang jam 18:40.
Itu artinya mau nggak mau kudu pulang malem.
Lagian, kalaupun cancel, kapan lagi bisa kesini? Trus takutnya ntar kalopun bisa balik lagi, filmnya udah nggak tayang.
Daripada nangis darah dan nyesel tujuh turunan, ya mending pulang malem aja.

 [perjuangan banget deh dapetin ini tiket. Demi Bang Cobra!!!]


Setelah tiket didapat, waktunya nyari wi-fi gratisan!
Haha.
Maklum, dari pagi belom update.
Jangan sampe ratu gosip ketinggalan berita terbaru dari lambe turah #HALAH
Nggak ding!
Lagian, aku kudu ngasih kabar ke temenku kalo bakal pulang malem, karena tadi awalnya aku bilang pulang jam 5 sore.

Jepang nggak kayak Indonesia yang amat sangat murah hati dalam membagikan wi-fi gratis di setiap toko atau restoran.
Kecuali di bandara atau stasiun besar, wi-fi gratis suseeeeeh banget.
Untungnya ada satu cafe yang PASTI punya wi-fi gratis. Apalagi kalo bukan STARBAK 😎
Langsung deh cuss sambil sekalian ngopi dan istirahat dulu *elus-elus betis*

Ternyata memang bener ya, kopi Indonesia itu numero uno dan nggak tertandingi rasanya.
Meski sama-sama di starbak, tapi entah kenapa rasanya lebih enak starbak di Indonesia. Rasa kopi di sini tipis gimanaaa gitu. Sedangkan di Indonesia, wuiiih kental dan mantabh, Sob!
Harganya pun lebih mahal yang di Jepang 😑

Karena hari udah semakin siang, itu artinya udah masuk waktu dzuhur dan kudu nyari tempat sholat. Untungnya, di sekitaran Shinjuku, tepatnya di Takashimaya Dept. Store disediakan prayer room.
Weew, Jepang makin friendly muslim ya😊
Prayer roomnya kecil sih, tapi bersih banget.
Di dalamnya ada satu ruangan sholat plus sudah ada tempat wudhu dan penunjuk kiblat di dalamnya. Shaf cowok dan cewek hanya dipisah dengan partisi portable, jadi tinggal tarik atau geser aja partisinya kalau mau pisahin antara shaf cowok dan cewek.
Oiya, kalau mau pakai prayer room, jangan lupa tekan interkom yang ada di samping pintu masuk, nanti akan ada staff dept. store yang bukain pintu secara otomatis.
Kalau nggak pijit interkom-nya, pintu nggak akan terbuka meski kalian nunggu ampe lebaran taun depan.

Setelah kewajiban selesai dilaksanakan, nampaknya mata mulai berat nih.
Apalagi dari pagi jalan melulu nyari bioskop, perut udah kenyang diisi egg sandwich sama 8 biji takoyaki yang guede dan endeuuus pas makan siang tadi, yowes lah pules aku di prayer room.
Untungnya lagi nggak ada pengunjung lain yang pakai, jadinya bisa sekalian istrahat sambil nunggu waktu ashar.

 [takoyaki-nya endeuuus!!! gede-gede pulak!]



Sekitar jam 16:00, aku meninggalkan prayer room.
Karena masih ada dua jam sebelum film dimulai, jalan-jalan dulu deh di sekitaran Takashimaya Dept. Store.
Tadinya mau jalan-jalan sekitaran Shinjuku, tapi berhubung lagi panas-panasnya (suhunya sama kayak di Bandung pas tengah hari) dan mengurangi risiko nyasar lagi plus simpen tenaga buat ntar menuju bioskop, so keliling sekitar Takashimaya adalah keputusan tepat menurutku.

Senengnya lagi, di situ lagi dibuka LINE pop-up store yang berkolaborasi juga sama Hello Kitty.
Jadinya mupeng deh pengen beli ini-itu. Mana goods-nya lucu dan gemetz banget, nggak nahan kalo nggak dibawa pulang, kakakkks.
Mulai dari alat tulis, casing hape, kaos, mug, gantungan kunci, handuk, bahkan sampai kue dorayaki berbentuk Brown plus masker bergambar karakter LINE pun ada!!!
Gila ini mah, kudu banyak-banyak istigfar😢
Karena aku memutuskan nggak mau belanja macem-macem sebelum gajian dan dapet apartemen, jadinya cuma bisa ngiler dan elus dada aja deh.

Abis tidur siang tadi, perut mulai minta diisi lagi *emang rakus mah dimana aja ya*
Begitu tahu kalau di lantai dasar ada food market, langsung deh meluncur ke sana.
Dan begitu nyampe, owalaaaaah RAME banget!
Semua makanan mulai dari yang ala Jepang sampe western ada semua.
Mulai dari sushi similikiti, ayam goreng, spageti, jus, es krim atau gelato, salad, buah-buahan, roti, kue kering sampe coklat tumpah ruah disitu.
Padahal godaan belanja LINE goods tadi bisa ditahan, tapi kalo disuguhin jajanan sebanyak ini, akika mana tahaaaaan #lapiler

Setelah berjuang menahan napsu pengen belanja, akhirnya runtuh juga pertahananku, jendral.
Seporsi salad, crab mayo kroket, dan cheese french toast diboyong pulang. Nggak lupa singgah dulu beli vanilla gelato yang lembut dan enyaak banget.
Sayangnya, begitu french toast-nya dibelah, nampak seonggok daging yang mencurigakan nemplok di dalemnya.
Karena nggak tau itu daging apa dan daripada gambling, akhirnya kubuang deh french toast-nya.
Hix.....
padahal harganya 40rebu buat sebiji roti #nggakmaurugi

 [vanilla gelato]

Sekitar jam 18:00 aku kembali ke prayer room buat sholat maghrib. Habis itu langsung cuss ke bioskop tanpa pake acara nyasar, karena jalannya udah gue hapalin. Haha.
Selama 2 jam lebih mata dimanjakan sama sosok Bang Cobra alias Iwata Takanori.
Padahal filmnya serius dan banyak berantemnya, tapi si gue malah senyum-senyum gaje sambil ngayal yang lain. Haha.

Ada perbedaan yang mencolok ketika nonton bioskop di Jepang dan Indonesia.
Lengkapnya ntar di postingan berikutnya ya.
*kalo nggak lupa*
*blogger nggak niat emang*

 [beberapa film yang juga nggak sabar buat nunggu premier-nya]



Sekitar jam 21:00 film selesai dan aku buru-buru melesat menuju stasiun Shinjuku.
Bukan, bukan karena takut pulang kemaleman, coz kalo di Jepang pulang malem pun masih aman. Pasalnya, bis yang menuju ke office alias tempat tinggal sementara cuma beroperasi sampe jam 22:00, sedangkan perjalan dari Shinjuku sampai halte bis Chofu makan waktu sekitar 17 menit.
Itu kalo tanpa nyasar dan salah masuk peron #TEUTEUP haha

Setelah nanya ke petugas stasiun, akhirnya ketemu juga deh jalur kereta menuju Chofu.
Mungkin karena malam minggu, jadinya ruameeee banget dan kereta pun penuh berdesak-desakan.
Lagi-lagi, entah kenapa, aku yang biasanya takut dan parno banget kalo naik kendaraan umum yang penuh sesak, di sini ngerasa fine-fine aja. Santey dan nyaman.
Nggak ada yang sikut-sikutan pengen cepet-cepet masuk takut nggak kebagian tempat duduk, nggak ada yang sengaja nempel-nempel ganjen apalagi mata keranjang pengen deket cewek, pokonya hati tentram meski naik kendaraan umum larut malam sendirian.

Untungnya, masih keburu ngejar bis jadinya nggak usah ngesot apalagi naik taksi sampai ke office.
Naik taksi di Jepang mihiiil bok!
*teteup nggak mau rugi*
*maklum, belom gajian*

Sekitar pukul 22:15 aku tiba di office.
Lempar tas, mandi, sholat dan langsung menuju alam mimpi.
Udah gempor dan pegel ini kaki, pengen cepet-cepet guling-guling.

Meski nyasar melulu dan capek sebadan-badan, but it was so FUN!
Hikmah dari nyasar ngebolang sendirian adalah kita jadi tahu jalan dan nggak gampang panik ketika berhadapan dengan masalah yang nggak terduga (baca : nyasar sendirian).

Kalo ada waktu libur lagi, boleh lah nyasar....eh, ngebolang lagi 😜😜😜
Next destination ➡ IKEBUKURO!
Nyari bioskop yang masih nayangin Shinobi no Kuni-nya Oh-chan!!!

c u🙋


[oleh-oleh abis nonton High & Low Movie]


 

[kenapa cuma mereka?!! kenapaaa? 
Bang Cobra manaaaaa? Padahal dia tokoh utamanya #PUNDUNG]





[Birthday] : MatsuJun

Iya iya, gue tau.
TELAT kan?
*telat dua hari*
*udah bulan September pulak*
*Jun's month nya udah lewat kakaak*
*fans macam apa kamuh!!!??*
*sungkem sama Aa Jun #sekalianpelukjuga #LAH*

Baiklah, sebelum saya bikin alasan panjang lebar atas keterlambatan posting yang satu ini, yang penting kita ngucapin dulu,

HAPPY 34th BIRTHDAY,  MATSUJUN
❤❤❤

Jadi alasan diriku ini telat ngucapin dan posting birthday-nya si akang ganteng di atas adalah, meski sekarang aku udah bebas dari kerjaan dan jadi pengacara *pengangguran banyak acara* sembari nunggu keberangkatan ke Jepang minggu depan, rupanya bukan berarti jadi banyak waktu luang, malah teuteup aja rempong dan sibuk kesana kemari mencari alamat palsu.
*sibuk maen, nonton bioskop dan menjamah coffee shop satu persatu*
*muahahahaaa*
*dikeplak Jun*
*alasan macam apa itu, dipecat jadi fans gua nyaho loh! #katajun *


Well,
12 tahun aku jadi fan-mu (with Arashi juga cencunya), and of course always be your fan ever and ever!
Karena ini adalah rekor terlama aku ngefan sama idola, semoga bisa terus dan terus jadi fan Arashi.

Anyway,
semoga selalu sehat dan tetap memberikan yang terbaik buat semua fans-mu,
semoga dapat pendamping hidup yang baik dan sesuai dengan yang kamu inginkan,
ya kalo emang beneran sama Neng Mao, yowis cepet-cepet resmiin sono , Kang *sapeelu sok ngatur*.
Kesian si Nengnong di sono kalo nunggu kelamaan mah, bisi berpaling ama yang lain.
Toh kalo ternyata bukan sama Neng Mao, ya jangan sampe terjerumus dan salah pilih, apalah itu cewek yang malah jadi aktris JAV, emang kamu mau kalo punya pasangan piala bergilir gitu?
*untung gosipnya udah reda ya*

Daripada sama cewek tukang esek-esek gitu *EH*, masih banyak tuh aktris-aktris cantik di luar sana, atau mau pilih announcer or news caster yang cute and smart juga gapapaaa, sapa tau mau ngikutin jejak Nino sama Sho, asal jangan ngikutin jejak Oh-chan yang sampe saat ini masih aja ngayal nyari Putri Duyung *dikeplak Ohno* atau Aiba yang keukeuh nyari simpanse bohay di kebon binatang *dicakar Aiba*.

Atau,
mau nyari ordinary girl kayak AKU juga boleeeh banget!
*dilempar kaca #ngacadulugih*

Pokonya.
10 tahun, 20 tahun kemudian bahkan seterusnya, semoga selalu jadi idolaku yang selalu bisa menghibur dan bikin senyum, meski kadang jutek dan Do S-nya keluar, but hey, he is MatsuJun!
I love him at all :)

Oiya, semoga tahun ini balout sukses dan bisa dapetin tiket konser akhir tahun ntar, supaya bisa ketemu langsung setelah penantian 12 tahun.
Tunggu aku yaa, minggu depan aku akan menginjakan kaki di negara yang sama *kyaaa*

Bye, MJ







Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...