[Sightseeing] : Himeji Castle

Di awal 2016 lalu, aku berkesempatan mengunjungi Osaka Castle (meski belum sempat masuk ke dalamnya) dan TAKJUB dengan megahnya Osaka Castle.
Begitu foto di depannya, berasa pengen bilang, "Benteng sudah kami kuasai, Yang Mulia!".
*cuma anak 90an yang tahu arti dari dialog di atas...khekekkkkekkk*
*ketahuan deh tua...haha*

Seperti kita tahu, Jepang adalah negara yang memiliki banyak Castle.
Dan mumpung lagi di sini, maka aku pun berniat untuk mengunjungi setiap castle yang ada di Jepang.
Doain semoga bisa terwujut ya!

Setelah Osaka Castle, castle yang kukunjungi berikutnya adalah Himeji Castle.

[View castle di depan gerbang utama, saat baru turun dari bis]


Himeji Castle berlokasi di Kota Himeji yang masih masuk ke dalam Perfecture Hyogo dan area Kansai.
Perfecture Hyogo biasanya lebih terkenal dengan kota Kobe dan Kobe Beef-nya yang enyaak *katanya sih, ane belum nyoba soalnya....mihiiil bok..haha*, naah coba deh agak melipir sedikit ke Himeji, yang ternyata nggak kalah seru dari Kobe.

Akses menuju Himeji pun gampang banget, dari stasiun Kobe cukup naik kereta JR dengan destinasi menuju Himeji dan cuma memakan waktu 39 menit.
Begitu tiba di stasiun Himeji, akan ada petunjuk arah menuju Himeji Castle, bahkan begitu keluar dari stasiun, bangunan Himeji Castle yang didominasi warna putih akan langsung terlihat dengan megah dan cantiknya.

[semakin dekat semakin kerasa betapa megahnya Himeji Castle]


Oiya, ketika masih di dalam kereta dan hampir menuju stasiun Himeji pun, di sebelah kiri akan terlihat bangunan Himeji Castle.
Saking guedeeee dan megahnya, dari kejauhan pun udah keliatan dan minta di-dadah-dadah.

Well,
dari stasiun Himeji kita bisa naik bis sekitar 4~5 menit, dan di sekitar halte bis bakalan banyak petunjuk bis mana yang bisa kita naiki kalau mau menuju Himeji Castle.
Kalau lagi santey pun bisa jalan kaki kok, paling makan waktu 20 menitan.
Pokoknya aksesnya gampang banget!!!

Begitu turun di halte tepat depan gerbang utama Himeji Castle, kita akan disuguhi kolam yang luas banget sebelum menuju gerbang castle.

[di sekitar taman castle, ada si emeng ini berkeliaran :D]


Di sebrangnya pun terdapat banyak pertokoan bergaya kuno (bangunan jaman-jaman samurai gitu) yang menjual berbagai macam oleh-oleh mulai dari makanan berat, camilan,souvenir, bahkan tiruan Himeji Castle dalam ukuran mini.

[area pertokoan tepat di sebrang Himeji Castle]


Setelah memasuki gerbang utama, kita akan melewati taman *atau padang rumput?* yang cukup luas sebelum nanti memasuki gerbang castle.
Dari gerbang utama - ke taman - sampai gerbang castle, tidak dipungut biaya alias HARATISSS.
Tapi, begitu memasuki gerbang castle, kita harus membayar tiket masuk seharga 1,000 Yen (sekitar Rp 120,000).

MAHAL?
Hmmmm, awalnya sih kupikir begitu.
Tapi begitu memasuki area castle, rasanya harga segitu WORTH IT banget dengan pemandangan dan pengalaman yang bakal didapatkan ketika berada di dalam Himeji Castle.



Setelah membayar tiket masuk, pengunjung akan diberikan guide book dan brosur lainnya yang bisa jadi petunjuk selama berada di sekitar Himeji Castle.
Guide book ini ternyata nggak cuma tersedia dalam bahasa Jepang dan Inggris, bahasa lainnya seperti Belanda, China, Spanyol, Korea bahkan BAHASA INDONESIA pun ada!!!
Senangnyaaaa, dari sekian banyak bahasa di dunia, Bahasa Indonesia terpilih ke dalam salah satunya.

[Guide book dalam Bahasa Indonesia
*tetep aja kagak dibaca, cuma dipegang sepanjang jalan...haha*]


Begitu memasuki area utama Himeji Castle, kita diharuskan melepas alas kaki alias nyeker.
Sepatu atau sandal yang kita bawa dimasukkan ke dalam kantung plastik yang akan disediakan oleh petugas castle.
Jadi, selama keliling castle, kita sambil ngejinjing kresek berisi sepatu 😆 

Himeji Castle memiliki 7 lantai dan NGGAK ADA LIFT!!!
Kalau mau menjelajah hingga puncak castle, satu-satunya cara cuma ngesot naik tangga satu persatu tiap lantai.
GEMPOR!!!
Tapi, entah kenapa nggak kerasa begitu naik satu persatu dari lantai pertama hingga ke puncak castle.
Mungkin karena naiknya sama-sama, rame, seru, bahkan banyak para lansia yang dengan semangatnya naik sampai ke puncak castle.

Malu donk yeeey anak muda kayak akik kalo sampe kalah sama kakek dan nenek :)

[view dari puncak castle]


Ditambah lagi, di tiap lantai castle ada berbagai macam benda-benda bersejarah yang dipamerkan.
Jadi, nggak kerasa bosen dan capek, karena sambil mendaki, sambil menikmati benda-benda bersejarah.
Mulai dari miniatur seluruh area Himeji Castle, kerangka kayu Himeji Castle, penjelasan tiap lantai dan fungsi setiap ruangannya, sampai tokoh-tokoh bersejarah yang pernah menghuni atau pernah punya chemistry sama si Himeji Castle ini #ehem

Oiya, Himeji Castle ini pun sering jadi lokasi syuting film.
Yang paling anyar adalah film-nya Mas Okada Junichi yang berjudul Sekigahara.
*celingak-celinguk siapa tau ada Mas OkaJun lagi syuting*  #NGAREP

[Mas Okada nggak bilang-bilang sik mau syuting di Himeji Castle, pan akik pengen ngeliat
#SAPELU]


Seluruh isi Himeji Castle dan pajangan di dalamnya boleh kita foto, asalkan nggak pake blitz.
Jadi bebas deh mau mengabadikan foto, video atau cuma sekadar instastory aja.

Puncak Himeji Castle alias lantai teratas diisi dengan kuil kecil tempat berdoa.
Bagi penganut kepercayaan setempat, langsung berbondong-bondong berdoa di depan kuil. Mungkin sebagai rasa syukur bisa mendaki hingga puncak castle dengan selamat dan lancar kali ya^^

Di beberapa lantai pun ada penjual souvenir khas Himeji Castle *jualan mah teuteuuup yeey*
Tadinya akik pengen beli buku tulis yang ada cover perang Sekigahara sama tokoh sejarahnya, tapi nggak jadi.
Pasalnya, ntar pasti ujung-ujungnya nggak kepake dan cuma numpuk di sudut meja. Haha.

Well,
meski gempor naik sampai lantai 7, tapi rasanya PUAS banget begitu ngeliat pemandangan di puncak Himeji Castle.
Himeji Castle buatku CANTIK banget.
Warna putih yang mendominasi bangunannya, pemandangan di sekelilingnya, dan rasa takjub ketika memasuki bagian dalam castle, membuat aku sampai DUA kali mengunjungi Himeji Castle!!!






[dilihat dari sudut manapun tetap cantik dan megah]


Dalam 3 bulan ini, sekitar 4 kali aku mengunjungi Himeji, dan nggak bosen untuk berdiri di ujung stasiun sambil memandangi bangunan Himeji Castle dari kejauhan.
Apalagi kalau cuaca lagi cerah, wuiiiiih CAKEP banget😍

Then,
ketika kemarin mengunjungi Himeji lagi, aku nggak sengaja nemu guesthouse yang OKE banget.
Guesthouse ini memang nggak terletak tepat di dekat stasiun Himeji, tapi tempatnya bagus loh.
Namanya Shironoshita Guesthouse.

[dipotoin sama yang punya guesthouse :D]


Untuk menuju Shironoshita, kita cukup naik kereta lagi sekitar 2 menit aja dari stasiun Himeji.
Cari kereta Bantan-Line dan cukup satu stasiun aja, kemudian turun di Kyoguchi Station.
Pake kereta lokal donk!!!!
Itu tuh kereta yang cuma ada dua gerbong, jadwal keretanya pun cuma ada 30 menit sekali, trus menuju area rumah-rumah penduduk di pinggiran Himeji, pokonya bener-bener berinteraksi dengan penduduk lokal.
Asik banget!!!

Pemilik guesthouse-nya ramah banget dan asik diajak ngobrol, bahkan sebagai service dia ngasih semangkuk apel buatku.
*tau aje gue lagi laper*
Isi guesthousenya rapih, bersih dan caantiiiiik banget.

[Area resepsionis yang bakalan menyambut kita begitu memasuki guesthouse]


Harga permalamnya 3400 yen, untuk kamar dormitory isi 3 ranjang (tipe dua tingkat) khusus prempewi, dengan kamar mandi (bathtub + shower), toilet, dan tempat cuci muka untuk dipakai bersama.

[Sharing room yang bisa dipakai bebas sampai jam 12 malam]


Kebetulan, di hari aku menginap, tamunya cuma GUE SENDIRI.
Jadi, kamar dengan 3 ranjang diisi cuma akika sendiri, dengan kamar mandi dan toiletnya juga.
Yihaaaa!!! *ajrut-ajrutan di kasur*

[AKU BEBAAASSS!!! Cuma sendiri di kamar!!!!]


[Bersih dan rapih^^]


So, bagi kalian yang berkesempatan mengunjungi area barat Jepang alias Kansai, jangan cuma Osaka, Kyoto, atau Kobe saja yang dikunjungi, tapi sekali-kali silakan sapa si Himeji yang cantik ini juga ya😄

[Another great view at Himeji
*bangunan putih yang paling ujuuuung itu Himeji Castle. 
Kalo lagi cerah bisa keliatan jelas dan makin cantik*]







[Interlude] : I'm looking forward to see you....but,

Selama kurun waktu tiga bulan ini tinggal di Jepang, intensitas komunikasi sama bocah tukang bully satu ini jadi lebih sering dari biasanya.
Errr, mungkin lebih tepatnya di-bully daripada disebut komunikasi kali ya #NASIB

Apalagi ketika kemaren-kemaren kudu nurunin harga diri demi bisa dapet info buat nonton konser Arashi dan Sandaime JSB, cukup seringlah aku dan si tukang bully ini kontek-kontekan.
Yah, demi idola, apalah arti harga diri #AISHH
Di-bully masih bisa tahan lah ya, yang penting bisa ketemu mas-mas ganteng idolaku 
*lempar harga diri ke sumur*

Eniwey,
kebetulan minggu lalu aku dapet kerjaan di area sekitar Hamamatsu, yang notabene-nya adalah tempat dia tinggal.

Aku : ''Besok aku mau ke Hamamatsu.''     
          *entah kesambet apa, kenapa juga gue pake bilang-bilang ama tuh bocah?*
Mamat : ''BENERAN?!''
Aku : ''Yoyoi. Ada kerjaan disana, tapi cuma sejam, bentar aja. Abis itu langsung ke        
           Toyohashi."  *kota di sebelah Hamamatsu*
Mamat : ''Di Hamamatsu-nya sebelah mana?''   *KEPO aje lu*
Aku : ''Di sekitaran Hamamatsu-station.''

Gara-gara ngomongin soal Hamamatsu, aku pun jadi keingetan kalo akhir tahun nanti mau ke sana lagi buat maen, karena kebetulan ada temen yang tinggal di sana.
Tadinya nggak niat bilang sama si Mamat, tapi KECEPLOSAN😱

Aku : ''Oiya, akhir tahun nanti aku mau ke Hamamatsu lagi deh.....''
Mamat : ''Ohya?''
Aku : ''He-eh, ada temen kuliahku tinggal di Hamamatsu sekarang, dan kebetulan libur pas akhir 
           tahun, jadi ya sekalian maen juga.''    
Mamat : ''Kalo akhir tahun ntar skejul-nya klop, kita pergi bareng yuuk. Makan atau jalan-jalan gitu.''

TUMBEN  BAIK BANGET LU.
Lagi kesambet apa, Mas? #dikepret

Mamat : ''Baidewey, temen kamu itu orang Indonesia? Cewek or cowok?'

Isssshhh, kepo amat ini bocah.
Ngapain ente tanya-tanya segala sik?!

Aku : ''Yup, orang Indonesia. Cewek laah.''    *kalo cowok kenapa gituuu? #eeaak*
          ''Situ libur akhir tahun dari kapan?''
Mamat : ''Gue dari tanggal 30 Desember ampe 7 Januari.''
Aku : ''GILEEEE, banyak banget liburnya. Pengeen!!!''
Mamat : ''Liburnya banyak sih, tapi nggak ada yang bisa dikerjain, jadi bingung juga. Haha.''
Aku : ''Lhaa, main ke Tokyo sini kek.''    #MODUS
Mamat : ''Tahun ini kayaknya nggak ada dinas luar ke Tokyo deh gue. Haha.''

Maksud gue BUKAN ITUUU!!!
Situ mah ngandelin dinas doank supaya bisa pergi ke Tokyo.
Makudnya maen gitu sengaja nengokin akyuuuu #NGAREP #SAPAELO

Nggak di Jepang, nggak di Indonesia, cowok mah sama aja NGGAK PEKA ya #curcol


Mamat : ''Gimana Hamamatsu? Dingin ya?''
Aku : ''Beuuuh, lebih dingin dari Tokyo  *maklum, kampung sih*  #dijambak
Mamat : ''Trus, nginep dimana malem ini?''
Aku : ''Di hotel sekitaran Washizu.''
Mamat : ''WASHIZU??!! Itu mah lumayan deket doonk dari tempatku!''
               "Sendirian?"
Aku : "Ya iyalah, masa sama kucing?"
Mamat : "KESIAN BANGET!!! Pasti kesepian...haha *dan dia ngasih emoji beginian : (;´༎ຶД༎ຶ`)*

SIALAN!
Mulai deh ni bocah mau nge-bully gue.
Kalo kesian, ya sini temenin gue donk, biar nggak kesepian #EH

Mamat : "Padahal kalo kamu bilang nginepnya di deket situ, kan kita bisa pergi bareng buat makan.''

TUMBEN (lagi-lagi) BAIK BANGET LU!
Ini yang lagi gue ajak ngobrol beneran si Mamat yang itu kan?
Atau lagi kerasukan malaikat dari khayangan?


Then, beberapa hari kemudian...
Setelah bis dan hotel buat ntar ke Hamamatsu udah fix di-booking, aku pun ngabarin dia lagi.

Aku : "Jadinya aku ke Hamamatsu tanggal 29 ampe 31 Dec."
Mamat : "Tanggal 29 masih kerja nih, malemnya pun ada perlu. Tanggal 30 aja kita ketemu ya!"
Aku : "Okesiip! Tanggal segitu aku kosong kok, jadi kapanpun dan jam berapapun oke."
Mamat : "Balik ke Tokyo kapan?"
Aku : "31 Dec."
Mamat : "Kalo gitu 30 Dec-nya malem aja ya."
Aku : "Siaap."
Mamat : "Rumah temennya ntar di sebelah mana Hamamatsu?"
Aku : "Di sekitar Wagocho. Aku di rumah temen ampe 30 Dec siang, abis itu paling istirahat di hotel 
           aja."
Mamat : "Kalo gitu 30 Dec siang aja deh ya."
Aku : "IYAAAA BAWEEEL!!!"    *Buat elu apa sih yang nggak* #eeaak

Setelah itu, beberapa jam kemudian di tengah malam, tiba-tiba LINE berisik banget tingtongtingtong.
Kupikir ada apa, rupanya ni bocah nanya lagi,

Mamat : "Ada pantangan makanan nggak?"
Aku : "Daging babi dan aku nggak minum alkohol."
Mamat : "OKEEE!"

GITU DOANK??!!
Gue kudu bangun tengah malam di tengah musim dingin dan NGANA CUMA NANYA GITU DOANK?!
*lempar kasur ke muka Mamat*


Dan sekali lagi,
TUMBEN SITU PERHATIAN BANGET,
padahal biasanya yaaa gitu deh-_____-



Well, semoga Mamat yang baik hati, perhatian, tidak sombong, hormat pada orang tua dan rajin menabung ini terus berlanjut hingga akhir tahun hingga kita ketemu di Hamamatsu nanti, dan hingga seterusnya.
Semoga pas ketemu nanti, nggak kumat tukang bully-nya.
*dilempar bola salju sama Mamat*





[Sightseeing] : Jindai Botanical Garden

Karena bingung mau mulai posting dari mana, 
*saking banyaknya postingan yang tertunda*
*asal jangan hubungan kita aja yang tertunda* #uhuk
jadinya mulai dari yang deket-deket dulu aja lah ya.
Udah iyain aja, biar cepet #maksa

Kebetulan di samping office ada sebuah taman yang guedeeee banget, bahkan lebih tepat kalau disebut Kebun Raya daripada taman.
Ini beneran di samping office lho, karena begitu keluar dari office, cukup jalan kaki nggak nyampe 3 menit, lalu nyebrangin zebra cross dan woilaaaa langsung nyampe di depan gerbang taman.
Saking deketnya, bahkan salah seorang temen kantorku sampe beli tiket terusan buat satu tahun, supaya dia bisa datang kapan aja dan nggak perlu bayar lagi. 
Haha, nice!

Seperti pada judul, taman atau si kebun raya ini namanya Jindai Botanical Garden, yang berlokasi di Chofu - Tokyo.


[Pintu masuk Jindai Botanical Garden dari arah kuil Jindai]


Kalau kalian biasa kenal Tokyo sekitaran Harajuku, Shinjuku, Shibuya, Akihabara, Tokyo Tower or Sky Tree dan spot terkenal lainnya yang udah dijamin ruameee dan crowded banget, naaah bagi yang pengen agak menyepi dari kebisingan serta kepadatan ibukota Tokyo, bisa agak melipir ke sekitar Chofu.

Lokasi Jindai Botanical Garden (selanjutnya disebut Jindai) nggak begitu jauh dari pusat kota.
Dari Shinjuku cukup naik kereta Keio-Line ke arah Chofu, turun di Chofu Station, lalu dari situ tinggal cari bis menuju Jindai.

Karena Jindai Garden ini lumayan terkenal, apalagi di sebelahnya ada kuil Jindai yang terkenal sama mie soba, maka bis yang menuju ke Jindai pun lumayan banyak. 
Dari Chofu Station, jalan sekitar 100 meter ke arah halte bis dan cari bis No.06, 56, atau 34. 
Trus tinggal turun deh di depan Jindai Garden.

Harga tiket masuk taman untuk dewasa 500 Yen.
Kalau kita mau keluar taman buat mengunjungi kuil di sebelahnya, trus masuk lagi ke taman pun bisa, asal masih punya potongan tiketnya.
Sedangkan untuk tiket terusan selama setahun dibanderol seharga 2500 Yen, dan kalian bisa dateng tiap hari ke garden tanpa perlu bayar lagi.
Asik kan?! Lumayan kalo mau ngelamun, atau ngegalo di dalam taman ditemenin bunga-bungan nan cantik, atau cuma sekadar baca buku di dalam taman pun okee banget.


[Salah satu spot yang instagramable banget di dalam rumah kaca Jindai Garden]


Taman yang luasnya naujubile ini berisikan bermacam bunga, pohon, dan tanaman hias sesuai musimnya. 
Bagi yang suka bunga mawar, biasanya ada festival mawar yang diselenggarakan setiap musim gugur yaitu antara Oktober sampai November.
Sedangkan untuk anggrek, karena dipamerkan di dalam rumah kaca, biasanya ada terus, atau setiap musim panas antara Juli sampai September.


[Kalau lagi musim Bunga Mawar, sekelilingnya bisa dipenuhi mawar berwarna-warni]


Selain anggrek, ada juga berbagai macam kaktus, tumbuhan air, bahkan tumbuhan tropis kayak puun pisang pun ada.
Sayangnya, nggak ada buah-buahan seperti di Kebun Raya Bogor yang dipamerkan, jadinya nggak bisa metik buah dan makan sepuasnya gratis *teuteup muka gratisan ya*


[Kalo di rumah ada yang begini, nggak bosen diliatin terus kayaknya]











[Kalo puun pisang sih di Indonesia banyak banget, bahkan ada buahnya. 
Disini yaa cuma begini...heuuu]


Kalau pergi pas musim panas, jangan lupa bawa topi, payung, kipas kertas *bukan kipas angin ya, lukira mau dicolokin dimendong?* dan air minum, karena bakalan wara-wiri kesana kemari di area outdoor yang luaaas banget, dan pastinya panazz.
Ada hutan yang sejuk dan adeem banget sih di pinggir tepat sebelah kuil, tapi nggak ada salahnya kan bawa perlengkapan pencegah panas dan dehidrasi😊.


[Karena masih musim panas, masih berani jalan-jalan di luar pake sendal jepit. 
Coba kalo sekarang pas musim dingin, bunuh diri namanya-____- ]


Kalau sehari sebelumnya habis turun hujan, hati-hati dengan tanah lembek di sekitar taman ya.
Soalnya akika kemaren tikosewad *HalahSunda* alias terjerembab di gundukan tanah becheck ga ada ojhek. 
Mana pake sandal jepit pulak, ya wasalam lah ya.

Untungnya di sekitar taman banyak keran air, jadi bisa cuci kaki dan tangan.
Selain itu, banyak bangku taman dan beberapa penjual makanan seperti ayam goreng, kentang goreng, sampai soft ice cream, jadi nggak usah khawatir kelaperan.


[Adeeem banget, kayak kamu kalo lagi senyum #eeaak]


Jadi, sehabis cape muter-muter taman, bisa istirahat sambil nyemil-nyemil cantik dulu.
Bawa bekal makan dan piknik di situ pun okee banget, asalkan jangan lupa untuk selalu jaga kebersihan ya😉


[Bocah : ''Kayaknya asik juga kalo maen aer pake selang nih...'']


Setelah puas muter-muter dan menikmati berbagai macam tanaman serta bunga-bunga cantik, kita pun ngesot menuju kuil yang berada tepat di sebelah taman, yaitu Jindai Temple.
Kalau ke kuil-nya gratis jadi dompet amaan deh. Haha.


[Jindai Temple tampak depan]


Di sekitar kuil bakalan dijumpai banyak kios penjual makanan dan oleh-oleh.
Makanan yang paling banyak dijumpai adalah mie soba, karena katanya Soba di Jindai Temple itu terkenal banget, meski aku belum tahu enak apa nggak, karena belum nyoba.
*nunggu ditraktir*
*muka gratisan beuud*




Karena bingung kudu ngapain begitu nyampe di kuil, jadinya cuma foto-foto gaje dan liat-liat kios yang ada di sekitar kuil.


[Bahkan hantu-hantu pun nggak mau kalah pengen mejeng di Jindai Temple]


Dan karena belom gajian, jadinya nggak beli apa-apa, cuma beli soft ice cream doank karena nggak tahan ngiler ngeliatnya, apalagi lagi panas-panasnya waktu itu.


[Karena lagi panas banget, soft ice cream pun cepat meleleh.....seperti hatiku #APASIH]


Sekitar tiga jam kita muter-muter taman, keliling kuil, ngemil-ngemil cantik di bangku taman, dan sekalian ngeceng #PASTINYA.
Setelah capek dan kepanasan, akhirnya kita pulang dan aku pules ketiduran di office merangkap tempat tinggal sementara *waktu itu baru datang banget ke Jepang, jadi belum dapet apartement*.

Beruntung banget di samping office ada taman yang luas dan bagus banget, jadi kalo mumet dan puyenghai sama kerjaan, bisa melipir dulu buat ngeliat bunga-bunga cantik.
Tapi, karena saking deketnya, malah jadi nggak pernah ke sana lagi dan selama tiga bulan ini di Jepang baru sekali itu doank ke Jindai Garden. Haha.

Ntar kalo lagi festival bunga mawar coba ke sana lagi ah^^





[Concert] : Unknown Metropoliz - 三代目 J Soul Brothers

Holaaaa!!!
Ya ampun, kayaknya udah berabad-abad nggak posting dan nengokin blog kesayanganku *bersihin sarang laba-laba*

Banyaaak banget yang pengen diceritain, bahkan kayaknya tiap hari ada aja cerita yang pengen dibagi, tapi apa daya kerjaan selalu minta diprioritaskan *sok sibuk ceritanya* dan karena kerjaan juga yang bikin saya nggak balik-balik ke rumah *kayak Bang Toyib* yang berimbas jadi jarang posting *iya, ini alesan aja sih ya*

Meski kerjaan yang menuntut untuk sering pergi dinas kesana kemari, yang menjadikan akika jadi si Bolang -bocah ilang-, tapi disitulah aku amat sangat bersyukur dengan kerjaan yang sekarang. Berkat itulah, si introvert akut yang paling emoh keluar rumah ini bisa ngubek HAMPIR SELURUH Jepang cuma dalam waktu tiga bulan dan bertemu berbagai macam hal menarik😆😆😆

Lha, lhaa, lhaaa kok jadi curcol.
Baidewey, curhatnya ntar diterusin di postingan terpisah ya *teuteup*, soalnya akika pengen cerita soal yang satu ini dulu.

Nonton konser Sandaime JSB AKHIRNYA TERWUJUDH!!!!
*potong tumpeng*

 [Unknown Metropoliz - Sandaime J Soul Brothers]


Cerita berawal ketika suatu pagi di sebuah ruangan office yang bertempat di suatu sudut kota Tokyo, seorang prempewi sedang asik scrolling timeline di Instagram
*iya, itu gue, sapa lagi yang suka medsos-an di jam kerja*
*diselepet dokumen sama Bos*
Di Instagram, ada akun yang nawarin tiket konser Sandaime, di Tokyo Dome pulak, pas di hari libur pulak!!! dengan alasan kalau dia udah terlanjur dapet ballout tiket di Fanclub tapi di hari H-nya ada keperluan.
Atau ada juga yang di hari H itu kondisi kesehatan dirasa nggak bakalan kuat berdiri lebih dari 2 jam sambil ajep-ajep ajrut-ajrutan karena lagi hamil *yeaah, ibu-ibu hamil pun pengen memandangi mas-mas ganteng nan macho ini*

Setelah coba-coba nge-DM sama beberapa pemilik akun yang nawarin tiket, hasilnya NIHIL.
Yang pertama, dia pengen jual tiketnya sekaligus dua, padahal akik kan cuma butuhnya satu. Satu lagi sapa yang mau nonton? Kucing di rumah?
Yang kedua, ternyata aku telat nge-DM jadinya udah keburu dibeli sama yang lain.

Oiya, kalau ada yang nawarin tiket di sosmed gini, 90% biasanya aman, karena dia jual ke sesama fans doank. Harga tiketnya pun sama kayak harga pasaran, cuma nambah ongkir tiket sampe rumah aja, jadi biasanya aman daripada beli di auction yang harganya bisa edun-edunan menjerat kantong.

Pupus sudah deh impian buat bisa nonton konser Sandaime JSB.
*nangis di pojokan*

Tapi bukan GUE namanya kalo nyerah begitu aja, apalagi soal ngejar idola *kalo urusan yang gini baru semangat deh...haha*
Berkat saran temen yang bilang kalo di website tempat jual tiket biasanya ada yang jual juga, ane pun langsung meluncur dan ngulik nyari yang jual tiket.
Setelah berjibaku dengan banyak website penjual tiket, nemulah di sebuah website resmi tempat jualan tiket yang biasanya ditawarin orang-orang yang ikut fanclub tapi nggak jadi pergi, atau memang sengaja jual lagi tiketnya karena kelebihan ballout,
atau memang si penjual dari awal berniat ngejual tiket dengan harga yang lebih tinggi #HA!

Dari sekian banyak yang jual, ada satu tiket yang ditawarin CUMA dengan harga 8,300 Yen, padahal harga aslinya 11,000 Yen.
Agak curiga juga sih, ini yang jual tiket lagi mabok apa kelilipan wasabi ya? Kenapa bisa mureee gitu.
Tapi, karena udah putus asa saking pengennya nonton konser, sayah yang udah despret ini pun udah nggak mikir lagi.
Dibelilah ntuh selembar tiket dan disaat itu pun dia langsung ngesot menuju minimarket buat bayar tiket yang diincar.

Satu minggu kemudian, tiket yang sudah dibayar dianter langsung oleh kurir sampai rumah.
Aku yang awalnya underestimate dan pasrah aja kalau-kalau tiketnya ternyata nggak jadi alis tipu-tipu *dan siap-siap merelakan 8,300 Yen gue melayang*
.....begitu bapa kurir ngasih sepucuk amplop dan kubuka pelaaaan banget dan di dalamnya berisi selembar tiket konser Sandaime JSB di Tokyo Dome.....

MAAAAKKKK!!!!
AKU BAKAL KETEMU Gun-chan!!!!!
*tebar bunga*


[Sehelai tiket yang mengubah hidupku #ALAH]


Yaowlooooo, mimpi apa gue semalem bisa dapet tiket konser dengan mudah dan murahnya.
Nikmat mana lagi yang kau dustakan, Nak!😇

Tepat tanggal 3-Nov-17 yang kebetulan hari Jumat dan tanggal merah, yang artinya gue bisa nonton konser dengan tenang dan nggak perlu suseh-suseh ngambil cuti *yang 100% nggak bakalan dikabulkan*, aku pun pergi menuju Tokyo Dome dengan semangat menggebu-gebu dan penuh harapan serta impian #HALAH

Karena baru pertama kali nonton konser di Tokyo Dome, di Jepang tepatnya, aku bingung kudu datang jam berapa.
Karena image-ku nonton konser di sini tuh sama kayak di Indonesia, yang kudu datang dulu-duluan, antri paling depan berjam-jam sebelumnya supaya dapet posisi paling depan dan nyaman, belum lagi ditambah banyak yang nyerobot antrian dan nggak tertib, alhasil aku pun datang kepagian BANGET.

Padahal Gate Tokyo Dome baru dibuka jam 14:30 dan konser dimulai jam 16:30, tapi gue yang kerajinan dan nggak tau kudu gimana kalo nonton konser di Jepang, jam 12:30 udah berdiri tegak di depan Tokyo Dome
*mau kemana mbaaake?*
*rajin amat*
*sekalian aja bantuin sapuin tuh Tokyo Dome sambil nunggu konser mulai*



[Pemandangan yang terpampang begitu memasuki Tokyo Dome dan bikin EXCITED pastinya!!!]


Lebih parahnya lagi *parah dalam arti positif*, meski gate udah dibuka duluan, kita masuk mepet sebelum jam konser dimulai pun nggak masalah.
Pasalnya, semua tempat duduk udah ada nomornya dan reserved cencunya.
Jadi nggak ada tuh acara kudu desak-desakan sikut kanan-kiri demi dapet posisi paling depan, semua antri tertib.
Meski datangnya paling subuh pun, kalo di tiketnya tercantum tempat duduk paling belakang yaaa sono minggir aje.

Dan lagi, meskipun tempat duduk di depannya kosong, orang Jepang nggak bakalan mau nempatin, karena itu sama aja dengan ngelanggar peraturan.
Mereka tetep bakalan duduk sesuai nomor kursi yang tertera di tiket.
Emangnya kitee, ada kursi depan kosong, meski itu bukan kursi kita yang tercantum di tiket, ya LIBAS ajah beibeh.

Karena masih siang, akik pun jalan-jalan sekitaran Tokyo Dome yang hampir 80% isinya adalah fans Sandaime JSB semua.
Senangnyaaa, berasa punya banyak temen seperjuangan #APASIH
Tadinya mau nyemil-nyemil cantik dulu di kafe-kafe sekitaran Tokyo Dome, tapi beuud penuh semua.
Bahkan KFC yang biasanya kagak dilirik pun ngantriiii ampe keluar toko.

Akhirnya, daripada kelaperan aku pun ngesot ke supermarket, beli onigiri, ayam goreng, sama air minum dan makan di pojokan taman sekitaran Tokyo Dome.

Selesai makan, tenaga terisi dan siap ajep-ajep bareng mas-mas ganteng nan macho di Tokyo Dome, aku pun mulai masuk ke gate yang ditunjuk di tiket.
Semakin masuk ke dalam Dome, semakin berdebarlah jantungku seperti genderang mau perang #LAGUKALI
pokonya masih belum percaya deh bisa secepat ini impianku terkabul.

Begitu memasuki Dome dan nemuin tempat duduk seperti yang tertera di tiket, aku udah spechless dan cuma bisa bengong.
Yaowloo, di depan mataku terpampang stage luar biasa guedeeenya dengan penonton kurang lebih 50,000 kursi.
Tokyo Dome yang selama ini cuma bisa dilihat di TV atau lapie saat nonton video konser Arashi dan artis Jepang lainnya, sekarang ada di depan mata, bahkan aku ada di dalamnya,
BAHKAN aku bakal nonton konser yang aku idam-idamkan dan ketemu idolaku!!!

Udah deh, entah mau bilang apa lagi.

Efek kepagian masuk gate, alhasil aku kudu nunggu 2 jam sampai konser mulai.
Udah mah baru pulang dinas semalam, kurang tidur, capek udah pasti, ditambah seisi Tokyo Dome mengalun lagu-lagu Sandaime, akhirnya cuma bisa ngantuk-ngantuk sambil nunggu.

[Bosen nunggu, akhirnya foto-foto gaje deh]


Tepat jam 16:30, lampu Tokyo Dome mulai padam digantikan lampu-lampu LED berkelap-kelip di seisi Dome.
Layar raksasa di depan stage mulai menampilkan sebuah opening video yang disambut teriakan seluruh fans di dalam Dome, termasuk akik.
Aku yang tadinya terkantuk-kantuk, langsung melek dan ikutan tereak #PASTINYA

Sekitar 8 menit, intro dan opening video ditampilkan.
Member Sandaime baru nampang di video aja udah rusuh dan gila seisi Dome, apalagi ntar pas orang aslinya muncul di depan mata.

[Udah siap menggebu-gebu pengen ketemu mas-mas ganten nan macho nih]


Begitu intro dan opening selesai, member Sandaime JSB yang disangka bakal muncul di main stage, rupanya muncul di move stage yang lebih deket sama penonton.
Alhasil, jeritan seluruh fans di dalam Dome semakin keras dan menggila.
Sayangnya, karena kursiku ada di lantai dua dan lumayan belakang, jadinya jauuuh banget dari move stage mereka.
Apalagi main stage-nya, nggak keliataaaan apapun.
Cuma bisa ngandelin layar gede di depan, lumayan lah....
Tapiiii kan tetep aja pengen ngeliat orangnya langsung. Tau gitu bawa teropong deh.

Meski agak kecewa karena kursinya jauh banget dari stage,
*lagian, udah dapet murah dan gampang, terima aja lah ya...yang penting bisa nonton langsung*
#SOKTEGAR
tapi nggak menurunkan semangatku buat nyanyi bareng seluruh fans seisi Dome hingga konser berakhir.

Sayangnya, efek masih kecapean dan kurang tidur abis pulang dinas ternyata masih nempel.
Alhasil, di beberapa intro dan pas solo dance-nya Naoto, aku ketiduran pules selama beberapa menit.
*padahal sound system kuenceeeng banget, tapi tetep aja pules*
*Maapkan daku, Naoto* #SUNTANGAN

Konser Sandaime sore itu diisi dengan lagu-lagu hits mereka seperti Ryusei, ORION, Hanabi, dan tidak ketinggalan JSB LOVE dengan kostum serba merahnya mereka.
Di awal-awal konser, seluruh member Sandaime JSB pake kostum dengan warna-warna yang berbeda.
Aku nggak inget semua warna untuk masing-masing member, yang paling kuinget cuma Omi yang pakai warna hijau, Ryuji kalo nggak salah pake merah, dan Gun-chan dengan warna biru-nya.
Jadi, meskipun nggak begitu keliatan karena jauh, tapi begitu ngeliat warna dari kostum mereka, langsung tahu deh siapa.

Apalagi  my ichiban, Gun-chan, nggak perlu ngeliat warna kostumnya dan cuma ngeliat style dance dan performance, plus gerak-geriknya dari jauh pun langsung tahu kalo itu si Bang Cobra kesayangan #LEBAY

Yang paling cadas adalah ketika performance mereka di lagu JSB LOVE dengan kostum serba merahnya. Hentakan musik yang menggelegar, suara Omi dan Ryuji yang jleb banget, performance dari Gun, Naoto, Kenjiro, Elly dan Naoki yang amajin gilak! dan teriakan fans yang makin menggila *termasuk aku*, membuat lagu JSB LOVE yang mereka bawakan makin KEREN!


[Kostum serba MERAH pas mereka bawain JSB LOVE
*pengen doonk jaketnya*
*sekalian sama yang makenya juga* #GRIN]


Tiga jam lebih konser berlangsung, tapi berasa cuma 30 menit.
Aku *dan seisi Dome tentunya* terus-terusan minta encore setiap kali Sandaime JSB balik ke stage dan dadah-dadah untuk menandakan konser telah berakhir.
*cape wooi, kesian disuruh encore mulu!*
Akhirnya, setelah satu kali encore dengan lagu Happiness sebagai lagu terakhir *beneran terakhir...hix* yang dinyanyikan bersama-sama fans seisi Tokyo Dome,
seluruh lampu LED di dalam Tokyo Dome pun padam digantikan penerangan biasa.

Seluruh penonton keluar dari Tokyo Dome dengan tertib dan puas tentunya, setelah menyaksikan idola mereka memberikan performance terbaiknya sepanjang sore itu.

Meski fans yang nonton sore itu bejubel banget, tapi asli tertib banget.
Mereka keluar sesuai gate-nya, ngantri sampai keluar Dome, bahkan di luar Dome pun semua tertib dan nggak ada acara saling dorong sikut kanan-kiri pengen keluar duluan.
Meski banyak orang dan nonton sendirian, aku ngerasa amaaan banget.


[Semoga bisa kembali lagi ke sini dan nonton kalian lagi]


Satu aja sih yang disayangkan, tempat duduknya kurang strategis dan lupa bawa teropong *masih nyesel* jadinya akik nggak begitu jelas ngeliat langsung wajah Gun-chan😭
Tapi selain itu, AKOH PUAAS!!!
*peluk Bang Cobra* #dikeplakOmi

Padahal belum genap dua tahun aku jadi fans mereka, bener-bener newbie yang ngebut dan ngebet mengejar segala hal tentang Sandaime JSB, buat mengejar ketertinggalan selama 7 tahun mereka wara-wiri di dunia entertainment,
tapi alhamdulillah sesuatu banget dikasih kesempatan bisa nonton konser mereka langsung di sini.

*sedikit curcol*
Padahal jadi fans Arashi aja udah hampir 13 tahun, tapi SEKALI PUN belum ada kesempatan bisa nonton konser mereka *nangis guling-guling*

Well, sekali lagi tengkyuuuuu sooo much for GREAT PERFORMANCE😍
Kalian THE BEST lah!


[Otsukare, Minna! Thank you so much for Great Performance!!!]






[Life in Japan] : sewa apartement

Setelah urusan dokumen, ijin tinggal, asuransi dan alat komunikasi beres, waktunya cari tempat tinggal.
*kecuali kalo gue niat ngegembel dan bobo di taman atau stasiun*.

Satu kata buat sewa apartement di Jepang : MUAHAAL!

Baidewey, meski disini disebutnya apartement, tapi jangan bayangkan apartement kayak di Indonesia atau Jekardah yang bangunannya puluhan lantai, mewah, berkelas [meski ada yang buluk juga sih] fasilitas lengkap kayak kolam renang, area fitnes, akses jalan tol, mall gede, endeswey, endesbrey.

Apartement atau orang Jepang biasa menyebutnya apaato di sini kalau di Indonesia yaa sejenis kontrakan, kosan atau rumah susun.
Hanya saja lebih bersih, tertib, dan teratur cencunya.
Kalau soal berhantu atau nggak sih, tergantung amal-amalan *buru-buru beli pengusir hantu*

Well, apartement di Jepang bervariasi tergantung fasilitas dan uang yang kita punya #PASTINYA
Ketika mau sewa apartement atau bahasa gaulnya ngekos or ngontrak rumah, kita nggak bisa nyewa apartement sembarangan. 

Kalau di Indonesia, kita tinggal nyari kosan atau kontrakan dengan menyesuaikan tempat kerja, kampus atau lainnya, trus kalo dirasa nemu yang cocok, langsung deh kontak yang punya rumah atau contact person yang biasanya ditempel  di rumah, atau bisa juga nyari di internet, atau malah bisa juga punya kenalan yang kebetulan mau ngontrakin rumah.

Tapi di Jepang, sewa apartement biasanya harus melalui agen real estate atau disini biasanya disebut fudousan (不動産).

Pertama-tama kita tentukan dulu di kota mana akan tinggal.
Karena mulai tanggal 1 Oktober nanti aku pindah ke Saitama tepatnya di Kumagaya *berhubung kerjaan lagi banyak-banyaknya di sana, tapi tetep bulak-balik ke Tokyo juga*, jadinya aku pun pilih kota Kumagaya.

Kemudian, kita tinggal cari agen real estate yang ada di sekitaran Kumagaya.
Setelah cari di internet, ketemulah satu agen real estate yang berada nggak jauh dari Kumagaya Station, yaitu Matsuhori Fudousan.

Setelah bikin janji untuk ketemuan di office Matsubori Real Estate, aku pun pergi ke sana sesuai hari janjian.
Sebetulnya dari stasiun tinggal jalan 5 menit aja, tapi emang dasar gue yang nggak bisa lepas dari kebiasaan nyasar, malah makan waktu hampir 30 menit!
Karena udah nyerah dan puyenghai, akhirnya bocah tukang nyasar ini nelpon ke agen real estate yang ujung-ujungnya mereka dateng ngejemput di titik point aku nyasar dan nyerah nyari alamat mereka.

Petugas real estate yang menanganiku waktu itu namanya Kawanabe, masih muda, tinggi, dan ramah banget. Hmmm, mungkin usianya sekitar 32-an. Tapi entahlah ya, wajah orang Jepang kan kadang menipu dan awet muda.
Sambil jalan menuju office real estate, Kawanabe-san mulai tanya-tanya sekiranya aku pengen apartement yang kayak gimana.

Aku jelaskan, pastinya pengen di sekitar Kumagaya, dan dengan budget uang sewanya nggak melebihi 50,000 Yen (sekitar 6 juta rupiah) per bulan.
Oiya, apartementnya harus menghadap ke selatan yang notabene-nya bakal dapet sinar matahari pagi yang baik, plus yang paling penting adalah toilet nya KUDU PAKE SHOWER.
Pokonya akika ogah lah toilet kering yang ceboknya cuma pake tissue.
Rempong dan nggak biasa yeey buat orang Indonesia yang nggak bisa jauh-jauh cebok pake air kayak akika.

Setelah paham dengan beberapa kriteria apartement idamanku, Bang Kawanabe *caileeh sok ikriib* pun mulai mencarikan beberapa apartement yang cocok dengan permintaanku.
Ada tiga kandidat apartement yang ditawarkan si Bang Kawa *akhirnya disingkat karena ngetiknya rempong*.

Yang pertama, kamarnya luas, harga sesuai budget, lingkungan nyaman dan tenang, dan yang pasti ada toilet yang ceboknya pake air.
Tapiii, jauuh dari stasiun. Jalan kaki sekitar 15 menit, itu jalan kakinya orang Jepang yang grasak grusuk buru-buru kayak dikejar Jin Tomang loh ya.
Kalo ane yang jalan, dengan gaya santey kayak di pantey, sambil dengerin musik dan ngeceng lirik kanan-kiri, yaa jadinya sekitar 30 menit lah...muahahaa.

Karena nggak praktis, dan aku sering pulang malem, yang tentunya bahaya kalo princess pulang malem jalan kaki sendirian, maka kandidat pertama dicoret.

Yang kedua, dari stasiun cuma jalan kaki 5 menit (buat gue jadi 10 menit), dekeeet dan praktis, toilet nya pun cebok pake air, kamarnya di lantai 2, tapiii begitu aku masuk, kamarnya kok kurang sreg gimanaa gitu.
Kayak nggak ada chemistry getoh #HALAH
So, yang ini pun cancel.

Yang terakhir, tadinya aku udah hampir nyerah dan pulang aja, tapi kata Bang Kawa di tempat kandidat kedua ada satu lagi kamar kosong di lantai 3.
Dengan agak ogah, aku pun ngesot ke lantai 3.
Begitu pintu kamar dibuka...woilaaaa kamarnya sama aja sama yang di lantai 2 tadi #yaeyalah, tapiii entah kenapa aku langsung suka pada pandangan pertama sama kamar ini❤.
Yang bikin suka banget adalah kamar di lantai 3 ada tambahan rooftop nya, itu looh kamar kecil di atap yang suka ada di film-film gitu.

Plus, karena ada di lantai paling atas, nggak ada gedung yang ngalangin, jadinya sinar matahari bebas masuk, dan jendela pun nggak berhadapan langsung sama tetangga sebelah.
Buat introvert akut seperti sayah, paling males kalo kudu basa basi busuk sama tetangga nggak dikenal, apalagi kalo jendelanya saling berhadapan gitu.
Tanpa pikir panjang, palu pun diketok dan aku bilang ke Bang Kawa kalo pilihanku jatuh pada kamar di lantai 3 ini.

Bang Kawa pun tersenyum lega dan puas *karena bentar lagi dia dapet komisi....eh, karena bisa membantu mencarikan apartement buatku*.

Setelah menetapkan pilihan, rupanya prosedur nggak berhenti sampai disitu.
Aku masih harus nyerahin beberapa dokumen, tandatangan kontrak dan perjanjian lainnya, dengerin penjelasan panjang lebar soal peraturan tinggal di apartement, daaan seabrek prosedur lainnya.
Untung agen real estate alias si Babang Kawa nya baek, jadinya nggak bete-bete amat sih, meski agak pusing dengan banyaknya aturan.

Setelah surat kontrak ditandatangani dan uang sewa dibayar, masih ada lagi yang perlu diurus.
Listrik, air dan gas nggak ngalir begitu aja, aku harus nelpon masing-masing perusahaan yang menyuplai ketiga kebutuhan di atas dan bilang mulai kapan tinggal di apartement. Nanti mereka bakal nyalain air, listrik dan gas sesuai rikues.
Air dan listrik cukup konfirmasi by phone aja, tapi untuk gas kita harus standby di apartment sesuai jam yang diminta sama kita sebelumnya ke perusahaan gas. 

Nanti bakal datang salah seorang staff yang nyalain saluran gas, kasih penjelasan soal penggunaan kompor gas dan air panas, plus peraturan lainnya.
Oiya, kita juga diminta bayar 10,000 yen (sekitar Rp 1,2 juta) sebagai uang jaminan, yang akan dikembalikan setahun kemudian.
Tapi ini tergantung kota dan area ya, seperti di Tokyo, nggak usah bayar uang jaminan, tapi harus beli alat pendeteksi kebocoran gas, yang di apartement ku dikasih cuma-cuma...haha.

Oiya, kalau sewa apartement di Jepang dengan kontrak baru, nggak cuma uang sewa yang dibayarkan, tapi buanyaaak biaya yang harus dibayarkan.
Ada uang deposit (besarnya 2 kali biaya sewa perbulan), uang terima kasih (entahlah gue bingung nerjemahinnya, bisanya ada yang nggak pake ada yang 1 kali biaya sewa perbulan), lalu biaya ganti kunci (tiap ada penyewa baru, semua kunci harus diganti, untuk keamanan) dan komisi buat agen real estate.

Setelah dijumlah jamleh, plus biaya sewa bulan pertama, you know berapa totalnya?
270,000 yen atau Rp 28 juta😨😨😨
Ngoook, ini belum pindah aja udah dipalak segini banyaaak.
Jepang edaan ya...haha.

Karena nggak mungkin bayar segitu, plus belom gajian juga, maka mau nggak mau ngutang dulu ke perusahaan supaya mereka bayarin dulu.
Uang deposit itu nanti balik lagi sih, asalkan nggal bikin kerusakan sama kamar yang kita sewa.
Tapi ya tetep aja keterlaluan banget mihilnya.

Well, begitulah sedikit cerita dari sewa menyewa apartement di Jepang.
Ada yang berminat ngekos di Jepang? Haha.

Sekarang udah hampir 3 bulan aku menempati apartement-nya, dan alhamdulillah nyaman banget😊💗
Tahun depan disuruh pindah ke area yang lebih deket dengan pusat kota Tokyo, tapi entahlah ya.
Yang penting sekarang nikmatin aja dulu^^

Rooftop yang bikin jatuh cinta sama apartementnya☺💕




[Life in Japan] : bikin KTP dan beli handphone

Setelah tiba di Jepang dan mendapatkan Residence Card atau biasa disebut zairyu kaado (在留カード), sebagai orang asing yang mendapatkan ijin tinggal/visa setahun atau lebih, kita harus segera melapor ke balaikota setempat yang disini biasa disebut shiyakusho (市役所).

Residence Card yang didapatkan di imigrasi bandara saat memasuki Jepang, bagian belakangnya masih belum tercantum alamat tempat tinggal, jadi harus ke balaikota untuk mencetak alamat tempat tinggal kita sekarang.

Saat ini tempat tinggalku berada di area Tokyo tepatnya Chofu-shi, jadinya di pagi itu aku ditemani Branch Manager sekaligus perwakilan orang Jepang, pergi menuju Balaikota Chofu.
Karena masih pagi, nggak begitu banyak warga yang datang hari itu.
Dari pintu masuk, kami disambut dengan ramah oleh petugas wanita dan diberikan penjelasan cara apply Residence Card untuk mendapatkan alamat tempat tinggal yang akan dicantumkan di kartu tersebut.

Setelah cek passport dan Residence Card, aku diminta menunggu hingga nomor antrianku dipanggil.
Selang 5 menit kemudian, nomor antrianku dipanggil dan aku langsung menuju loket.
Disitu aku diminta mengisi beberapa form yang mencantumkan nama, tanggal lahir, alamat saat ini dan beberapa keterangan dasar lainnya.
Setelah mbak-mbak petugasnya memeriksa form yang kuisi dan dirasa nggak ada yang kelewat, dia pun meminta aku kembali ke ruang tunggu karena pencetakan alamat di Residence Card akan memakan waktu beberapa lama.

15 menit kemudian, petugas memanggil nomor antrianku yang tandanya Residence Card-ku sudah selesai diproses. Hanya dengan biaya administrasi sebesar 200 yen (sekitar 24 ribu rupiah), woilaaaa Residence Card sebagai tanda pengenalku sudah jadi.

Setelah Residence Card jadi, rupanya masih ada satu prosedur yang harus dilakukan.
Yaitu daftar asuransi atau mungkin kalau disini namanya BPJS, karena asuransi ini dikelola langsung oleh pemerintah dan warga yang belum mendaftar asuransi di manapun wajib fardu'ain punya asuransi pemerintah ini.

Setelah beberapa form diisi dan diberikan penjelasan oleh petugas yang lagi-lagi amat sangat ramah dan helpful, asuransi pun beres.
Biaya polis asuransi sebesar 6700 Yen (atau sekitar 804 ribu rupiah), administrasinya sendiri sama seperti Residence Card yaitu 200 Yen.
Tapi, karena ke depannya aku bakalan pakai asuransi kantor, jadinya ketika proses pengurusan asuransi kantor nanti sudah jadi, aku boleh meng-cancel asuransi pemerintah ini.
Hanya saja pastikan harus datang lagi ke balaikota buat batalin asuransi sebelum jatuh tempo, karena kalau nggak, nanti bakal datang tagihannya 😖.

Cepat, mudah, dan praktis.
Nggak perlu ribet dengan birokrasi yang berbeli-belit dan bikin urat pusing.
Hanya memakan waktu kurang dari 30 menit, semua beres dan bisa hidup tenang bersama warga Jepang lainnya.
Nggak ada mbak-mbak judes yang ngejelasin prosedur asal-asalan supaya cepet selesai.
Nggak usah pakai calo ini-itu yang makan biaya sampai ratusan ribu plus biaya pritilan lainnya yang nggak jelas.

Well,
kita tinggalkan balaikota, selanjutnya menuju toko hape buat beli hape
*yaiyalah, masa beli kawat*.

Karena hari udah agak siang, dan Branch Manager yang bertugas nganterin plus mendamping aku kesana kemari ngurusin administrasi ada perlu, beli hapenya ditunda dulu sampai besok.

Besoknya, kami berdua pergi menuju toko handphone.
Pengalaman pertama kali beli handphone di Jepang memberikan kesan tersendiri buatku.

Pertama-tama, handphone di Jepang nggak dijual bebas begitu saja seperti di Indonesia yang bisa ditemukan di mall bahkan counter kecil di pinggir jalan.
Di Jepang, handphone dijual melalui provider bersangkutan.
Jadi, sebelum pilih pengen punya handphone yang mana, kita sebelumnya dibuat galau dulu mau pilih provider yang mana.

Karena hape-nya dibeliin sama perusahaan dan mereka kebetulan pakai provider AU, jadi aku pun ngikut aja ketika dipilihin provider AU.
*lagian Arashi pernah jadi bintang iklan AU, yaa aku sih seneng-seneng aja*



Begitu tiba di toko resmi AU *kebetulan dapet antrian pertama*, petugas yang ramah banget langsung memandu kami.
Karena aku mau beli handphone baru, pertama-tama dia nawarin android Sony Xperia *aaak, mauuuu*. Hape yang ditawarin nggak tanggung-tanggung yaitu Sony Xperia XZs seharga 85.000 Yen (atau di Indonesia sekitar 9.5 juta).
Yaaa, kalo kantorku berbaik hati mau kasih sih gapapa...haha.
Tapi karena dirasa kemahalan, apalagi cuma buat staff biasa kayak aku *da aku mah apa atuh....*, si Bos minta merk Xperia yang harganya dibawah type XZs.

Entah si mas-mas penjualnya bohong supaya type XZs-nya laku, atau apalah itu, dia bilang kalo sekarang yang ready stock cuma tinggal type XZs aja, sist.
*ganti ke merk iPhone  6 juga gapapa keleuuus, Bos!*
*dikepret*
Akhirnya, pilihan jatuh ke merk lokal yaitu Kyocera QUA Phone yang dibanderol seharga 35,000 Yen (atau sekitar 4,2 juta rupiah). Meski harganya cuma setengahnya dari si Xperia kece tadi, tapi dari segi function dan tampilan boleh juga sih 👍
Pilihan pun akhirnya jatuh ke QUA phone warna putih yang lumayan unyu.

Come to mama, baby!!!

Awalnya kupikir beli hape di Jepang hampir sama dengan di Indo, yaitu pilih hape yang dipengenin, beli nomor, pilih paket data, masukin sim card plus SD card (kalau ada) dan bawa pulang deh hape barunya.

Ternyata tidak pemirsah!

Beli hape di Jepang dengan sistem nyicil dan planning.
Pertama, harga handphone-nya doank akan dibagi selama berapa kali kita nyicil.
Misalnya kita pilih dua tahun, berarti sekali bayar angsuran sekitar 850 yen (atau 100 ribuan/bulan), setelah itu kita harus pilih plan atau kurang lebih paket nelpon, sms dan abodemen.

Ada yang super yaitu free nelpon kapanpun dan berapa lamapun, tapi cencunya mihiiil.
Ada yang paket hemat, yaitu free nelpon 5 menit pertama kapanpun, tapi setelahnya berbayar.
Ada juga paket supeeer hemat alias paket miskin, yaitu cukup bayar abodemen dan biaya SMS, tapi biaya telepon dihitung perdetik atau permenit gitu *lupa akika*.

Karena dirasa jarang nelpon, tapi tetep butuh nelpon sedikit-sedikit, so aku dipilihin sama si bos yang paket hemat. Kalau nggak salah biayanya sekitar 1200 Yen (sekitar 240ribu rupiah) perbulan.

Setelah itu, kita harus pilih paket data yang digunakan.
Ada yang mulai dari 2 GB sampai 20GB unlimited.
Karena dirasa bakalan lebih sering pakai internet ketimbang nelpon, so aku minta yang 20GB. 
*sekalian buat donlot....muahahaaaa*
Harganya kalo nggak salah sekitar 2700 yen (sekitar 324ribu rupiah) perbulan.

Beres?
Belum, sayang.
Setelah paket atau plan dipilih, kita harus mengikat kontrak dengan si provider. 
Karena tadi pilihnya 2 tahun, berarti selama dua tahun seluruh biaya di atas *kalo dijumlah jamleh sekitar 4750 Yen atau 570ribu rupiah* wajib dibayarkan perbulannya.
Pokonya beli hape disini udah kayak mau nyicil motor deh 😆😆😆

Padahal hapenya murah, cicilannya juga cuma 850 Yen perbulan, tapi biaya paket data sama nelponya yaowlooooo mihil bok!
*gusur perusahaan provider pake buldoser*
Jadi, kalo kalian ngeliat banyak orang Jepang pada pake iPhone 6 atau 7, jangan langsung takjub, karena mereka nggak beli cash langsung ngasih 10jeti, tapi dicicil perbulan cyiiin.

Trus, udah beres?
Belum, cintah!

Rupanya hape yang dibeli beneran CUMA HAPE doank.
Iya, hapenya aja.
Charger kudu beli terpisah seharga 1300 Yen (sekitar 156 ribu rupiah), kabel data, anti gores bahkan earphone pun NGGAK ADA.
Kardus isinya cuma hape sama manual book.
Set dah! Jepang udah mah mahal, kopet amat yak!

Padahal berharap banget dapet earphone baru yang ada mic-nya, secara earphone gue yang sekarang udah agak buluk dan nggak ada mic-nya 😢😢😢
Oiya, SD card-nya dijual terpisah.
Harganya pun nggak main-main.
SD card dengan kapasitas terkecil yang tersedia yaitu 32GB dibanderol seharga 12,000 Yen (sekitar 1,4 juta rupiah).
*PINGSAN*
 Bahkan untuk yang kapasitasnya paling gede yaitu 128GB, harganya 30,000 Yen (sekitar 3,6 juta rupiah).
*buru-buru ngerampok bank*
Dan semua itu lagi-lagi masuk ke biaya cicilan hape, jadi dicicil sesuai kontrak selama dua tahun.

Nah, sekarang udah beres kan kakak?
BELUUUM!


Setelah semua biaya dibayarkan dan kontrak ditandatangani kedua belah pihak, harus ada pemeriksaan atau sejenis audit.
Apa yang diperiksa aku kurang nyimak waktu itu, karena udah mulai bosen dan ngantuk.
Jadi iya iya aja lah supaya cepet selesai.
Kalo nggak salah nyimak sih, mungkin sejenis pemeriksaan kontrak, data diri dan QC check buat hape yang kita beli. Yaaa sapa tau hapenya ternyata nggak ada tombol Home-nya, kan berabe 😱

Pemeriksaan ini akan memakan waktu 30 menit sampai dua jam.
Tergantung lancar atau nggaknya pemeriksaan.
Daripada nunggu gaje, si bos memilih buat keluar sambil mampir dulu ke bank sebentar.
Sedangkan aku, karena di luar hujan dan lupa bawa payung, jadinya mau nggak mau nunggu gaje di toko hape.

Untungnya pemeriksaan ternyata nggak makan waktu lama.
45 menit kemudian, semua prosedur selesai dan si hape bisa dibawa pulang trus langsung dipake.

Prosedur beli hape baru di Jepang, mulai dari masuk ke toko jam 10:00 teng, hingga keluar memboyong hape baru sekitar jam 13:00, berarti total memakan waktu 3 jam.
Beli hape aja 3 jam?!!

Di Indonesia, yang penting bawa duit atau kartu kredit, pilih hape, nomer sih masih ada nomer yang lama, atau beli nomer baru juga tinggal pilih, trus pulang.
Palingan nggak nyampe 20 menit.

AMAJING yah^^

Pantesan, si bos keukeuh pengen dateng ke toko hape pagi-pagi dan ngincer antrian paling pertama. Karena kalo udah banyak yang ngantri, pasti bakalan lebih lama lagi.

Well,
Jepang dengan segala keribetan dan keunikannya, tetep bikin aku suka dan ingin terus ngulik negara satu ini 😃

Nanti cerita-cerita lagi ya.

 
 


[Life in Japan] : Perbedaan bioskop Jepang dan Indonesia

Minggu lalu, akhirnya aku berkesempatan pergi ke bioskop di Jepang buat nonton Bang Cobra di film High and Low The Movie 2 : End of Sky.
Pengalaman pertama nonton di bioskop Jepang memiliki kesan tersendiri dan tentunya punya beberapa perbedaan kalau dibandingkan dengan bioskop di Indonesia.



Yang pertama,
bioskop di Jepang tiketnya MAHAL.
*ini faktor utama yang paling beda....haha*
Kalo di Indo, satu tiket regular berkisar antara 35 ribu sampai 60 ribu, tergantung hari biasa atau hari libur.
Tapi di Jepang, harga satu tiket regular bisa mencapai 1800 yen atau sekitar 216ribu rupiah!
*langsung jatuh miskin*

Padahal dengan harga tiket segitu di Indonesia, bisa pesen di velvet area, itutuuuh yang nontonnya pake tempat tidur, dan untuk berdua pulak.
Padahal bioskopnya sih yaa sama aja kayak di Indo.
Screen gede, tempat duduk seperti kebanyakan di teater bioskop, udah deh.

Makanya kalo nggak kepengen-kepengen banget ya mending simpen aja uangnya buat yang lain.
Haha.

Yang kedua,
bioskop Jepang selalu penuh, terutama untuk film yang lagi HEITZ.
Memang sih, di Indonesia juga kalo filmnya lagi hit pasti penuh.
Tapi bioskop Jepang tuh penuhnya ya BENERAN PENUH. Nggak ada satupun kursi yang tersisa.
Bioskop Indo kan sepenuh-penuhnya pasti ada nyisa beberapa kursi, terutama yang paling depan dan paling deket screen, karena kebanyakan orang pasti milih nonton ntar aja daripada kudu pegel leher saat kebagian di deket screen dan nonton sambil menengadah.

Kalo pas nonton di bioskop Indo biasanya kursi yang terisi cuma 3 biji, sebaliknya di bioskop Jepang kursi yang tersisa cuma 3 biji 😁

Di Jepang, kursi paling depan tetep aja terisi.
Bahkan aku pun dapetnya kursi jajaran ke-3 dari screen.
*habis nonton langsung kram leher*

Nampaknya orang Jepang antusias banget nonton bioskop.
Oiya, karena aku belum pernah nonton yang film hollywood, jadi nggak tahu apakah film Hollywood juga sepenuh itu atau nggak.

Yang ketiga,
ketika film belum mulai dan screen masih menayangkan iklan atau trailer film lain, suasana di dalam bioskop RAME dan BERISIK.
Kebanyakan pada ngobrol, curcol, atau ketawa-ketiwi sambil ngomongin orang.
Tapi, begitu lampu teater dimatikan dan film mulai, semua langsung hening serempak. Nggak ada satupun yang ngobrol atau berisik.
Dua orang anak SMA di sebelahku yang tadinya berisiiiik banget pun langsung diem seribu bahasa dan menikmati film.
Yah, paling ketika tokoh kesayangannya muncul, mereka cekikikan atau berbisik bilang ke temennya, "si abang Takahiro ganteng say!" atau "Gila! Omi kereeen". Trus diem dan menikmati kembali filmnya.

Daaan, yang paling HEBADH adalah nggak ada satupun yang main hape yang cahayanya bikin silau orang di depannya.
Daaan, nggak ada orang kampret yang kakinya suka mbadug-badugin *ini apa sih bahasa yang pasnya* atau nendang-nendang apalagi angkat kaki ke kursi depannya dia.
Kalo nonton di Indo, dua hal ini yang sering bikin gue ketzel dan pengen noyor si orang bersangkutan. Tapi ketika kemaren nonton di Jepang, selama film berlangsung semua aman dan damai.
*padahal bioskopnya penuh sesak begitu*

Yang keempat,
begitu film selesai diputar dan muncul credit tittle, biasanya pihak bioskop nyalain lampu dan kita langsung ngbrit keluar kan? *kecuali kalo ada tambahan scene setelah credit tittle abis, apasih namanya gue lupa*.
Tapi, di biokop Jepang, meski credit tittle udah muncul, bioskop masih gelap gulita dan nggak ada satupun penonton yang keluar *meski mungkin ada yang udah kebelet pengen pipis*
Hingga film benar-benar habis, pokoknya sampai credit tittlenya abis, baru deh penonton keluar dengan tertib.

In my sotoy opinion, mungkin mereka melakukan itu untuk menghormati para crew film kali ya. Karena film yang mereka tonton tadi nggak akan bisa jadi film sebagus itu tanpa usaha dan jerih payah para crew film #TSAH!

Yang kelima,
begitu film selesai diputar dan semua penonton keluar, seisi bioskop masih BERSIH sama seperti saat film baru mulai.
Kalo di bioskop Indo, begitu mau keluar dan ngelewatin kursi-kursi bioskop, pasti adaaaaa aja sampah botol minuman, cemilan, bungkus cilok, bahkan popcorn yang berserakan di kursi atau di lantai *gue suka heran sama yang satu ini, makan popcorn-nya sambil kayang gitu ya? bisa amburadul ampe kursi dan lantai gitu*.

Beneran bersih.
Semua sampah dibawa masing-masing penonton keluar, karena diluar deket pintu sudah disediakan tempat sampah.

Yang terakhir,
sedikit intermezo aja, sebelum kita memasuki bioskop, biasanya sambil nyerahin tiket masuk ke petugas, dia akan merobek tiket kita dan ngasih satu booklet kecil berisi informasi singkat tentang film yang akan ditonton plus beberapa foto aktor atau artisnya.
Karena film yang kutonton adalah High and Low, di booklet itu pun terpampang dengan gantengnya foto mas-mas idola akika.
Sayangnya, tokoh kesukaanku si Bang Cobra nggak nampang *nampaknya ada beberapa versi bookletnya dan aku kebagian yang nggak ada Bang Cobra-nya #NANGISDARAH*.

 [Bang Cobra, senyum dikiiiiit napa? Sepanjang film cemberut mulu nih....]


Well, meski terhitung mahal untuk sebuah tiket bioskop, tapi karena filmnya keren, penontonnya tertib dan bersih, worth it lah buatku segitu mah.
Yang penting bisa nonton aktor kesayangan, menikmati film dengan tenang dan nyaman, plus tentunya nggak keluar bioskop dengan kesel sambil menggerutu karena ada penonton kampret di belakang yang suka nendang-nendang kursi atau penonton sebelah yang suka naikkin kaki ke atas kursi dan kakiknya BAU.

Karena bioskop terdekat ada di Shinjuku, yang notabene-nya agak jauh dari tempat tinggalku sekarang *harus naik bis sekali dan kereta*, mungkin nggak bisa sering-sering ke bioskop.
Lagian mahal book! Belom gajiaaan.
Haha.

Meski di Indo penontonnya masih ada yang belum tertib dan seenaknya, tapi aku suka kok nonton bioskop, dimanapun itu.
Next, mari kita tunggu film aa Jun bulan depan! 💜😍





Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...