[Holiday] : Ski

2019.1.21 (Mon)

Hari Sabtu kemarin aku dan temen-temen kantor pergi maen ski di area Yamanashi.
Itutuh yang deket sama Gunung Fuji.

Kita janjian di minimarket deket gedung kantor sekitar jam 7:30.
Awalnya, orang-orang kantor khawatir sama temen-temen dari Vietnam,
karena katanya mereka suka ngaret #HA!
*kelakuan orang-orang negara berkembang ternyata sama aja ya*
Cerita dari temen kantor, sebelumnya pernah ngajak orang Vietnam main ski,
begitu janjian pagi-pagi rupanya mereka nggak datang juga.
Waktu ditelepon, katanya baru pada bangun, sedangkan orang Jepang yang lain
udah pada standby di tempat janjian. Haha.

Untungnya, kali ini semua orang Vietnam-nya tepat waktu,
yang ada malah gue yang telat 2 menit, karena nyasar nyari minimarket :D
Telat 2 menit pun rasanya nggak enak banget ya kalo janjian sama orang Jepang tuh.

Eniwey,
setelah semua orang lengkap, kami pun pergi menuju area ski resort.
Namanya Kamui Misaka Ski Resort (berikutnya disebut Misaka).
Perjalanan ternyata amat sangat lancar, dan hanya memakan waktu sekitar 2 jam kurang,
itupun setelah satu kali mampir di rest area.

Begitu nyampe Misaka, udah banyak orang disana.
Rupanya kalo mau puas maen ski, emang lebih baik datang dari pagi.
Oiya, member yang ikutan kali ini ada 7 orang, dan dibagi dalam 2 mobil.
Mobil pertama adalah rombongan Iiduka-san,
yang berisikan Iiduka-san tentunya, aku dan Thoan, cewek Vietnam yang seumuran sama akik.
Mobil satunya lagi adalah rombongan Takayama-san dengan anggota
Yokoo-san, Koyama-san dan Anh (cowok Vietnam).
Awalnya gue disuruh masuk rombongan Takayama,
tapi gue langsung memelas supaya bareng Thoan, soalnya lebih enak kalo bareng cewek ya.
Haha.
Lagian kayaknya di mobil Iiduka-san lebih tenang dan kalem, kayak yang punyanya,
daripada mobil Takayama-san yang berisik.
#dikeplak

Setelah nemu tempat parkir di Misaka,
kita ngobrol-ngobrol sambil ngecek peralatan dan persiapan buat main ski.
Karena gue, Thoan dan Anh adalah mahluk tropis,
otomatis ini adalah pengalaman pertama kami main ski,
dan tentunya kita nggak punya seperangkat alat main ski.
So, kita bertiga pun mau nggak mau harus nyewa semua alat dan baju buat main ski.

[Area parkir ski resort]


Meski berada di area ski resort, suhu pagi itu nggak sedingin yang dibayangkan.
Waktu pergi dari rumah tadi pagi, suhu memang mencapai 0 derajat celcius.
Tapi di Misaka, suhu lebih hangat, sekitar 8 derajat,
apalagi pagi itu matahari lumayan terik, jadinya nggak terlalu menggigil kedinginan.

Anggota yang udah bawa perlengkapan dari rumah langsung ganti baju dan sepatu
di tempat parkir.
Dari semua orang yang ngikut hari itu, cuma Iiduka-san yang maen Snowboard.
Yang lainnya memilih main ski.

Perlengkapan yang diperlukan antara lain sepasang papan ski dan stock,
baju, celana, sepatu, sarung tangan dan google khusus ski.
Semuanya harus waterproof karena saat meluncur (apalagi kalo sering jatoh kayak gue),
salju suka nempel bahkan masuk ke badan, kalo nggak anti air, dijamin pasti basah dan dingiiiin.
Oiya, kalo nggak suka pake google karena sering meninggalkan bekas di wajah,
atau kepengen lebih gahol, bisa diganti sama sunglass.
Pokoknya harus pake pelindung mata, karena meski dingin,
mataharinya terik banget dan silau mameeen.
Kalau dalam waktu lama mata kita nggak dilindungi,
bisa pusing, mata berkunang-kunang bahkan nggak bisa ngelihat selama sesaat.

Karena gue nggak punya semua peralatan di atas,
*yaiyalah, lagian di Indonesia mau dipake dimana? di gunung merapi? haha*
jadi satu-satunya cara adalah dengan menyewa.
Biaya rental seluruh perlengkapan diatas adalah 8500 Yen (sekitar Rp. 1 Juta),
itu belum termasuk tiket untuk naik lift ke atas plus biaya kursus kilat ski.
Oiya, kita bisa milih kok mau nyewa apa aja, nggak harus sewa semua satu paket gitu.

Yup, bagi pemula kayak gue disarankan ikut kelas ski dulu.
Apalagi yang belum pernah megang alat ski sekalipun,
daripada nyusahin temen dan minta diajarin mereka,
mending ikut kelas ski aja.
Nanti kalo udah paham dasar-dasarnya, baru minta diajarin temen yang udah bisa.

Tiket untuk naik lift ada dua macam.
Yang pertama tiket terusan seharga 2600 Yen alias boleh naik lift sepuasnya
bahkan ampe resort tutup *kalo masih kuat haha*
atau tiket satuan seharga 300 Yen sekali naik.
Temen-temen kantor gue yang udah lihay pastinya milih tiket terusan.
Sedangkan gue yang bahkan nggak tau bakalan naik lift ato kagak,
milih tiket satuan aja.
Waktu itu Iiduka-san beliin sekitar 5 lembar tiket satuan.

Sedangkan untuk biaya kelas ski selama 2 jam adalah 3000 Yen.
Jadi, total biaya buat main ski hari itu (buat gue) sekitar 12,500 Yen.
(sekitar Rp 1,4 juta)
Mahal?
Mungkin iya.
Tapi, pengalaman dan kesenangan yang didapat selama seharian itu buat gue
sih worth it dengan biaya segitu.
Apalagi ski cuma setahun sekali pas musim dingin aja,
jadi gapapa lah ya sesekali kasih reward buat diri sendiri :D

Setelah semua perlengkapan ski siap,
gue dan dua orang temen kantor dari Vietnam yang sama-sama
ikutan kelas ski, berjalan menuju area latihan ski.
Kelas ski dimulai jam 10 pagi sampai jam 12 siang.
Ada juga yang seharian, tapi harganya lebih mahal tentunya.

Begitu tiba di area latihan kelas ski,
ternyata semua pesertanya ANAK-ANAK SD, kecuali kita bertiga.
Nyahahaha, maklum kami mahluk tropis yang nggak punya salju di negara kami.
#ALIBI



Kelas ski dimulai dengan perkenalan alat-alat ski,
kemudian cara memakai papan ski dan melepasnya,
serta penjelasan fungsi stock dan cara pegangnya.
Oiya, stock itu dua buah tongkat yang dipegang saat meluncur,
fungsinya untuk menjaga keseimbangan, bukan buat nusuk orang yaa.

Setelah itu, kita diberikan penjelasan cara meluncur dan berhenti,
postur tubuh yang benar saat meluncur, serta beberapa hal yang harus
diperhatikan saat meluncur.
Satu hal yang paling penting adalah ketika meluncur dan nggak bisa berhenti, sebaiknya jatohin diri di atas salju supaya berhenti.
Karena itu akan lebih aman daripada meluncur terus nggak berhenti,
dan dikhawatirkan bakalan nabrak orang atau benda di depan.
Ketika menjatuhkan diri di atas salju, yang paling aman adalah jatuh ke samping.
Kenapa?
Karena kita bakalan mendarat di atas pantat, jadi nggak terlalu menghantam bagian tubuh yang lain.
Kalo menjatuhkan badan ke belakang, khawatir bakal kena kepala.
Sedangkan kalo menjatuhkan badan ke depan, takutnya bakal ngegelinding dan jadi bola salju begitu nyampe bawah :D
Akan lebih safety pantat yang terbentur daripada kepala kan?
Walaupun dua-duanya pasti sama-sama sakit. Haha.

Jam 12 tepat, kelas ski berakhir.
Terus gue langsung bisa meluncur gitu?
NGGAK!

Meski cuma peragaan dasar dan meluncur beberapa meter di medan datar
selama beberapa kali, didampingi pelatih tentunya,
tapi cuapeeeknya najubilah!
Kami bertiga yang kecapean langsung digiring sama Iiduka-san ke area foodcourt.
Karena Iiduka-san dan temen kantor lainnya udah makan duluan,
mereka pun meninggalkan kita bertiga buat makan dan istirahat,
sedangkan mereka kembali meluncur ke area ski.

30 menit setelah makan dan perut kenyang,
Iiduka-san menghampiri kami lagi dan tanya udah siap ke atas atau belom.
Aku cuma bisa saling pandang sama temen-temen Vietnam dan akhirnya menjawab,
"Masih pengen istirahat lagi bentaaaaar aja. Masih capek nih." yang langsung
ditanggapi dengan ketawa oleh Iiduka san.

[Isi bensin dulu supaya maen ski nya lebih semangat]


Setelah istirahat cukup, kami bertiga pun pergi ngambil peralatan ski.
Tadinya mau sok jago naik lift trus meluncur ampe bawah.
Tapi, Thoan bilang dia takut dan nggak pede bisa meluncur.
Begitu juga gue yang ngeliat orang-orang dengan hebadh-nya meluncur dari atas.
Tapi kita bertiga kepengan ke atas dan nyobain naik lift ski, biar kayak di film-film gitchuu.
Apalagi pemandangan di atas pasti ketjeh banget kan buat foto-foto.
#PENTING



Dengan pemikiran sederhana itu, kami bertiga yang polos pun pergi menuju area lift tanpa memakai peralatan ski, karena tujuannya memang cuman mau jelong-jelong ke atas.

Begitu mau naik lift, petugas lift memberhentikan kita bertiga.
"Kalian nggak bisa naik lift dan ke atas tanpa perlengkapan ski
atau snowboard." yang langsung membuat kami nyengir kayak kuda.
Pantesan semua orang yang naik lift pada pake perlengkapan ski atau snowboard, yang ngelindur cuma pake sepatu ski ya kita bertiga doank.

Sambil nyengir kami pun kembali ke tempat penyimpanan alat ski,
dan disana udah ada Iiduka-san ngejemput kita buat naik ke atas bareng.

Jangankan meluncur dari atas ke bawah pake peralatan ski,
jalan dari tempat penyimpanan alat ski sampai ke lift yang cuma beberapa puluh meter.
dengan menggunakan papan ski di kaki dan sepasang skotch di tangan aja susehnya tingkat dewa maaaak!

Padahal udah dicontohin sama Takayama-san cara jalan pake papan ski,
tapi tetep aja gue nggak maju-maju alias jalan di tempat.
Lebih parah lagi, gue malah meluncur mundur dan semakin menjauh.
Untungnya sebelum gue nabrak jaring pembatas di belakang,
Iiduka-san langsung narik skotch gue dan menarik gue sampe atas.
Duh, kesian si mas satu ini, pasti berat narik gue sampe atas.
Hahaha.
Maap ya, Iiduka-san.

Ketika udah hampir dekat area lift, gue dipaksa kudu bisa jalan sampai pintu masuk lift.
Karena nggak mungkin ditolongin terus.
Dengan segenap jiwa raga, gue pun mencoba jalan menuju lift.
Karena masih aja nggak maju-maju, dan Iiduka-san nampaknya udah capek narik gue #HAHA
dia pun pindah ke belakang dan sekarang ngedorong gue supaya baik jalannya
tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk suara sepatu kudaaaa
*you sing, you lose!*
#ABAIKAN

Setelah tiba di depan lift dan siap duduk di lift gantung menuju atas,
gue yang tadi kecapean dan hampir nyerah gegara nggak bisa juga jalan pake papan ski,
langsung berubah excited begitu ngelihat pemandangan gunung salju dari atas lift gantung.
Ternyata nggak cuma di film atau drama, emang keren ya kalo ngeliat pemandangan
salju dari atas lift gantung.

Hamparan salju putih bersih semakin terlihat indah
ketika tersorot cahaya matahari di atas gunung.
Kalau gue nggak inget gunung salju itu keras,
rasanya gue udah lompat dari atas lift dan mendarat di salju.
Habisnya, dari atas saljunya kelihatan empuk dan enak.
*lalu bawa sirop ABC dan bikin es serut*

Setelah lift gantung berada di puncak, akupun langsung turun dengan papan ski
masih di kaki tentunya.
Untungnya tadi ngeliatin orang-orang di depan gimana caranya turun dari lift,
jadinya bisa mendarat dengan mulus tanpa harus jatoh terjerembab ke dalam salju.

Sukses mendarat dari lift,
Takayama-san udah menunggu gue dan siap meluncur bareng.
WAIT! WAIT!
Situ udah pro dan jago maen ski.
Sekarang ngajak gue meluncur bareng?!
Yang ada situ meluncur, gue guling-guling jadi bola salju, Paak!

[Bapa Bos yang ngajarin akik dengan sabarnya]


Untungnya, Takayama-san mau ngajarin gue dengan sabar cara meluncur dan turun ke bawah pake papan ski.
Sedangkan Iiduka-san yang asik maen snowboard di dekat kami,
nggak lupa mendokumentasikan gue dan dua temen Vietnam lain yang lagi
lomba jatoh-jatohan berguling ria dengan papan ski.

Dari atas sampai ke bawah area ski (untuk pemula),
jaraknya sekitar 300 meter, dengan sudut sekitar 25 derajat.
Kebanyakan yang maen ski atau snowboard disitu adalah anak-anak, pemula dan pelatih
atau yang lagi ngajarin, atau ngedokumentasiin dan yang pengen maen dengan santai.
Sedangkan area yang lebih sulit dan lebih tinggi, ada di sebelahnya.

300 meter peluncuran pertama gue, sekitar 80%-nya adalah jatoh, ngegelinding, kepeleset dan nabrak.
Sisanya bisa meluncur tapi bingung gimana berhentinya, jadi ujungnya gue ngejatohin diri dan mendarat dengan pantat.
Oiya, selain jatoh dan ngegelinding, yang paling berat justru saat kita harus bangun dan berdiri.
Dengan papan ski di kedua kaki, ditambah sepatu ski yang berat, belum lagi medan yang miring plus tenaga yang udah nggak bersisa, bangun dan berdiri setelah jatoh itu berat,
lebih berat daripada ketika aku kangen sama kamu #APASEH
Ditambah lagi, kita harus bangun dan berdiri sendiri, karena Takayama-san atau temen-temen yang lain nggak bisa bantuin kita, soalnya mereka juga kan pake papan ski di kedua kakinya, nggak mungkin gotongin apalagi ngangkat kita.



Seperti filosofi hidup,
yang bisa kita andalkan cuma diri sendiri,
jangan sedikit-sedikit minta bantuan orang lain.
Situ yang jatoh, ya bangun sendiri donk.
Kalo nggak gitu, kapan bisa maju #CAILEH

Atau,
kalau bener-bener udah emoh dan nyerah,
palingan kayak Thoan yang lepas semua peralatan ski,
lalu jalan kaki turun ampe bawah sambil ngegotong peralatan ski.
Haha.
Udah lelah hayati kayaknya si mbake satu ini.

Setelah peluncuran pertama sukses bikin badan sakit semua,
dan kepala terbentur sekali plus nabrak orang,
aku pun ngesot lagi menuju lift buat naik dan meluncur untuk kedua kalinya.
Sekarang udah bisa jalan pake papan ski tanpa dibantu.
Lumayan lah ada sedikit kemajuan.

Dari beberapa kali pengalaman jatoh dan meluncur yang aku alami,
sebetulnya rintangan dan hambatan main ski ini ada di diri sendiri.
Yaitu KETAKUTAN.
Takut nabrak, takut jatoh, takut nggak bisa berhenti,
takut kehilangan kamu #EAAK
dan ketakutan lainnya yang bikin nggak pede meluncur.
Kalau hambatan yang satu itu nggak bisa dilewati,
maka sampai kapanpun main ski cuma tinggal angan belaka aja.

Setelah naik-turun-meluncur-jatoh dan menggelinding beberapa kali
*mungkin lebih tepatnya puluhan kali* HAHA
aku mulai tahu caranya berhenti dan mengendalikan kecepatan.
Tapi, karena rasa TAKUT-nya masih ada,
jadinya dikit-dikit berhenti soalnya masih takut.
Tapi, secara keseluruhan sih udah mulai bisa meluncur sendiri
dan cukup diawasi dari jauh aja sama Takayama-san atau Iiduka-san.
Mereka bilang, untuk ukuran yang baru pertama kali maen ski,
dalam sehari aja bisa meluncur *meski masih pelan-pelan*,
itu udah bagus.
*lalu idung gue terbang*

Sekitar jam setengah 4 sore, kami menghentikan kegiatan main ski.
Karena udah pada capek dan kondisi badan udah nggak memungkinkan,
ditambah kaki sakit dan pantat udah tepos kayaknya.

Setelah mengembalikan peralatan ski ke tempat rental dan ganti baju,
kami pun berkumpul lagi di foodcourt sambil istirahat dan nyemil-nyemil chantieq.

Setelah dirasa tenaga udah balik lagi,
kami pun memutuskan pulang sekitar jam 4 sore.
Alhamdulillah, jalanan sore itu lancar jaya,
jadi hanya dengan 1.5 jam perjalanan, kita pun nyampe rumah.
Karena gue semobil sama Iiduka-san dan Thoan,
jadi setelah nganter Thoan sampe apartment-nya,
Iiduka-san pun nganter gue sampe ke minimarket deket apartment.

Hari Sabtu yang lelah,
bahkan awalnya gue males untuk pergi ketika tahu harus bangun pagi,
ditambah suhu yang mencapai 0 derajat pagi tadi.
Tapi, rupanya semua rasa males itu berubah jadi happy dan fun banget.
Alhamdulillah, semua berjalan lancar.
Temen-temen kantor yang ikut hari itu juga nyenengin semua.
Semoga bisa maen atau jelong-jelong lagi bareng mereka
ke tempat berbeda.
Dan tentunya semoga kita langgeng terus di kantor ya.
Haha.



See you!




[Slice of Life] : Birthday Card

2019.1.18 (Fri)

Hari Jumat, biasanya yang paling ditunggu-tunggu dan semangat di paginya.
Tapi, entah kenapa Jumat ini kok rasanya malesin banget ya.
Setelah dipikir-pikir, mungkin penyebabnya karena meski besok Sabtu, tapi nggak bisa leyeh-leyeh di rumah seperti Sabtu-sabtu biasanya.

Besok orang-orang kantor pada ngajak main ski.
Seneng sih, excited banget, apalagi ini pertama kalinya gue main ski.
Tapi, karena tempatnya lumayan jauh dan musti ke gunung, yang bakalan makan waktu sekitar 2 jam pake mobil, itu artinya kita harus pergi pagi-pagi banget,
yang artinya gue kudu bangun pagi-pagi buta di hari Sabtu, dan abis sholat nggak bisa tidur lagi.
Apalagi kalo musim dingin itu beraaaat banget kudu bangun pagi-pagi banget.
Pengennya selimutan.

Iya, itu yang bikin aku nggak semangat ngadepin hari Sabtu besok.
Begitu recehnya dilema gue. Haha.

Eniwey,
ada yang lupa akik laporin kemarin pas hari ultah.

Tepat tanggal 16-Jan-18, ketika nyampe rumah abis pulang kerja, di kotak pos gue melihat ada secarik amplop.
Palingan juga tagihan listrik atau air, pikirku.
Ketika ngeliat bagian depan amplop bertuliskan,
"Johnnys Family Club" dan di bagian belakangnya ada tulisan "Best Wishes"
udah langsung deg-degan kelojotan donk.

Eeeehh, MASA SIH?
MASA SIH?!!

Tanpa menunggu lama, langsung aja aku buka amplop berwarna putih-hijau itu.
Dan isinya adalah
JENG JENG!!!



Birthday card dari Arashi!
#nangis pelangi

Terharu akoooh!

Selembar kartu ucapan ulangtahun yang sangat sederhana,
di bagian atas tertulis ucapan dalam bahasa Inggris,
dan di bawahnya mejeng foto kelima mas-mas badai yang ketceh tiada tara segede gaban di pojok kanan atas.
#PENTING

Belum habis rasa haru gue, di bagian belakang kartu ucapan ada QR barcode dan tulisan,
"Message for you".
Karena penasaran, gue arahkan aplikasi barcode reader di hape dan
TARAAAAAA!
Video message dari semua member Arashi.
#MEWEK

Video berdurasi kurang dari 2 menit ini berisikan pesan dari setiap member Arashi dengan gaya khas-nya masing-masing ngucapin selamat ulang tahun.
Mulai dari Ohno, Jun, Sho, Aiba dan terakhir Nino.

Saking seneng dan terharunya, gue nangis sejadi-jadinya ketika nonton video itu.
Dan videonya pun gue puter berulang-ulang.

Iya, gue tahu, baik itu kartu ucapan atau video message cuma formalitas mereka untuk nyenengin fans-nya.
Dan semua itu pastinya dibikin sama staff fanclub.
Sedangkan Arashinya mah cuman bergaya di foto sama cuap-cuap di video doank.
Dan semua anggota fanclub yang berulang tahun pasti dikasih kartu serta video yang sama.

TAPI GUE NGGAK PEDULI.
Akik tetep terharu dan nangis nggak berhenti-berhenti.
Sumveh, ini ulangtahun terindah dan mengharukan.
Gue bersyukur banget jadi fans mereka,
dan nggak nyesel masuk fanclub.


Jadi seperti itulah laporan yang kelupaan kemarin.

Sekarang mari kita kembali ke dunia nyata.
Nyahahaa.

Hari ini seperti biasa kerjaan ya begitu-begitu aja.
Semua kerjaan udah beres res res sebelum istirahat siang.
Alhasil, di siang sampai sore ini gue nggak ada kerjaan, alias cengo bengong ajeh.
Ohiya, ditambah ngantuk juga.
Untungnya nggak ditambah lapar, karena kalo lapar gue suka rese.
#lalu ngunyah sneakers

Kalo dihinggapi rasa bosen karena nggak ada kerjaan kayak gini, jadinya suka ngerasa kangen sama kerjaan interpreter dulu.
Bulak-balik ruang meeting, kadang patroli ke lapangan/area produksi, belum lagi ngecek e-mail atau translate dokumen.
Semua itu bikin nggak ada celah buat ngantuk apalagi bosen.
Dan waktupun cepet berlalu, jadinya cepet pulang.
Plus bisa berinteraksi dengan banyak orang, jadinya nambah skill dan nambah cerita.

Bisa nggak ya gue kembali ke kerjaan interpreter?
Bukan, bukannya gue nggak bersyukur dengan kerjaan yang sekarang ini, gue amat sangat bersyukur dikasih kerjaan yang baik serta tempat tinggal yang bagus juga.
Tapi, kalau seandainya ada kesempatan supaya bisa balik lagi jadi interpreter,
tapi tetep bisa tinggal di Jepang #HAHA, mungkin akan coba gue pikirkan.
Semoga diberikan jalan yang terbaik^^

Eniwey,
hari Jumat artinya ntar malem ada anime doraemen sama shinchan.
Tadinya sih pengen ke setarbak dulu beli kopi buat nyemil ntar malem.
Tapi, pasti bakalan makan waktu, tau-tau nyampe rumah, anime-nya udahan.
Lagian, besok kudu bangun pagi-pagi banget buat ke tempat ski, kalo gue nenggak kopi ntar malem, khawatir bakal melek ampe pagi.

Teuteup ya, receh banget dilema gue.
Haha.

Ya udahlah, kita tunda dulu setarbaknya buat ntar Minggu, atau sabtu sore pas pulang maen ski.
Kebetulan, kemaren gue beli ice caffe latte di cafe kantor dan ternyata uenaaaak beudh!
Lebih enak daripada caffe latte di McD atau Sevel.
Sebetulnya yang di McD atau Sevel enak pake banget, tapi kebanyakan es.
Jadinya, caffe latte nya dikit dan kurang puas.
*Maklum, nggak mau rugi*
Sedangkan yang di cafe kantor, es nya dikit, latte nya banyaak.
Dengan harga yang sama pulak.
*teuteup ye, perhitungan*
Yowis deh, ntar pulang ngantor mampir dulu ke cafe di bawah,
beli ice caffe latte, trus mampir di minimarket beli camilan buat nonton di rumah.
Trus cuss pulang, mandi dan bersantay ria :D



Okeh, karena plan buat ntar malem udah fix,
mari kita ngomongin yang lain.
Hmm, mungkin lebih tepatnya, mari kita berkhayal.

Akhir-akhir ini gue sering berkhayal, gimana kalo seandainya gue kerja lagi di tempat kerja sebelumnya, alias di TS TECH.
Tapi bukan yang di Indonesia, melainkan di pusatnya yang di Jepang.

Toh, mumpung gue udah tinggal di Jepang,
kenapa nggak coba kerja di TS Jepang juga?

Jadi ceritanya gue akhirnya kerja di TS Jepang.
Pengennya sih di Tochigi aja, karena di sana itu ada engineering technical center yang selalu gue kagumi kecanggihannya.
Sedangkan kalo yang di Gyoda, males gue kalo harus balik ke Saitama lagi, lagian disana cuma ada produksi, plus ada orang Jepang yang gue sebelin disana.
Sedangkan kalo di Hamamatsu, ya pengen juga sih.
Pengen kerja bareng sama si kupret Mamat dan pengen ketemu dia lagi, tapi kan nggak menjamin juga gue bakal kerja bareng dia.
Sapa tau ntar kerjanya beda divisi.

Lagian, semenjak gue kehilangan seluruh kontak LINE gegara ganti hape dan nomer,
sekaligus kehilangan kontak si kupret Mamat itu, gue udah memutuskan untuk menutup cerita dengan dia.
Mungkin dengan hilangnya kontak dia, itu adalah teguran halus dari Allah yang pengen bilang ke gue untuk berhenti dan membuka cerita baru dengan yang lain dan yang lebih baik tentunya.

Ahelah,
kenape jadi curcol mbake?
BHAIQUE! SEKIP ye!

Lanjut ke cerita soal kerjaan.
Mari kita buat setting cerita bahwa gue kerja di TS Tochigi.
Karena lumayan banyak yang gue kenal di TS Tochigi ini, gue berharap bisa kerja bareng Uesugi-san dan staff-nya.
Waktu masih di TS Indonesia, beliau ini adalah engineering senior yang selalu jadi technical support di Indonesia.
Orangnya galak dan tegas kalo soal kerjaan, tapi baeeek banget kalo diajak ngobrol.
Selalu ngasih gue oleh-oleh coklat atau kue-kue manis, bahkan dia pernah mau ngasih oleh-oleh goods Matsujun atau Arashi, karena tau kalo gue ngefans sama mereka,
tapi sayangnya nggak jadi, karena katanya waktu di bandara Narita nggak nemu.
Haha, gapapa lah, udah diniatin mau beliin aja udah bikin akik seneng.

Nah, karena gue kerja satu divisi dengan Uesugi-san, mungkin gue juga bakal kerja bareng sama staff lainnya, yang gue kenal selain Uesugi-san adalah Okubo-san,
ada juga Aoyama-san, tapi dia lagi dinas di TS Indo.

Lalu, suatu hari ada teleconverence (TV Meeting) antara TS Tochigi dan TS Indo.
Karena waktu gue masih di TS Indo, gue sering ngikut sebagai interpreter mereka, jadi gue tahu pasti ntar bakalan banyak acara meeting kayak gini.
*udah pede aja bakalan diajak meeting, muahahaa*
Nah, ketika gue lagi telecon sama TS Indo, saat itulah Uesugi-san pura-puranya ngenalin staff baru dia ke staff Indo.
Begitu dikenalin,
JENG JENG!
It's ME!!!

Yang pastinya bakalan bikin kaget staff Indo di seberang sono
#PEDE
Kan mereka taunya gue resign dari TS Indo, trus pergi ke Jepang buat kerja.
Eeeh, taunya malah kerja di TS Tochigi.
Sebagai salah satu staff TS Tochigi, gue bakalan bertugas sebagai perantara komunikasi antara TS Tochigi sama TS Indo.
Yaa, nggak beda jauh lah sama interpreter.
Tapi, karena gue udah dapet pengalaman sebagai staff engineering dan design di tempat kerja sekarang, setidaknya nambah skill juga kan.
Jadi lebih berguna lah di engineering. Haha.

Setelah tahu kalo gue sekarang di TS Tochigi, maka hari-hari kerja pun berjalan dengan lebih menyenangkan #KALI *namanya juga berkhayal*
karena gue udah pada kenal dengan staf-staf baik di Indo maupun di Tochigi, jadi gue tau gimana ngadepin orang-orang ajaib itu.
Ajaib dalam arti baik maupun sebaliknya.
Haha.

Apalagi gue nyaman banget kerja sama beberapa staf di TS Indo.
Kayak Pak Allen, bos gue paling keren sejagad raya ini.
Baru kali ini lah gue nemu bapa bos sehebadh beliau, dan sampai sekarang gue belum nemu pengganti yang kayak beliaw ini #cmiww
Bukan berarti nggak punya kekurangan, tapi gue seneng kerja sama Pak Allen.
Pak Allen ini menjabat posisi tertinggi di TS Indo, tapi beliau selalu low profile, nggak gengsi becanda sama staf-nya, dan sabar banget, meski kadang ada ngeselinnya juga haha *peace, Pak!*
Selain itu ada adeknya juga, namanya Pak Bambang dari Engineering (asli ini mah abang-adek kerja bareng, jadi pejabat perusahaan pulak) yang kocak dan asik diajak kerja sama.
Meski kadang keluar seremnya kalo dia lagi ngotot.
Tapi yah namanya juga orang yah, toh Pak Bambang pun jadi salah satu bos favorit gue.
Selain sifat dan karakter yang cocok sama gue, kedua abang-adek ini juga lumayan good looking untuk bapa-bapa seumuran mereka #PENTING nyahahaa
Bolehlah disamain sama Ferry Salim :D

Si Abang selalu berkepala dingin tapi nggak tegaan sama orang, dan kalo lagi kesel atau galo, sukanya dipendem sendiri, ujung-ujungnya gue yang jadi tempat curhat dia, apalagi kalo lagi galo sama presdir, bisa ampe malem tuh curhatnya.
Sedangkan si Adek selalu meledak-ledak dan nggak takut ngadepin tantangan.
Jadi kalo dia nggak suka atau nggak setuju sama si Presir, ya langsung saat itu juga bilang, kagak dipendem kayak Abangnya.
Alhasil, sering terjadi debat panas, dan ujung-ujungnya gue yang repot karena berada di tengah-tengah mereka buat nerjemahin. Haha.
Pada akhirnya, si Abang yang selalu berkepala dingin-lah yang bakal nenangin dan meredam si Adek yang lagi meledak.
Pokoknya KLOP BGT lah dua bersaudara ini :D

Selain orang Indo, orang Jepangnya juga banyak yang nyenengin kok.
Salah satunya, mantan bos gue, Mayumi-san yang kocak dan baek banget.
Meski pun kadang keluar sifat ngotot dan nggak mau kalah, sama kayak Pak Bambang.
Apalagi mereka sama-sama goldar B, kalo mereka udah debat, kelar deh ya.
Haha.
Tapi mereka berdua ini dekeet dan ikrib banget.
Bahkan Pak Allen pernah cerita, kalo dia ngiri sama adeknya karena ikrib banget sama Mayumi-san.

Pak Allen, kita sama-sama goldar O,
saya ngerti kok perasaan bapa, apalagi kita tuh tukang baper #TOS
Hahaaaa.

Bos lainnya ada Aoyama-san, yang selalu cengar-cengir nggak jelas.
Mau dimarahin segimanapun, dia teuteup senyum dan nyengir.
Lalu ada Kawasaki-san yang baik banget tapi suka nggak enakan.
Dia udah balik ke Tochigi, jadi kemungkinan besar kalo gue kerja di sana pasti bakalan ketemu.

Staff Indo-nya, ada Pak Iskandar dari Produksi yang pekerja keras dan nggak pernah nyerah, meski beliau masih kurang dari segi pengetahuan dan strata pendidikannya mungkin paling rendah dari semua manager yang ada, tapi nggak pernah minder dan justru menunjukkan kalo pendidikan tinggi bukan jaminan bisa sukses, yang penting jangan berhenti berusaha.
Salut sama bapa yang satu ini!
Ada juga Pak Djaenal dari QC, yang ngototnya naujubilah kalo soal quality, dan sering diomelin sama Mayumi-san karena kekeras-kepalaannya.
Bapak satu ini ternyata IQ-nya yang paling tinggi dari semua orang di TS Indo lho,
terbukti dari tes IQ yang pernah diadain di kantor, bahasa Inggris-nya juga mantebh!
Tapi kalo udah curhat, lamaaaa banget. Hahaa.
Sebetulnya dulu ada bawahannya Pak Djaenal, namanya Mbak Eno.
Mbake satu ini pinter dan baek banget, selalu keliatan stay cool dan berkepala dingin,
beda sama bos-nya yang selalu panas.
Tapi, begitu Mbak Eno marah, beuuuh syereeem! Haha.
The power of emak-emak-nya keluar ampe 1000 kali lipat dah!
Sayangnya, dia udah resign, nggak lama setelah gue hengkang dari TS Indo.

Selain itu, ada juga Pak Waru yang udah nggak muda lagi tapi semangatnya nggak kalah dari yang muda-muda.
Meski kadang loading-nya lama, dan susah buat dibilangin, tapi bapak satu ini baik banget dan selalu mengayomi anak buahnya, nggak pernah lelah ngajarin yang muda-muda.
Trus ada Mbak Yati, yang pas pertama kenal gue takut banget sama dia.
Abisnya juteknya itu yaowlooo syereem, mana suaranya keras banget, kayak lagi nyentak gitu.
Toa masjid mah lewaaat.
Tapi rupanya setelah kenal dia, dia itu baik dan care banget.
Mungkin emang wataknya keras kayak gitu, padahal kalo udah kenal dia asik banget orangnya.

Yang lain masih banyak sih, tapi nggak mungkin gue sebutin satu-satu disini.
Yang pasti, orang-orang yang gue sebutin di atas itu yang paling berkesan
selama gue kerja di TS Indo.
Kalo memang berjodoh, semoga bisa ketemu mereka lagi,
bahkan bisa kerja bareng lagi.
Amin.





Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...