[Travelling] : Higaeri Bus Tour

Higaeri dalam terjemahan bebas artinya one day, jadi Higaeri Bus Tour adalah sebuah tour mengelilingi beberapa tempat menggunakan Bus dalam 1 hari saja alias nggak pake acara nginep.

Ketika November lalu ke Jepang, aku dan dua orang temanku, Yogi dan Budi [nama panjangnya Ini Bapa Budi *ditoyor*] punya satu hari free time di hari Sabtu.
Sebelum berangkat ke Jepang, aku dan dua bocah itu berembuk dulu menentukan destinasi kami saat free time di Jepang nanti.

Yogi sebagai cowok tulen [masa sih, cyiinn...] request pengen ke tempat-tempat yang alami dan fresh kayak gunung, laut, bukit, dsb. Emang namanya cowok ya, emoh lah dia diajak wisata ke pusat perbelanjaan atau ngemoll.
Sedangkan Budi yang kalem, manut aja dibawa kemanapun.

Ketika melihat schedule dan itine kami selama di Jepang, kebanyakan lokasi yang dituju adalah sekitaran Tokyo, Saitama dan Chiba. Awalnya aku merekomendasikan untuk pergi ke Fujikyuu yang terkenal dengan jet coaster-nya yang bikin nyawa berasa dilempar-lempar [katanya sih, toh aku belum pernah ke sana^^].
Tapi, mengingat kami hanya akan pergi bertiga tanpa guide orang Jepang asli, dengan waktu hanya 1 hari ditambah kekhawatiran penyakit lamaku kambuh [baca : nyasar], maka kami putuskan untuk menggunakan Bus Tour.

Aku pernah nonton di salah satu TV Show Jepang, kalau Bus Tour di Jepang ini amat sangat memanjakan peserta tour-nya. Dengan berbekal rasa penasaran itulah, pencarian Bus Tour pun dimulai.
Rupanya layanan Bus Tour di Jepang sangat banyak, dan kami memilih salah satu travel agent yang dirasa sudah punya nama dan terkenal di Jepang sana, yaitu Travex.
Destinasi yang kami pilih adalah Yamanashi Perfecture dan Fuji Mountain alias Fujisan dengan biaya 8,400 Yen untuk satu peserta dewasa.
Cara registrasinya amat sangat simple, kita hanya perlu berkunjung ke website mereka, memasukkan beberapa data yang diminta, memilih paket tour dan destinasi.

Sedikit saran, saat registrasi kita akan diminta alamat dan nomor telepon domisili Jepang. Untuk mengakali, aku minjem alamat dan telepon temenku yang lagi tinggal di Jepang. Ini penting, karena aku pernah memasukkan nomor telepon asal-asalan dan berpikir itu cuma formalitas. Akibatnya, registrasi nggak bisa, malahan dapet e-mail notif kalo "nomor telepon yang anda masukkan tidak dapat dihubungi."

Set dah! Beneran dihubungi satu-satu itu nomor telepon? Ckckck ketat juga ya :)

Setelah registrasi berhasil, kita diharuskan membayar sejumlah biaya yang telah ditentukan. Pembayaran harus dilakukan maksimal 2 hari setelah registrasi, kalau tidak pemesanan tour akan di cancel otomatis. Pembayaran bisa dilakukan dengan menggunakan kartu kredit atau bayar di minimarket Jepang. Catet ya, minimarket Jepang, bukan di Indomaret, Alfa apalagi warteg.
Di minimarket Jepang nanti, ada sebuah mesin khusus seperti ATM yang bisa dipakai untuk membayar berbeagai macam tagihan dan payment. Kita tinggal pijit-pijit tombol sesuai petunjuk, lalu nanti akan keluar struk sesuai jumlah pembayaran.
Kasih struk itu ke kasir, lalu bayar dan beres deh!

FYI, waktu registrasi aku gunakan website dalam bahasa Jepang, begitu pula saat bayar di mesin minimarket. Waktu itu lupa nggak ngecek apakah ada versi English-nya atau nggak^^

Daan, hari yang ditunggu pun tiba.
Sesuai petunjuk dari Tour Agent, meeting point hari itu berada di Shinjuku Center Building, sekitar 5 menit jalan kaki dari Shinjuku Station - Tokyo.
Dari hotel tempat kami menginap saat itu, yaitu Shinkoiwa, ketiga bolang naik kereta menuju Shinjuku. Sampai di Shinjuku Station, penyakitku kambuh lagi, NYASAR.
Padahal tempat meeting point ada di depan mata, tapi malah puter-puter gaje. Untunglah, kita pergi lebih pagi dari jadwal, jadi meski nyasar masih banyak waktu tersisa hingga waktu keberangkatan.

[Shinjuku Center Building yang akhirnya bisa ditemukan susah payah]


Setelah menemukan Shinjuku Center Building yang dicari, ketiga bolang segera cari posisi pewe untuk menunggu Tour Leader datang. Rupanya kami kepagian, sehingga sekitaran meeting point masih sepi.
Sambil menunggu, aku pergi ke minimarket terdekat buat beli cemilan untuk di perjalanan nanti.

Saat itu waktu masih menunjukkan sekitar jam 07:30, sedangkan waktu kumpul yaitu 08:15 dan bus akan berangkat jam 08:30.
Ketika ngeliat ada Tour Guide lengkap dengan bendera dan map yang dibawa-bawa dengan logo Travex [ciri khas Tour Guide Jepang kayak gini], aku segera menghampiri mas-mas guide dan bilang mau registrasi ulang. Ketika menyebutkan namaku, si mas guide langsung ngecek daftar nama para peserta tour.

Sekali, namaku tidak ada dalam daftar.
Mas-mas guide menanyakan kembali namaku, takut kalau-kalau dia salah dengar.
Dua kali, namaku masih tidak ada dalam daftar.
Tiga kali, masih juga belum ada.
Aku pun memberi struk tanda bukti bahwa udah bayar biaya tour ke si mas guide-nya, biar nggak disangka tipu-tipu.
Maaakkkk! Jangan-jangan ada kesalahan teknis, sehingga namaku nggak muncul! Gimana donk, udah jauh-jauh ke Shinjuku, udah excited banget bakal ke Fujisan, mana dua bocah disana lagi menunggu dengan nggak sabar pengen cepet-cepet pergi ngetrip, mana aku nggak nyiapin rencana cadangan.
Lemes, gue! Lemes!

Melihat aku yang kesulitan plus wajah yang minta dikasihani, mas-mas guide yang baik hati akhirnya menyarankan untuk ngikut tour lainnya. Kebetulan di hari itu ada tour lain yang kursinya masih kosong dengan harga yang hampir sama dengan tour yang aku ikuti.

Ketika menjelaskan tour schedule, si mas-mas guide menjelaskan kalau bis yang akan pergi sekarang, yang namaku nggak terdaftar itu akan pergi ke beberapa tempat seperti onsen [pemandian air panas].
Eeeh, bentar! Bentar! Perasaan aku daftar tour ke gunung, bukan ke pemandian.
Lagian cuaca musim gugur menuju musim dingin begini, sapa juga yang mau mandi di ruangan terbuka?
Aku jelaskan kalo tour yang aku ikuti adalah menuju Yamanashi dan Fujisan.
Setelah cek dan cek entah untuk yang keberapa kalinya....
Owalaaahhh, rupanya si mas-mas itu salah ngira aku bakal ikut tour yang jam 08:15, padahal tour-ku adalah jam 08:30. Makanya nama ane kagak ada di daftar.

Rupanya pagi itu ada dua tour dengan tujuan berbeda dan dengan selang waktu keberangkatan beda 15 menit. Karena aku datang kepagian, mas guide-nya menyangka aku ikutan tour yang ke onsen.
Ketika dicek kembali, alhamdulillah namaku tercantum di daftar tour Fujisan.
*potong tumpeng*

[peserta tour yang lain yang sama-sama lagi nunggu.
Sayang, kagak ada yang ketjeh *ditoyor*]


Tepat jam 08:30 bus berangkat.
Beneran 08:30 looh! Nggak ada lebih atau kurang 1 menit pun! Keren nggak, tuh!?
Tujuan pertama kami langsung menuju Fujisan, dan perjalanan akan memakan waktu sekitar 50 menit.
Bis yang kami tumpangi ketjeh banget! Bersih, adem, tenang, pokonya betah deh!
Sopir bis-nya pun sopan dan nggak grusuk-grusuk. Haluuusss banget nyetirnya.
Di dalam bis ada guide yang selalu memberikan kita beragam informasi, seperti berapa lama waktu perjalanan, berhenti di rest area mana, berapa menit waktu berhenti di rest area, berapa lama waktu singgah di spot-spot yang akan dikunjungi, sampai jualan souvenir tour mulai dari cinderamata sampe makanan khas Yamanashi.

[pemandangan sepanjang perjalanan menuju Fujisan]


Setelah berhenti satu kali di rest area, kami tiba di Fujisan 5th Station sekitar jam 09:20.
Sang guide ngasih tau kalo waktu yang diberikan adalah 40 menit selama di Fujisan. Jadi, kita harus on time dan kembali ke bus sesuai waktu yang diminta.
FYI, meski disebut Fujisan, kami tentunya nggak pergi sampai puncak tapi hanya sampai 5th Station, yaitu area paling atas yang masih bisa dilalui kendaraan. Karena untuk mencapai puncaknya, nggak bisa pakai bis, kudu ngesot....eh, mendaki maksudnya.

[Fujisan 5th Station arrived! 
Background foto adalah toko-toko yang menjual souvenir dan oleh-oleh khas Fujisan]


Padahal masih bulan November, tapi suhu di Fujisan sudah mencapai 3 derajadh! Jari dan hidungku beku dan sakiit banget! Maklum, mahluk tropis diajak ke tempat bersalju ya begini jadinya.
Setelah turun dari bis, kami disambut penduduk lokal yang langsung membagikan sebuah kupon. Kupon itu bisa dituker di salah satu toko souvenir dengan sebuah lonceng kecil yang katanya adalah jimat pelindung selama di Fujisan.
Percaya nggak percaya, kalau ke Fujisan kita harus memegang jimat itu supaya selamat.
Amin.

Pemberian jimat berkedok promosi toko souvenir sukses membuat ketiga bolang ini kalap belanja. Apalagi di dalem toko yang hangat, bikin kita betah lama-lama.
Aku sendiri cuma beli sticker safety drive berlogo Fujisan buat ditempel di motor seharga 700 Yen/70ribu [mihiiil, bok!]. Tadinya pengen beli tumbler yang imut-imut berlogo Fujisan, tapi langsung enek begitu ngeliat harganya di kisaran 2500 Yen/250 ribu.

Yogi sendiri malah berburu jam tangan, sampe ngeborong 4 biji! Buat oleh-oleh katanya.
Apalagi harganya yang cuma di kisaran 1500~2000 Yen. Jam tangan buatan Jepang kan terkenal bagus dan ketjeh! Plus selembar poster bergambar Fujisan.
Budi sih adem aja, cuma seneng liat-liat isi toko yang unik.
Anak baik :)

Setelah kalap belanja, waktunya menikmati pemandangan Fujisan!
Sayangnya, karena berkabut, puncak Fujisan nggak keliatan.
Menurut cerita penduduk lokal, kalau cuaca cerah puncak Fujisan yang bersalju itu bisa dilihat langsung dari situ. Hmmm, mungkin belom rejeki.

[Area sekitar Fujisan yang sepi dan dingiiinnn



[Dengan kabut setebal ini kebayang kan dinginnya kayak gimana^^



[bersih bangeeet ya!



[dua bocah yang sama-sama kedinginan dan sedang mencari kehangatan #eh



[padahal kalo cerah, bisa ngeliat pemandangan dari sini....]


Puas menikmati pemandangan Fujisan lengkap dengan angin dinginnya yang bikin menggigil, ketiga bolang pun memutuskan kembali ke dalam bis yang hangat.
Lagi-lagi, tepat 40 menit kami berada di Fujisan, bis pun melaju kembali menuju spot berikutnya!
Gilee!!! Tepat waktu banget! Nggak ada yang ngaret, masih di toilet, masih jajan, masih poto-poto chantieq, masih kalap belanja, apalagi ketinggalan bis.
Semua peserta tour mematuhi waktu yang ditentukan dan bis pun pergi on time!

Karena hari semakin siang, spot berikutnya adalah makan siang di sebuah restoran bergaya Eropa bernama Heidi's Garden.
Bangunannya ketjeh banget, pemandangannya ciamik plus danau tenang nan bersih di pinggirnya.
Menu makan siang hari itu adalah menu buffet dengan sajian khas Yamanashi Perfecture.
Ketika mau beranjak mengantri, sang guide tiba-tiba nyamperin dan bilang, "Seperti yang anda informasikan saat registrasi kemarin, semua makanan di sini no pork, jadi selamat menikmati."

[welcome to Heidi's Garden]


Owalaaahh, aku jadi keingetan ketika registrasi kemarin saat ngisi kolom komen, disitu aku menuliskan bahwa kita turis dari Indonesia beragama islam dan nggak makan babi. Padahal aku cuma ngasal komen, tapi responnya keren banget!
Padahal turis asing cuma kami bertiga dan sisanya adalah turis lokal Jepang yang notabene-nya sah-sah aja makan pork.
Tapi, saking pengennya memuaskan customer, sampe-sampe mereka pun memikirkan ketiga bolang yang jauh dari tanah airnya ini.
Terharu, deh.
*lap ingus*

Kenyang menikmati makan siang dan puas berfoto narsis, kami pun kembali ke area parkir bus. Sambil nunggu bus berangkat, aku berkeliling ke toko souvenir di sekitar situ dan mendapati ada yang jualan soft ice cream!
Udara dingin siang itu sama sekali nggak digubris dan aku melahap habis soft ice cream yang enyaaak banget. Sedangkan Yogi dan Budi cuma menggelengkan kepala dan menggigil waktu ditawarin ice cream :D

[bangunannya ketjeh!



[danau di sekitar Heidi's Garden]


Destinasi berikutnya adalah kunjungan ke pabrik kue Kikyoya.
Nampaknya Kikyoya ini masih sodaraan sama Heidy's Garden tempat kita makan siang tadi, soalnya begitu memasuki factory ada logo Heidy's.
Dari pintu masuk, kita dipandu menuju sebuah ruangan yang berisi Shingenmochi, kue mochi tradisional Jepang yang dimakan dengan toping sejenis gula merah di atasnya dan tepung beras.
Disitu kami boleh membawa Shingenmochi sepuasnya dengan syarat harus muat dalam satu kantong plastik.

Tanpa dikomando, ketiga bolang pun langsung menjejalkan Shingenmochi sebanyak-banyaknya buat dibawa pulang ke Indonesia.

[peserta tour yang lain juga nggak mau kalah, bungkuuuss yang banyak kakaaaks!]



[ini nih si Shingenmochi yang bikin kita kalap buat bungkus yang buanyaak]


Setelah puas memboyong satu kantong penuh Shingenmochi, kami pun diarahkan menuju area produksi Shingenmochi dan kue tradisional lainnya.
Dari atas factory, kami bisa langsung melihat proses pembuatan kue-kue imut di area produksi bawah. Begitu melewati lorong sepanjang factory, ada mba-mba yang menjual kue Sakuramochi yang baru aja mateng alias fresh from the oven.
Kapan lagi coba bisa menikmati kue Jepang yang masih anget dan fresh.
Tanpa ba bi bu, aku langsung memboyong dua buah Sakuramochi berwarna pink seharga 300 Yen.
Rasanya enyaaak dan masih anget pastinya :)

Keluar dari factory, kami disambut toko oleh-oleh dengan beragam kue tradisional Jepang yang diproduksi di factory.
Kalo beli souvenir mungkin masih bisa nahan diri dengan banyak-banyak istigfar, tapi kalo urusan makanan....ya owlooohhhh iler udah neter-netes banjir daah! Mana tahan ane! Boroooong semuaanyaa!
*seret keranjang belanjaan*

Puas ngeborong dan icip-icip kue, kami pun melanjutkan perjalanan menuju destinasi terakhir : Kebun Anggur!
Dari Factory menuju Kebun Anggur cukup ditempuh 10 menit saja, dan bener-bener nyampe dalam 10 menit! *tepoktangan*.

Kami digiring *Nidji kali ah...* menuju sebuah perkebunan anggur milik penduduk setempat. Tampak luar hanya terlihat rumah biasa dan toko yang menjual makanan, minuman serta souvenir bertemakan anggur, tidak tampak kebun anggur sedikitpun.

[bagian depan kebun anggur]



[Anggurnyaa, Ci! Murah, Ci! Kalo nggak pelcaya lu olang bisa laah tanya toko sebelah!!]


Memang sih, di atas rumah dan toko itu buanyaak pohon anggur yang merambat sekaligus sebagai peneduh sekitar rumah, tapi kebun anggurnya sebelah menong?

Rupanya acara petik anggur tidak dilakukan disitu.
Kami digiring lagi *Nidji kali, ah sudahlah.....* menuju bagian belakang rumah. Kami teruuuus berjalan hingga beberapa ratus meter ke belakang, melewati ladang dan kebun luas.
Tapi belum ada penampakan anggur sedikitpun, hanya ladang kosong dan kering.

[ladang kosong yang kami lihat sepanjang jalan]



[jalan teruuusss, buuu! kebun anggur menanti kita di ujung sana! cemunguudh!!!]


Setelah berjalan kira-kira 5 menit, akhirnya kami tiba di sebuah ladang penuh anggur.
Owalaahh, rupanya ladang anggur-nya ada di belakang banget dan buanyaaak anggur merah dan hijau yang ranum serta guedee seolah dadah-dadah ke kita minta dipetik.

[sejauh mata memandang, angguuuuur semua!



[gimana nggak ngiler, depan mata anggur guede-guede kayak gini!]


Sebelum para peserta tour dengan beringasnya memetik anggur yang ada di bawah kepala mereka [bahkan kita kudu nunduk-nunduk saking pendeknya pohon anggur itu], pemilik kebun anggur menjelaskan kalau setiap satu tangkup anggur yang dipetik, kudu dihabiskan saat itu juga, alias nggak boleh dibawa pulang.
Kalau sampai nyisa, kudu dibawa pulang dan dibayar dengan harga 1000 Yen/Kg.
Dan kalau merasa nggak sanggup ngabisin satu tangkup anggur dan nggak mau rugi bayar, di tengah-tengah kebun disediakan anggur-anggur yang udah dipetik dan bisa dimakan sepuasnya dengan beragam jenis.

[anggur-anggur yang disini boleh dimakan sepuasnya



[nggak cuma satu atau dua macam, tapi banyak jenis anggur yang bisa kita makan sepuasnya!]


Alaaahhh, enteng! Cuma anggur doank. Jangankan setangkup, 10 tangkup aja abis lah!
Itu yang dipikir Yogi waktu dia dengan pede-nya memetik satu tangkup anggur.

Lima menit kemudian, Yogi menghampiriku dengan wajah memelas, "Teh, bantuin abisin lah. Nggak kuat, euy. Satu tangkup aja buanyaak nya naujubilah gening! Rugi urang kalo kudu bayar mah."
Asem, lu Gi!
Makanya jangan songong!
Haha.

Akhirnya, dibantu Budi dan aku, kami bertiga dengan beringasnya melahap habis satu tangkup anggur.
Budi nyerah duluan karena dia ngerasa pusing alias mabok anggur.
Tapi berhubung aku dan Yogi nggak mau rugi bandar, rasa pusing yang menghinggapi kami pun tidak digubris dan melanjutkan makan anggur sampe kenyang bego.

[baru liat ada anggur panjang-panjang gini^^]


Setelah kekenyangan di kebun anggur, kami kembali ke bis untuk pulang.
Sepanjang jalan tol, lalu lintas malam itu padat merayap. Rupanya di Jepang pun sama aja toh kalo malam minggu, jalan tol ramee bok!
Tapi setidaknya nggak ada yang salip sini salip situ apalagi pake bahu jalan, semua tertib dan ngantri.
Kapan ya di Indonesia bisa begini....

Tepat jam 19:00 kami tiba di depan Shinjuku Center Building.
Di schedule memang tercantum kalo tour berakhir jam 19:00 dan tepat waktu!
Ebuseet! Nggak ada acara ngaret sedikitpun dan macet di weekend pun sesuai prediksi. Semua serba tepat waktu dan nggak ada waktu yang terbuang percuma.

Karena masih belum terlalu malam plus mumpung lagi di pusat kota Shinjuku, tadinya kepengen jelong-jelong dulu. Tapi melihat Budi yang udah kecapean gegara mabok anggur dan Yogi yang kepengen bobo maniez di hotel, akhirnya kita langsung menuju Shinkoiwa buat cari makan lalu kembali ke hotel.

Kepuasan yang sangat terasa selama aku mengikuti Bus Tour ini adalah ketepatan waktu dan pelayanan yang sepenuh hati.
Mulai dari meeting point, pengaturan schedule sampai prediksi waktu, semuanya tepat dan nggak ada yang terbuang percuma. Tidak hanya tour guide yang on time, tapi peserta tour yang lain pun disiplin dalam waktu dan nggak egois.
Nggak ada tuh yang seenaknya ngaret-ngaretin waktu karena dia masih pengen jelong-jelong atau foto selfie-nya kurang bagus jadinya kelamaan narsis, nggak ada yang egois nambah-nambah waktu dan nggak mau tau dengan peserta tour lain yang lagi nunggu, semua punya tanggung jawab, disiplin dan berprinsip : jangan sampai gara-gara gue ada orang yang kesusahan di luar sana.

Pelayanannya pun ramah banget, sampai-sampai mereka mikirin menu yang bisa disantap baik oleh orang Jepang lokal maupun oleh peserta asing yang punya beberapa makanan yang dilarang.
Nggak ada tuh guide atau tour leader yang nyolot atau nggak peduli saat ada peserta tour rempong nanya-nanya atau minta ini-itu. Semua dilayani dengan ramah dan nggak lupa senyum :)

Aku bukannya bermaksud mencibir atau membandingkan tour agent Indonesia dengan Jepang.
Tapi, setelah pengalamanku ke Pahawang beberapa minggu lalu, rasanya kok bedanya jauh banget ya.
Padahal biaya tour nggak jauh beda, palingan cuma beda 200rebuan aja, tapi rasanya nggak worth it aja ketika kemaren ke Pahawang.

Etapi, jangan salah gaes! Ada lho tour agent Indonesia yang asik dan gokil banget!
Contohnya waktu ke Pulau Tunda dulu. Seumur hidup menggunakan jasa tour agent, mungkin saat ke Pulau Tunda itulah yang masih jadi the best buatku.
Mungkin waktu ke Pulau Pahawang mah emang lagi sial aja kali ya...dapet tour agent kayak begitu. *pukpuk diri sendiri*

Well, setelah merasakan pengalaman Higaeri Bus Tour yang sangat memuaskan, semoga di lain kesempatan bisa nyicip lagi dengan destinasi yang berbeda.

Let's travelling!!!




[Travelling] : Pulang Pahawang - Day 2

Sebuah suara halus membangunkanku pagi itu.
Sambil setengah tidur dan dengan susah payah ngumpulin nyawa, kubuka mataku dan mencari asal suara.
Ooo, rupanya suara Oeng yang ngerengek-rengek pengen ngeliat sunrise di dermaga.

Untung suaranya doank yang halus.
Bukan mahluknya.
*dilempar Oeng ke laut*

Setelah sholat subuh dan cuci muka seperlunya, kami berlima langsung melesat menuju dermaga untuk melihat sunrise, sebuah ritual wajib kalo pergi ngetrip.
Dengan penerangan minim di sekitar rumah penduduk, kami berjalan dari penginapan menuju dermaga sambil meraba-raba dalam kegelapan.

Sesampainya di dermaga, rupanya pagi itu air pasang cukup tinggi sehingga hampir setengah dermaga sudah terendam air laut.
Mumpung area dermaga masih sepi, kami berlima pun langsung poto-poto maniez tanpa dikomando. Setelah acara pemotretan selesai, para bolang kembali ke penginapan untuk mandi, sarapan dan packing, karena hari itu hari terakhir kami di Pahawang.

[sunrise at Pahawang]




[Perkenalkan, kami sister member dari JKT48, yaitu CKP43  
(FYI, itu salah satu jurusan angkot di Cikampek)]


Meski agak terlambat, sarapan yang ditunggu pun datang.
Sarapan beres, kami pun segera menuju dermaga untuk tujuan berikutnya yaitu snorkeling dan jelajah pulau di sekitar Pulau Kelagian.

Jelajah pulau diisi dengan kejar-kejaran di pantai ala film India, poto-poto kiyut, dan makan popmie di pinggir pantai sambil nyeruput kopi.

[pemandangan di depan kami yang saat itu lagi asik nyeruput popmie dan kopi luwak sachetan]


Karena udah packing dan males basah-basahan, pagi itu nggak ada acara berenang ataupun snorkeling lagi buatku.

[PEACE!!!]



Tapi tidak untuk dua bocah, Bulan dan Oeng.
Meski kudu rempong ganti baju di atas kapal dengan bermodalkan kain pantai buat ngalangin, dua bocah ini teuteup semangat snorkeling. Sebodo amat lah baju-baju yang udah di packing, yang penting NYEBUR!
Sedangkan sisa 3 bolang, aku, Kikiw dan Sari cuma standby dan selfie di atas kapal.

Sebenernya rada-rada mupeng sih ngeliat Bulan dan Oeng snorkeling, apalagi spot-nya nampak lebih worth it dibandingkan spot snorkeling kemarin. Tapi, mengingat isi tas yang udah disusun rapih dan males buat mandi lagi, aku pun mengurungkan niatku.
Gegara itu, aku nggak dapet foto pas lagi nyelam deh T.T


[udah nggak mood snorkeling, jadi pinjem poto-nya Bulan lagi kelelep aja deh]


Acara snorkeling beres, kami semua pun kembali menuju Dermaga Ketapang.
Setelah menunggu Oeng dan Bulan selesai mandi dan bebersih, perjalanan dilanjutkan menggunakan mobil menuju Pelabuhan Bakauheni.

Siang itu Ketapang diguyur hujan cukup deras dan kami berlari-lari kecil menuju tempat mobil yang akan membawa kami menuju Bakauheni.
Sepanjang jalan menuju mobil, aku terus berdoa, "Ya owloohhh, semoga mobilnya bukan yang kemaren, sopirnya juga jangaaann. Pelis lah, aku pengen istirahat dan ngadem di dalam mobil."
Doa yang begitu khusuk terus kupanjatkan.
Bersamaan dengan kata Amin yang selesai kuucapkan, kami pun tiba di tempat parkir mobil yang ternyata mobil dan sopirnya SAMA KAYAK KEMAREN!

Welcome to the jungle, mobil sauna dan jet coaster!
Selamat tinggal udara adem dan tidur nyenyak.
Jangan lupa kencangkan sabuk pengaman, sediakan kipas manual dan baca Yasin dulu sebelum pergi.

Entah karena udah pasrah atau udah terbiasa [nggak mungkin terbiasa laah!], sepanjang jalan yang udah berasa naik jet coaster itu, aku malah tidur pules.
Anehnya, meski si bapa sopir mengemudikan mobil edan-edanan, salip-salipan, menerjang truk besar di depan sampe aku sangsi kalo mobil yang kami naiki ini punya rem, tapi kami berlima justru malah ketawa-ketawa dan feels so FUN!
Bahkan nggak kerasa pusing atau mabok sedikitpun meski diobok-obok di dalem mobil kayak gitu.
Mungkin bapa sopir yang satu punya kemampuan tingkat dewa dalam setir menyetir.

Perjalanan menuju Bakauheni yang harusnya ditempuh sekitar 3~4 jam, berkat bapa sopir F1 wanna be ini, hanya ditempuh dalam waktu 1.5 jam! Kebayang kan gimana dia nyetir?
Masih belum kebayang?
Ya udah, sebaiknya nggak usah dibayangin.
Don't force yourself, beibeh.

Sayang, waktu itu nggak sempet poto-poto ama bapa sopir buat kenang-kenangan.
Semoga sehat selalu ya, Pak. Salam ngebut dari kami berlima :D

Imbasnya, kami berlima nyampe terlalu awal di Bakauheni.
Belum ada satupun yang nyampe, bahkan tour leader-nya pun masih jauhhh tertinggal.
Ada untungnya sih kita nyampe paling awal, jadinya bisa sholat dulu, makan dulu dan istirahat sebelum lanjut naik Ferry menuju Merak.

Sekitar jam 18:30, semua peserta tour sudah lengkap dan kami pun langsung cuss menuju Ferry.
Kalau di itine, sebetulnya kita bisa naik Ferry lebih siang sehingga bisa ngeliat pemandangan laut lepas yang biru.
Tapi, itine hanyalah itine, ia hanya bisa berencana karena yang menentukan tetaplah tour leader.

Sekitar jam 21:00 (kalo nggak salah) kami tiba dengan selamat di Pelabuhan Merak. Aku yang awalnya berencana untuk pulang langsung ke Bandung, mengurungkan niatku dan merubah rencana karena sudah terlalu malam.
Akhirnya aku putuskan untuk nginep di tempat Oeng dan Kikiw [mereka tinggal bersama, FYI] dan pulang menuju Cikarang.

Karena bis yang kami tumpangi nggak bisa langsung ke Cikarang, mau nggak mau kita pun turun di Bekasi dan lanjut pake uber.
Rupanya Bulan pun ikutan nginep karena males pulang dan udah terlalu malem.

Setelah say goodbye dengan Sari yang beda arah, kami menuju Cikarang.
Begitu nyampe kosan Oeng dan Kikiw, nemu kasur, keempat bolang pun langsung menuju alam mimpi.

Travelling yang hanya dua hari, tapi entah kenapa terasa begitu melelahkan dan NGGAK BETAH.
Mungkin karena dari awal schedule udah berantakan dan bikin bete duluan, kebanyakan ngaret, kurangnya koordinasi, sehingga kami kurang menikmati travelling kali ini.

Tapi hikmahnya, bisa ngumpul sama temen dan berbagi suka duka selama travelling.
Karena buatku, yang terpenting dari travelling bukanlah destinasi, tapi partner selama ngetrip. Apalagi kalo sama temen-temen yang asik dan gokil, sejauh dan seberat apapun perjalanan pasti bawaanya bakal FUN!

[merenung dalam hati : duuh, cicilan mobil, motor, kosan belom dibayar, nabung buat ke Jepang lagi pun nggak nambah-nambah....
Receh banget renungan gue ya-_____-]




See you in next trip :)






[Travelling] : Pulau Pahawang - Day 1

Siang itu bis yang membawaku dari Purwakarta menuju Karawang berhenti tepat di sebuah jalan kecil yang satu setengah tahun lalu adalah jalan yang sering kulewati.
Sekitar jam 17:00 aku tiba di Karawang dan langsung melesat menuju kosan temanku.

Malam itu aku, Oeng, Bulan, Kikiw dan seorang teman kantor Oeng berencana untuk menghabiskan malam pertama libur panjang di awal bulan Mei dengan melancong menuju Pulau Pahawang yang berada di Lampung - Sumatra.
Rencana ini sebenarnya sudah kami rencanakan sejak dua bulan lalu. Setelah Oeng sebagai pencari jejak menemukan destinasi yang tepat untuk kami (tepat dalam biaya maksudnya), maka dipilihkan sebuah trip gabungan Pulau Pahawang dari sebuah travel agent.

Rencananya, aku dan Bulan pergi dari Karawang menuju Pelabuhan Merak, karena jarak tempat tinggal kami berdekatan. Sedangkan Oeng, Kikiw dan seorang teman yang nantinya diketahui bernama Sari pergi dari Cikarang yang notabene tempat mereka mencari sesuap nasi dan seember berlian [setdah! tajir amat kalian!].

Well, perjalanan dari Karawang menuju Merak harusnya cukup ditempuh 2-3 jam, tetapi berhubung weekend dan jalanan yang unpredictable [lagian kapan sih jalanan di Indonesia bisa diprediksi...], maka kami baru nyampe Merak sekitar jam 00:30 lebih setelah transit lebih dulu di Kp. Rambutan [gaya amat pake transit segala, mau ke Merak apa mau ke London, Neng?].

Padahal waktu meeting point di Merak adalah jam 00:00, tapi dua bolang ini baru nyampe 30 menit kemudian. Parahnya lagi, rombongan Oeng malah belum nyampe.
Sambil nunggu tiga bolang yang lagi putus asa gegara nggak nyampe-nyampe ke Merak, aku dan Bulan memutuskan untuk sholat, istirahat dan sedikit touch up dulu.

15 menit kemudian, kelima bolang pun lengkap dan kami menunggu di meeting point seperti yang ditunjuk travel agent. Parahnya, travel agent-nya justru belom nyampe alias masih di jalan.
Schedule penyebrangan Ferry yang seharusnya cuss jam 00:00, delay parah hingga jam 03:00 dinihari. Kelima bolang udah kelojotan nggak sabar, apalagi Kikiw sampe demo protes di depan salah seorang member travel agent. 

Setelah cengo nungguin berjam-jam sampe hampir jadi arca saking kelamaan nunggunya, akhirnya pihak travel agent mengumumkan kita bakalan naik Ferry dan cuss menuju Pelabuhan Bakauheni.
Horeeee!!!! Akhirnya, pergi juga.
Untung ntuh orang travel belum ane ceburin ke laut buat dimakan ikan hiu.

Perjalanan dari Merak menuju Bakauheni memakan waktu sekitar 2~3 jam. Entahlah, soalnya kelima bolang ini udah kepalang capek dan ngantuk, alhasil mereka pun pules di dalem kapal.

Sekitar jam 06:00 pagi, Ferry berlabuh dengan cantiknya di Pelabuhan Bakauheni.
Setelah kumpul dan absen tiap member [yaaa, sapa tau aja ada yang ketinggalan di dalem kapal atau lagi anteng berenang di tengah laut], kami menuju tempat parkir mobil tidak jauh dari tempat berlabuh. 
Rupanya perjalanan masih panjang, pemirsah.
Setelah berkutat di dalam kapal, kami masih harus berjuang menuju Dermaga Ketapang menggunakan mobil. 

Sebetulnya perjalanan menuju Ketapang akan terasa indah dan menyenangkan kalau AC MOBIL KAGAK MATI.
Selama dua jam lebih kami diobok-obok di dalam mobil dengan AC dudul plus bapak sopir dengan kemampuan menyetir melebihi pembalap F1. Mungkin bapak sopir beranggapan penumpang yang dia bawa itu pisang, bukan orang-_____-.

Sekitar jam 11:00 kami tiba di Dermaga Ketapang, telat 4 jam dari schedule.
Di itine, harusnya kami tiba di Ketapang jam 7 pagi, lalu sarapan, lalu menuju ke Pahawang, lalu snorkeling dan poto-poto cantik.
Tapi apa daya, tengah hari baru nyampe ditambah dengan udara panas menyengat, bingung mau ngapain karena tour leader-nya cuek bebek dan malah dengan santai-nya duduk di dalem rumah penduduk lokal buat ngadem.

Masih cengo dan bingung, kelima bolang akhirnya memutuskan untuk ganti baju karena setelah ini kita akan langsung snorkeling. Setelah ganti baju rame-rame di salah satu rumah penduduk, tour leader mengumumkan kalo makan siang udah siap.
Dengan udara panas dan hati ketzel, sebenernya udah nggak napsu makan, tapi daripada pingsan di tengah laut [amit-amit!], aku dan Oeng pun menuju teras depan rumah dimana makanan sudah disiapkan oleh penduduk lokal.

Makanan enak dan nikmat yang ada di bayangan kami seketika pupus, ketika melihat peserta tour lain saling berebut bahkan nggak segan-segan sikut menyikut hanya untuk mendapatkan sepiring nasi uduk+telur+bihun+tempe dan kerupuk. Layaknya orang-orang primitif yang nggak pernah sekolah, mereka bukannya antri tertib tapi malah saling serobot.
Tour leader pun bukannya support atau apalah gitu, tapi malah cuek bebek.
Aku yang sebetulnya udah males, mau nggak mau cuma bisa ngelus dada dan ikutan saling sikut #Eh

Kalo aja ada rumah makan padang atau pecel ayam di deket situ, meski harganya dua kali lipat, ane beliiiii!!! Daripada kudu berbaur dengan orang-orang primitif itu.

Sebelum cuss snorkeling, lagi-lagi kami kudu menunggu.
Pembagian alat snorkeling yang kurang terorganisir dan nggak tertib, menambah jam ngaret dan itine pun semakin amburadul.

[ini pembagian alat snorkeling apa sembako? rempong amat...]


Well, setelah perjalanan dilanjutkan menggunakan kapal kecil.
Kami berhenti di spot snorkeling pertama yaitu Pulau Kelagian Besar. Sebetulnya siang itu banyak spot yang bakal kami kunjungi seperti Penangkaran Ikan Nemo, Transplantasi Karang dan beberapa pulau serta spot snorkeling.
Tapi, dengan adanya ngaret parah, itine pun berantakan dan imbasnya cuma satu spot yang bisa dijelajahi.

[Meski bete karena schedule amburadul, wefie tetep jalan!!!]


Ya udah lah ya, daripada ngeluh mulu mending kita nyebur aja dan bercanda-ria dengan ikan-ikan di bawah sana. 
Sebagai seorang Type O yang sangat terstruktur, terjadwal dan paling kesel dengan hal-hal dadakan, apalagi kalo udah menghadapi schedule yang berantakan, aku yang siang itu udah kepalang nggak mood dan kesel akhirnya hanya snorkeling sebentar.
Apalagi kapal yang kami naiki ternyata nggak punya tangga, Jendral! Dan hanya mengandalkan seutas tali tambang serta ban karet untuk memfasilitasi peserta tour yang mau naik ke kapal setelah snorkeling.

Ya kali kalo yang naik body-nya ramping kayak model Victoria Secret, gampang naikknya dan cukup ditarik sama satu orang dari atas.
Kalo yang naiknya....ah, sudahlah.
Dear Mas-mas tour leader, jangan protes kalo abis ini tanganmu bengkak dan pegel gegara kudu narik banyak orang dari atas kapal ya.
Suruh sapa kagak nyiapin tangga.

Setelah snorkeling pertama selesai, kami pun beringsut menuju Pulau Pahawang Besar yang menjadi tujuan utama untuk check in penginapan dan istirahat.

[Pahawang arrived!!!]



[suasana dan pemandangan sekitar Dermaga Pahawang. Nice weather!!!]


Sebetulnya pemandangan di sekitar Pahawang amat sangat ketjeh, tapi lagi-lagi udah kepalang bad mood gegara schedule berantakan, aku cuma menanggapi dengan lempeng, sampe-sampe nggak mood poto-poto dan kamera pun tetap tersimpan rapih di tas.

Untuk mengantisipasi rebutan kamar, ngatri di kamar mandi dan rempong dengan peserta tour lainnya, kami berlima sengaja memilih penginapan private alias cuma kelima bolang ini yang menempati satu rumah penduduk. 
Sambil menunggu tour leader menunjukkan penginapan, aku, Kikiw dan Bulan rame-rame makan kelapa muda yang dijual penduduk setempat.
Lumayan lah, sedikit mengusir rasa bete :)

[kelapa mudaaaaaaa!!! daun mudaaaaa!!!! Saya suka semuanyaaaaa #eh]


Begitu tiba di penginapan, kami langsung disambut dengan makan siang yang amat menggoda dan bikin lidah bergoyang. Ada ikan laut yang digoreng, sayur asem, lalap dan tidak lupa sambel!
Kelima bolang yang udah kalap lapar langsung makan tanpa dikomando.
Apalagi semua hidangan itu disediakan si empunya rumah khusus cuma buat kami berlima. Waoww!!!
Akhirnya ada point plus buat travelling kali ini.

Selesai makan, kami pun mandi, sholat dan istirahat.
Sekali lagi aku bersyukuuuur banget memilih penginapan private. Meski kena charge tambahan 100 ribu per orang, tapi kita nggak usah ngantri lamaaaa ke kamar mandi dan bisa guling-guling di dalam rumah sebebas mungkin tanpa kuatir ada yang terganggu.

Sebetulnya sore itu ada acara snorkeling dan jelajah spot yang tadi siang belum sempat terjamah. Tapi, berhubung udah males dan capek, aku memutuskan untuk diem di penginapan aja. Rupanya Kikiw yang saat itu sakit kepala dan nggak kuat kalo harus jalan-jalan lagi, seiya sekata denganku.
Eeehh, Bulan dan Oeng pun ngikut.
Akhirnya, tinggal Sari yang sendirian pergi.
Ati-ati ya, Nak. Jangan lupa pulang, doa kami berempat menyertaimu. #Halah

Sambil mengisi waktu luang dan menunggu kepulangan Sari, aku, Oeng dan Bulan jalan-jalan chantieq di sekitar dermaga dan rumah-rumah penduduk. Sedangkan Kikiw masih meringkuk di penginapan karena masih sakit kepala *pukpuk Kikiw*.
Setelah puas poto-poto gaje, kami pulang dan nggak lupa beli sekarung cemilan buat di penginapan plus obat buat Kikiw.

[Pahawang di sore hari]


Sekitar setelah maghrib, Sari kembali ke penginapan [masih inget jalan pulang rupanya bocah satu ini].
Lagi-lagi sang pemilik rumah yang kami tempati menyediakan makan malam yang nikmat banget. Menu malam itu sayur lodeh, ayam goreng, dan sambel. Meski sederhana, tapi nikmat!
Sayangnya, karena Bulan udah keburu pules, jadinya cuma kami berempat yang dinner waktu itu.

Belum cukup dengan menu makan malam, sekitar jam 9 malam lagi-lagi kami dibawakan beberapa ikan bakar, lengkap dengan sambal kecapnya.
Ya owloooohhh, alhamdulillah!!!
Sambil bergosip di teras, malam itu kelima bolang melahap habis beberapa ekor ikan laut bakar lalu tidur sambil kekenyangan.

Gud nait, eperibadih!

Lanjutannya di postingan berikutnya ya :)




bolos

Hari Kamis lalu aku bolos kerja.
*celingak-celinguk takut ketauan Bos*

Bolos di tengah minggu, bukan untuk hari kejepit supaya bisa libur panjang saat weekend dan escape ke Bandung atau kota lainnya.
Cuma bolos.
Males kerja.
Thats it.

Jam 05:00 pagi, setelah bangun dan sholat subuh, pagi itu kembali berselimut dan meluk guling *pura-puranya meluk Matsujun gicuu*

Tepat jam 07:00 pagi, aku terbangun dan bukannya buru-buru ke kantor, tapi malah SMS ke Bos kalau aku pura-pura sakit dan nggak bisa masuk kerja.
Padahal hari itu ada kunjungan customer untuk Plant Tour dan meeting soal karyawan.
Tapi sebodo amat, kutarik kembali selimut dan kulanjutkan mimpiku bersama Matsujun.

Terkadang aku butuh waktu untuk merenung atau berpikir, atau menyepi sejenak atau mungkin hanya untuk melanjutkan mimpiku tadi malam.
Satu hari bolos kuisi hanya dengan nonton, tidur, makan dan ngajak motor kesayangan ke salon supaya kinclong.

Maaf, Bos.
Hari kemarin terlalu berat bagiku untuk dilewati, sehingga aku perlu sedikit waktu untuk menghela napas dan mengumpulkan energi agar bisa kembali bekerja dengan normal.

Dengan pikiran normal maksudku [karena badan sih masih sehat bugar], tanpa harus banyak distraksi, pikiran dan otak jahat, serta rasa menyebalkan yang akhir-akhir susah hilang.

Mungkin bukan hanya hari kemarin yang terlalu berat untukku, tapi kemarin-nya lagi, kemarin-kemarin-nya lagi, dan seterusnya.

Setelah satu hari penuh harga diriku diinjak-injak dan dicecar terus-menerus, mungkin memang sudah saatnya aku pergi sejenak.




bos-bos itu ternyata...

Sore hari menjelang pulang kantor, di office entah kenapa 3 orang bos Jepang berkumpul dan ngobrol dengan wajah serius.

Kupikir lagi ngomongin problem produksi atau quality, jadinya aku samperin dan ikutan nimbrung.
Begitu mendekat, beginilah isi pembicaraan mereka.

Bos A : "Hari ini Hana Yori Dango (Boys Over Flower) episode perdana tayang di Waku-waku
              Japan."
Aku : *melongo*
Bos B : "Eeehh, beneran?! Kudu nonton ini."
Aku : *mangap*
Bos C : "Oiyaya, hari ini episode 1 tayang, soalnya kemaren kan drama sebelumnya, JIN, udah
               tamat."
Aku : *nelen sumpit*
Bos B : "Ogitu? Gue nggak sempet nonton JIN."
Bos C : "Gue juga. Mau nonton episode terakhir, tapi udah keburu ngantuk, ketiduran deh."
Boa A : "Gue juga udah ngantuk sih kemaren malem, tapi berhubung episode terakhir, mana 2 jam
               spesial lagi, dikuat-kuatin deh nonton ampe abis."

Aku : *banting meja*
           "Kerja woooiiii!!! Inget umur woooiii!!! Udah pada ubanan semua juga, masih nonton
            sinetron."


Tapi, memang bener sih ya, drama Jepang itu bikin siapapun betah nonton.
Nggak yang muda, nggak yang udah ubanan pun, teuteup pada suka :)




lowongan kerja

Suatu hari, seorang teman kantor dari bagian Sales ngirim SMS.

Teman : "Mba, kamu mau resign?"
Aku : "Menurut lo?"
Teman : -_______-
             
Nggak nyerah, dia tanya lagi.
*bocah satu ini memang susah ngebedain antara bener-bener care sama cuma sekedar kepo*

Teman : "Aku ngeliat pengumuman di tempat finger scan, ada loker interpreter Jepang."
Aku : "Mungkin buat interpreter staff Jepang yang baru dateng kemaren."
Teman : "Halah, boong banget! Gantiin kamu, kan?"

Aku tidak melanjutkan pembicaraan dan melempar hape ke tempat jauh.

Pengennya sih jawab gini,
"Mungkin perusahaan udah nggak butuh gue, jadi cari pengganti, trus ane didepak deh...."



Ternyata sekarang lowongan kerja interpreter Jepang sampe diobral kayak gitu, ditempel di mading dan dideretkan bersamaan dengan info loker operator, saking nggak ada satupun yang mau ngelamar ke sini.
Padahal dulu, sampe kudu manggil agent recruitment dan bayar puluhan juta rupiah cuma untuk ngerekrut satu orang interpreter.

Jaman sudah berubah memang....
#apasih




interview (part 2)

Setelah interview di Bandung minggu lalu selesai, dimulailah acara menggalau nungguin hasil interview. Padahal cuma nunggu hasil, tapi udah berasa kayak nunggu eksekusi sama algojo.
Makan nggak enak, tidur nggak nyenyak, gelisah galau gundah gulali.

Bahkan, aku yang biasanya nggak peduli dengan e-mail, tiap saat tiap detik, ngecek e-mail melulu.
Bahkan, ketika ada e-mail promo atau cuman sekadar spam pun, langsung dibuka dengan antusias, karena berharap ada e-mail pemberitahuan.

Ketika lagi harap-harap cemas nungguin e-mail, dan yang muncul malah e-mail promosi nggak penting, langsung uring-uringan nggak puguh.
"Orang lagi nunggu e-mail penting, malah elo (promo) yang dateng!!!" 
*banting komputer*
*komputer kantor*

Then,
hari yang ditunggu pun tiba.

Hari kamis pagi, ketika ogah-ogahan kerja sambil nungguin donlotan, tiba-tiba ada notifikasi e-mail masuk.
Dengan hati-hati kubaca, karena takut ada yang terlewat atau salah baca.
Di akhir e-mail itu tertulis :

"PASS"

Selangkah lebih maju menuju pekerjaan baru yang lebih baik.

Selain pemberitahuan lulus tahap ke-1, di e-mail itu pun diberitahukan mengenai schedule interview selanjutnya alias tahap ke-2.
Karena bapak manager yang waktu itu datang ke Indonesia sekarang lagi di Jepang, jadinya mau nggak mau interview dilakukan by SKYPE.

Dengan kondisi internet di Indonesia yang hidup-segan-mati-tak-mau, aku kebingungan nyari lokasi yang internetnya stabil dan nggak bikin interview SKYPE-ku terhambat.
Karena sinyal di kosan udah nggak bisa diharapkan, apalagi nyuri-nyuri internet di kantor, akhirnya terlintaslah sebuah ide.

Yaitu pake TV Conference di kantor buat SKYPE-an.

Ya nggak lah!
Pengen diselepet layar komputer hapah?!
Pake fasilitas kantor buat ngelamar ke perusahaan lain? Belom pernah keselek mesin produksi kayaknya...

Akhirnya, diputuskanlah untuk nebeng wifi gratis di sebuah kedai kopi internasional yang terkenal dengan wifi-nya yang kenceng.
Karena interview dilakukan hari Senin, aku pun terpaksa bolos kerja.

Meski interview dijadwalkan jam 11 siang, tapi hari itu aku udah stenbay di cafe sekitar jam 10-an.
Setelah cari posisi aman dan sepi, karena nggak banget kalo lagi interview ada orang lalu lalang atau di sebelah berisik lagi bergosip, aku pun langsung setting SKYPE dan siap-siap online.

Tepat jam 11:00, notif SKYPE-ku menyala dan menandakan interview yang ditunggu-tunggu pun dimulai.

Hanya berselang 20 menit, interview pun selesai.
Pertanyaan yang diajukan pun standar, hanya seputar visi dan misi, alasan kenapa pengen kerja di Jepang, tanya-tanya soal perbedaan budaya Indonesia dan Jepang, dan banyak lagi.
Alhamdulillah, interview berjalan lancar.
Dan lagi-lagi aku harus menunggu satu minggu untuk mengetahui apakah hasil interview-nya lulus atau sebaliknya.

Then...
siang ini hasil interview tersebut datang melalui e-mail.
Hasilnya saya gagal, pemirsa.

Well, mungkin bukan rejeki.
Ya udah, gitu aja.
Mari kita berburu lagi, toh gagal satu kali bukan berarti dunia berakhir, kan?




10 Hal yang Bisa Ditemukan di Osaka

13-Mar-16

Last day eksplore Jepang [nangis...nggak mau pulaaang], cukup dihabiskan di tempat yang deket-deket aja, yaitu Osaka.
Karena kaki udah diambang batas dan gempor tingkat khayangan, plus temenku Uul pun nampaknya udah semaput, jadi kita explore yang deket-deket apartement Uul aja.

Osaka adalah kota besar yang rekomended banget untuk dikunjungi setelah Tokyo. Meski jarak dari Osaka ke Tokyo hampir kayak Jakarta - Surabaya, tapi wajib fardu'ain lah kudu pergi ke Osaka.
Apa sih yang bikin Osaka istimewa dan apa aja yang bisa dilakukan selama di sana?

Check it out!

1. Surga makanan enak

Kalo kalian merasa makanan Jepang hambar dan nggak sesuai di lidah Indonesia yang biasa pakai beragam bumbu, nampaknya kalian kudu coba ke Osaka untuk menyantap beberapa makanan khas disana.
Berbeda dengan kuliner sekitar Tokyo, Osaka lebih kaya rasa dan bumbunya pun mantabh! Pendapat pribadi saya sih, rasa makanan di Osaka lebih bisa diterima oleh lidah orang Indonesia, dan pastinya ENAAAK pake bangedh!


Begitu keluar dari apartement Uul, kita ngesot 5 menit dan langsung tiba di sebuah taman kota yang asri banget. Begitu memasuki taman, mataku langsung tertuju dengan kedai-kedai makanan yang berjejer rapih *lap iler*



 [Sejenis kue pukis (kalo di Indonesia) berbentuk Doraemon yang masih angeeeett, cocok dimakan dalam cuaca Osaka yang dingin. Harganya bervariasi mulai dari satu kantung 300, 500 dan 1000 Yen.]





 [Stick daging kepiting yang guedeee dan enaaak pake bangedh! Mungkin kalo di Indonesia sejenis otak-otak. Dengan harga 600 Yen, worth it banget lah!]




[Soft cream rasa ogura. 
Sayangnya masih kalah maknyoss sama matcha soft cream waktu di Kyoto]





[Takoyaki terenak yang pernah aku makan! Isi sebanyak ini cuma 300 Yen pulak!]





 [Pizza-nya tipis, tapi kenyang bangedh!]





[Nasi dengan aroma curry plus daging kambing, dan makin mantabh ditambah telur setengah mateng.]



2.  Osaka Castle

Area Osaka Castle ini luaaaas banget dan terdiri dari berbagai macam area. Mulai dari taman, kolam, Main Castle, parit yang mengelilingi Castle, tempat khusus jualan makanan, hingga toko oleh-oleh. 

Memasuki area luar Castle (taman dan sekitarnya) tidak dipungut biaya apapun, tapi untuk masuk ke Castle-nya sendiri harus membayar tiket masuk.
Di depan castle-nya sendiri kita langsung disuguhi berbagai macam oleh-oleh khas Osaka yang bikin nggak berhenti istigfar, karena pengen ngeborong aja bawaannya.

Banyak aktivitas yang dilakukan penduduk sekitar di area Castle dan taman. Seperti ngajak jalan-jalan hewan peliharaan, jogging, jajan-jajan chantieq, modus sama gebetan, atau sekedar galau di pinggir sungai.


[Taman dan kolam di sekitar Osaka Castle yang bersiiiih dan asri banget]






[Ini baru sebagian dari Osaka Castle, kebayang segimana luasnya?





[Lapor! Benteng sudah kami kuasai, Yang Mulia! 
*iyaaa Benteng Takeshi kaleee!*]



3.  Anjing-anjing lutuu



[Karena kebetulan hari libur, banyak yang ngajak pet-nya jalan-jalan chantieq di sekitar taman]




4.  Bocah-bocah SMA yang sedang latihan



[Nggak cuma para siswa-nya, bahkan bapa pelatihnya pun ikutan. 
Ikutan ngasih aba-aba di pinggir, maksudnya]




5.  Taman Ume



[Karena masih bulan Maret, hanya pohon ume yang bunganya udah mekar.
Sakuranya masih ogah-ogahan nongol.]




6.  Tukang sulap


Ketika perjalanan pulang dari Osaka Castle, kebetulan 'dicegat' sama tukang sulap jalanan. Meskipun namanya sulap jalanan, tapi performance-nya asli keren banget! Bener-bener menghibur!



7.  Tempat makan unik

Ketika di Osaka, ada dua tempat makan yang kami kunjungi.
Yang pertama berlokasi di Ebisu (sekitar Shinsekai), yaitu warung takoyaki.
Tempatnya berupa rumah penduduk di pinggiran kota yang diubah sebagian menjadi sejenis cafe kecil untuk sekadar minum kopi dan jendela kecil tempat membeli takoyaki.




Tempatnya memang nggak terlalu besar dan tidak semewah restoran di pusat kota.
Tapi, atmosfernya mengingatkan kita dengan rumah nenek yang adem dan tenang. Ibu pemilik kedai pun baiiik dan ramah banget.

Meski baru pertama kali bertemu dan kami waktu itu hanya memesan takoyaki seharga 300 Yen, Ibu pemilik kedai dengan ramahnya ngajak ngobrol. Apalagi ketika dia ngelihat aku bawa-bawa dompet kecil berbentuk kucing hitam, si Ibu langsung bercerita kalau dia juga punya kucing hitam yang lutuuu dan gendut di dalam rumah.


Selain kedai takoyaki, dua bolang ini pun menyempatkan mampir ke Kaitenzushi.
Itu looh sushi yang mejanya bisa muter, jadinya kita tinggal nunggu sushi yang kita pengen datang dengan sendirinya ke hadapan kita.

Restoran sushi yang saya lupa namanya ini (ditoyor pemilik restoran) nggak cuma menyediakan sushi, tapi ada ramen, udon, steak hingga karaage (ayam goreng tepung).
Kalau kita pesan makanan selain sushi, akan dianter pake alat khusus yang menyerupai kereta Shinkansen. Kereta-keretaan itu akan melaju dari bagian dapur tepat menuju meja si pemesan. Jadi, nggak bakalan salah, pasti nyampe di meja kita.
Kita pun nggak usah ngomel sama waitress yang lama nganterin makanan, karena kereta Shinkansen bakal nganterin langsung ke meja.
Unik banget!!

Dan yang paling istimewa adalah tiap piring sushi harganya 100 yen flat!
Waoooww, cocok nih buat kantong yang makin tipis, apalagi hari terakhir liburan.
Haha.






[sushi similikiti langsung menghampiri meja dan muteeer terus, kita tinggal ambil sushi mana yang mau dimakan]



8.  Shinsekai

Shinsekai ini mungkin ibaratnya kota pinggiran yang masih tradisional. Terbukti dengan banyaknya pertokoan yang bernuansa jaman doeloe dan suasana kotanya pun nggak terlalu ramai seperti pusat kota.

Di Shinsekai banyak ditemui toko-toko unik, mulai dari toko barang-barang second dengan harga miring, toko daging murah, toko sepatu atau baju murah, sampai toko yang menjual pernak-pernik bali dan kopi asli Indonesia!



 [mejeng di Tsutenkaku, icon Shinsekai]





[Suasana pertokoan tradisional di Shinsekai.
Banyak yang tutup, entah memang udah nggak jualan atau pemiliknya sedang lelah sehingga butuh piknik^^
]



9.  Dotonbori

Dotonbori adalah pusat keramaian dan tempat gahol buat nongkrong di Osaka. Mungkin kalo di Tokyo ibaratnya kayak Shibuya atau Harajuku.
Pokonya belom sahih deh kalo ke Osaka tapi belum ke Dotonbori.
Belom gahol deh kalo belom belenjong di Dotonbori.

Dotonbori sendiri cakupannya cukup luas dan buaaaanyak tempat maupun area belenjong yang bisa kita temukan di sana.



[Icon Dotonbori yang terkenal : patung kepiting guedeeeee.
Btw, saya nggak kenal sama bapa di sebelah yang ikut-ikutan foto! Sumveh!]





[Jangan ngaku pernah ke Osaka kalo belum foto bareng Glico Man! Hohooo]





[Salah satu spot di salah satu dinding pertokoan di Dotonbori ini bisa jadi ajang narsis, karena wajah kita bisa nongol di TV yang ada di atas toko]





 [sungai di area Dotonbori yang menambah suasana lebih caem. Ehem!]





[Padahal masih jam 6 sore, tapi udah penuuuhhhh banget, dan sebagian besar anak muda yang menuh-menuhin sekitar Dotonbori]





[kebetulan ada stasiun TV yang lagi meliput Dotonbori. Sekalian narsis seorang anak muda pun menunjukkan kebolehnnya jugling bola sepak]





[Eeeeehh, ada Nino di Dotonbori!!!!]



10.  Shinsaibashi

Shinsaibashi adalah sebuah area pertokoan yang selalu penuuuuuhhh dikunjungi, terutama anak-anak muda dan gahol kayak ane (ditoyor).
Uul bilang, mau hari biasa, mau hari libur, mau hari galau, Shinsaibashi ini nggak bakalan pernah kosong!

Di Shinsaibashi, kita bakal menemukan banyak toko terkenal, mulai dari yang branded sekelas Gucci, Forever 21, H&M, Starbucks, local shop seperti Daiso, ABC Mart, Sezaria, sampai kedai makan dan banyak lagi.
Harganya pun bervariasi, mulai dari yang serba 100 yen sampai harga yang bikin mikir ini-bayarnya-pake-daun-atau-kudu-jual-ginjal-dulu.

Shinsaibashi mulai menampakkan puncak keramaian sekitar jam 5 sore sampai jam 10 malam.
Begitu lewat jam 10 malam, Shinsaibashi yang tadinya buat napas aja sesak dan susah, tiba-tiba akan menjadi kosong melompong bagaikan kuburan.

Nggak percaya?
Nih, lihat perbedaan foto di bawah yang diambil ketika baru nyampe Shinsaibashi di sore hari dengan ketika mau pulang sekitar jam 11 malam.


 [sore hari]




[menjelang tengah malam]




Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...