interview (part 2)

Setelah interview di Bandung minggu lalu selesai, dimulailah acara menggalau nungguin hasil interview. Padahal cuma nunggu hasil, tapi udah berasa kayak nunggu eksekusi sama algojo.
Makan nggak enak, tidur nggak nyenyak, gelisah galau gundah gulali.

Bahkan, aku yang biasanya nggak peduli dengan e-mail, tiap saat tiap detik, ngecek e-mail melulu.
Bahkan, ketika ada e-mail promo atau cuman sekadar spam pun, langsung dibuka dengan antusias, karena berharap ada e-mail pemberitahuan.

Ketika lagi harap-harap cemas nungguin e-mail, dan yang muncul malah e-mail promosi nggak penting, langsung uring-uringan nggak puguh.
"Orang lagi nunggu e-mail penting, malah elo (promo) yang dateng!!!" 
*banting komputer*
*komputer kantor*

Then,
hari yang ditunggu pun tiba.

Hari kamis pagi, ketika ogah-ogahan kerja sambil nungguin donlotan, tiba-tiba ada notifikasi e-mail masuk.
Dengan hati-hati kubaca, karena takut ada yang terlewat atau salah baca.
Di akhir e-mail itu tertulis :

"PASS"

Selangkah lebih maju menuju pekerjaan baru yang lebih baik.

Selain pemberitahuan lulus tahap ke-1, di e-mail itu pun diberitahukan mengenai schedule interview selanjutnya alias tahap ke-2.
Karena bapak manager yang waktu itu datang ke Indonesia sekarang lagi di Jepang, jadinya mau nggak mau interview dilakukan by SKYPE.

Dengan kondisi internet di Indonesia yang hidup-segan-mati-tak-mau, aku kebingungan nyari lokasi yang internetnya stabil dan nggak bikin interview SKYPE-ku terhambat.
Karena sinyal di kosan udah nggak bisa diharapkan, apalagi nyuri-nyuri internet di kantor, akhirnya terlintaslah sebuah ide.

Yaitu pake TV Conference di kantor buat SKYPE-an.

Ya nggak lah!
Pengen diselepet layar komputer hapah?!
Pake fasilitas kantor buat ngelamar ke perusahaan lain? Belom pernah keselek mesin produksi kayaknya...

Akhirnya, diputuskanlah untuk nebeng wifi gratis di sebuah kedai kopi internasional yang terkenal dengan wifi-nya yang kenceng.
Karena interview dilakukan hari Senin, aku pun terpaksa bolos kerja.

Meski interview dijadwalkan jam 11 siang, tapi hari itu aku udah stenbay di cafe sekitar jam 10-an.
Setelah cari posisi aman dan sepi, karena nggak banget kalo lagi interview ada orang lalu lalang atau di sebelah berisik lagi bergosip, aku pun langsung setting SKYPE dan siap-siap online.

Tepat jam 11:00, notif SKYPE-ku menyala dan menandakan interview yang ditunggu-tunggu pun dimulai.

Hanya berselang 20 menit, interview pun selesai.
Pertanyaan yang diajukan pun standar, hanya seputar visi dan misi, alasan kenapa pengen kerja di Jepang, tanya-tanya soal perbedaan budaya Indonesia dan Jepang, dan banyak lagi.
Alhamdulillah, interview berjalan lancar.
Dan lagi-lagi aku harus menunggu satu minggu untuk mengetahui apakah hasil interview-nya lulus atau sebaliknya.

Then...
siang ini hasil interview tersebut datang melalui e-mail.
Hasilnya saya gagal, pemirsa.

Well, mungkin bukan rejeki.
Ya udah, gitu aja.
Mari kita berburu lagi, toh gagal satu kali bukan berarti dunia berakhir, kan?




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...