[Sightseeing] : Oarai - Ibaraki Perfecture

Saya biasanya tidak begitu suka pergi ke laut, dengan alasan :
PANAS.

Tapi, begitu merantau ke Jepang, saya jadi suka laut.
Apalagi saat musim semi, gugur atau dingin.
Karena laut yang tadinya punya image panas, kini jadi sejuk dan enak untuk berlama-lama memandangi hamparan air berwarna biru yang luas.

Apalagi ketika melihat para nelayan dan kapalnya wara-wiri di sekitar pelabuhan saat pulang dari melaut.















[Work] : bos selalu benar

Beberapa hari yang lalu, seorang klien yang biasa ngurusin pemagang Indonesia ngasih kabar kalau salah satu pemagangnya dikabarkan nggak pulang ke asrama selama dua hari.
Selain itu, si anak magang ini pun nggak masuk kerja tanpa alasan yang jelas.
Begitu salah seorang staffnya memeriksa barang-barang si anak, koper, pakaian dan barang lainnya masih tersimpan rapih di asrama.

Yang menandakan MUNGKIN si anak lagi nginep di rumah temennya dan lupa ngabarin.

Meski masih dugaan, sebagai karyawan yang baik *HALAH*, aku melaporkan informasi ini ke bagian pembinaan pemagang yang ada di kantor pusat di Indonesia. Cuma info sekadarnya melalui LINE dan screenshoot chatting berisi informasi dari staff serikat sih.
Dan nggak lupa ngasih tau ke bos Jepang ane.
Yah, paling tidak ane udah ngasih kabar.
Dan pihak pusat pun cuma menanggapi biasa.

Tetapi, besoknya si anak magang ini masih belum pulang juga.
Dia pun masih nggak masuk kerja dan nggak ngasih kabar, baik ke tempat kerjanya, ke serikat pekerja, bahkan ke teman sesama pemagangnya.
Akhirnya, munculah praduga kalau anak magang ini KABUR.

Karena masih praduga, maka di hari yang sama aku beserta salah seorang staff dari serikat pergi ke tempat kerjanya dan bertemu langsung sama presdir dan staff lainnya untuk mengulik informasi lebih jelas.
Setelah bicara langsung dengan bapak presdir dan sesama pemagang Indonesia lainnya, kesimpulan yang diambil adalah si anak ini kemungkinan kabur.

Setelah meeting panjang hingga tengah malam dan menggali informasi ke semua pemagang yang satu tempat kerja sama anak magang yang kabur ini, diputuskan pihak perusahaan akan menunggu hingga akhir minggu, baru memutuskan kalau si anak benar-benar kabur.

Begitu meeting selesai, aku pun pulang, mandi trus loncat ke tempat tidur.
Gile bok, dari pagi buta baru pulang tengah malem.
Kuntilanak aja masih kalah sama jam kerja gue.

Aniwey, dengan praduga bahwa si anak magang itu kabur, staff serikat pastinya laporan sama atasannya, kemudian besok paginya si petinggi serikat pun laporan juga sama bos gue di kantor pusat Indonesia melalui email.

Setelah itu, ujug-ujug bos pusat beserta sang istri yang selalu merasa dirinya paling benar bilang gini :
"Saya terima email pagi ini, katanya ada anak magang di Jepang yang kabur, dan kemarin malam salah satu staff branch Jepang (gue maksudnya) sudah meeting dengan presdir perusahaan dan orang serikatnya.
Tapi KENAPA ANDA TIDAK MENGINFORMASIKAN APAPUN ke pusat?"


[EH??! Bentar, bentar, SITU NGEMENG APA BARUSAN?!]


Perasaan beberapa hari yang lalu gue udah ngasih info ke bagian pembinaan pemagang di kantor pusat yang mana kepala departement-nya sendiri adalah elu sendiri, NYONYAH!



Masih belum selesai si nyonyah maha benar ini ngomel-ngomel, suaminya pun ikut-ikutan sok ngasih wejangan.
Katanya, sebagai karyawan yang baik harus selalu mengedepankan LAPORAN, INFORMASI, dan DISKUSI.

Apalagi informasi ada anak magang yang kabur adalah info penting tingkat khayangan, yang harus as son as possible disampaikan.
Apalagi si tante nyonyah ini paling nggak suka kalo info yang dia dapatkan malah dari serikat, bukan dari pegawainya sendiri.

[Ada lagi yang mau disampaikan, bapa dan ibu yang terhormat?]


Jadi begini ya, 
wahai tante maha benar.

Beberapa hari sebelumnya kan gue udah laporan ke departemen elu melalui seluruh staff pembinaan.
Nah, dari staff pembinaan itu biasanya akan disampaikan ke atasannya yaitu NGANA sendiri.

Karena menurut struktur organisasi yang berlaku, dari kami branch di Jepang harus selalu melaporkan ke bagian pembinaan jika ada info terkait pemagang Indonesia.
Nah, dari pembinaan itu berikutnya ke kepala departmen pembinaan lalu bapa presdir alias suami elo!
Ditambah lagi, sesuai struktur organisasi, atasan gue langsung itu adalah bagian pembinaan dan bos Jepang ane.
Dan gue udah lapor ke semuanya.

Kalo misalnya laporan dari bagian pembinaan nggak nyampe ke situ, 
SALAH GUE?!
SALAH TEMEN-TEMEN GUE?!
*lagi-lagi jokes sesuai KTP*



Jadi, sebelum situ ngomel dan nuduh gue yang nggak-nggak, silakan beresin dulu departemen elu sendiri.
Masa info sepenting itu nggak nyampe ke nyonyah sih?
Padahal gue ngasih info ke bagian pembinaan itu nggak cuma ke satu-dua orang looh, tapi LIMA orang.
Tapi nggak ada satu orang pun yang laporan ke nyonyah tante ini?
MUNGKIN MEREKA LAGI PADA PUASA NGOMONG SAMA ANDA.

Untuk membuktikan bahwa gue udah laporan, maka gue kasih screenshoot laporan gue ke bagian pembinaan via LINE ke si tante ini.

Eh, bukannya minta maaf karena udah nuduh dan ngomel tanpa alasan jelas, 
atau paling nggak basa-basi apa kek, si tante masih nggak mau disalahin dan malah ngomel-ngomel nggak karuan.



Ujung-ujungnya suami dia alias bapa presdir nelpon bos Jepang gue dan ngomel-ngomel di telepon.
Karena bos Jepang gue males berdebat *dan pastinya nggak bakalan menang debat sama dua suami-istri maha benar ini*, akhirnya bos Jepang gue ngalah dan meminta maaf.
*padahal bukan dia yang salah*

Begitu tahu bos Jepang gue memohon-mohon maaf padahal yang salah adalah pihak pusat sono, 
rasanya pengen



ke si nyonyah sotoy itu.

Ya ya ya.
Peraturan No.1 : Bos selalu benar.
Peraturan No.2 : Kalau dia/mereka salah, maka balik lagi ke peraturan No.1

LAGU LAMA.

Kapan sih dua orang itu berhenti nyalahin orang?!
Atau seengaknya bercermin bahwa KALIAN itu nggak selamanya SELALU BENAR.



Setelah puas ngomel dan sok-sokan ngasih wejangan *untuk menutupi kesalahan dan keguoblokan bawahannya yang nggak laporan sama dia*, duo serigala suami-istri ini bilang kalau ntar-ntar laporan LANGSUNG aja ke mereka.
Nggak usah melalui pembinaan atau departemen lain.

WOKEH.

Tapi,
sebelum itu,
izinkan hamba rakyat jelata
yang cuma upil dimata nyonya dan tuan ini bertanya,
satu hal saja.

Kalau gue langsung laporan ke tuan dan nyonya sebagai pemilik perusahaan,
TRUS APA FUNGSINYA DEPARTEMEN PEMBINAAN dan divisi lainnya?
TRUS APA FUNGSINYA STRUKTUR ORGANISASI?
*Eh, itu dua ya pertanyaanya*



Tapi, karena gue, bos Jepang, dan staff branch Jepang lainnya udah enek kalo harus berdebat sama mereka berdua, akhirnya kami memutuskan untuk diam seribu bahasa aja dan cuma bisa manut.

Bos yang salah, bukti pun ada, tapi malah nuduh yang nggak-nggak,
ujung-ujungnya orang tak bersalah yang harus minta maaf.


Gimana, wahai orang-orang maha benar sejagad raya?
Gimana rasanya menjadi orang yang selalu merasa benar?
Apa perlu saya kasih cermin supaya kalian sesekali ngaca gicuuu?

[Atau kalian malu ngeliat wajah sendiri?]




[Life in Japan] : ketinggalan barang di kereta

Setelah postingan sebelumnya yang penuh emosi *nyahahaha*, mari kita kulingdon sebentar di postingan kali ini :)

Ceritanya, hari Sabtu dua minggu lalu aku diundang ke suatu pesta perusahaan yang diadakan di suatu hotel di sekitaran Shinagawa.
Perusahaan ini adalah salah satu klien kantorku, dan kebetulan di hari itu ada sejenis Starting Party-nya dia.

Nah, setelah party selesai kami dikasih semacam souvenir berupa kue Baumkuchen. Karena hari itu aku datang barengan bos Jepang ane, maka kue Baumkuchen yang kita terima ada dua box.
Bos Jepang ane nggak begitu suka Baumkuchen, soo dikasihlah itu kue ke akik.

Lumayan lah, buat cemilan.
Apalagi Baumkuchen edisi terbatas dari hotel penyelenggara, rasanya pasti dijamin endeuus lah ya.
Apalagi kue Baumkuchen adalah kue kesukaan gue.
*terutama yang gratis*

Singkat cerita, dua box Baumkuchen pun akik kantongi dan bawa pulang.
Dari Shinagawa menuju apartement makan waktu sekitar 2 jam pakai kereta.
Karena paper bag yang berisi kue lumayan gede dan agak ribet kalo ditenteng terus, apalagi ane pengen bobo chantieq di dalam kereta, maka paper bag itu aku simpen di tempat penyimpanan barang yang ada di atas kursi gerbong kereta.

Begitu kereta hampir tiba di stasiun tujuan, aku pun turun sambil setengah sadar karena baru bangun tidur.
Yakali cyin, abis pesta makan banyak dan enak *sekalian perbaikan gizi, maklum anak kos*, ditambah kereta lagi kosong, dapet tempat duduk yang pewe banget, dijamin pules selama dua jam tidur di kereta.

Begitu kereta tiba di stasiun tujuan, aku langsung turun dan jalan menuju apartement.

Iya, jalan keluar gerbong dengan santainya
dan nggak inget
kalo tadi
GUE BAWA KUE.

Begitu nyampe kamar, akik ngerasa kok ada yang kurang ya.
Perasaan tadi nenteng sesuatu dari Shinagawa, kok sekarang berasa ringan ya.

ASTAGPIRULOOOOH!
Kue Baumkuchen KETINGGALAN.

Dan gue baru sadar ketika udah nyampe kamar.
Padahal begitu keluar stasiun, masih sempet belanja di supermarket, beli kopi di starbak, yang artinya saat turun dari kereta sampe inget bahwa kuenya ketinggalan ada jeda SATU JAM.

Ini sih bukan kelupaan lagi namanya, tapi PIKUN TINGKAT PROPINSI.
*dicekokin gingko biloba*

Karena udah nyampe kamar dan males keluar, ditambah dingin udah gelap pulak *emang dasarnya males sih*, maka aku putuskan buat ngerelain kue yang ketinggalan itu.

Tapi,
sepanjang malem kepikiran terus sama Baumkuchen yang nampak enak dan mahal, hadiah dari hotel ternama pulak, dapet dua box pulak, dan GRATIS
*PENTING*.

Akhirnya, besok paginya aku pergi ke stasiun dan bilang sama petugas stasiun kalo kemaren malem ketinggalan barang di kereta.
Untungnya, gue masih inget kereta mana dan jam berapa.

Setelah ngasih jadwal kereta yang kunaiki kemarin, bapa petugas stasiun pun mulai mencarikan Baumkuchen yang ketinggalan itu.
Setelah diselidiki, si kue rupanya ketemu dan sekarang disimpen di Stasiun Kagohara, alias satu stasiun dari tempatku.

Tadinya mau nekat pergi ke Kagohara, tapi petugas stasiun bilang kalo kuenya bisa dianter ke Stasiun Kumagaya (tempatku sekarang), asalkan akik mau nunggu satu hari alias baru bisa diambil besok.
Karena memang nggak buru-buru dan males juga kudu ke Kagohara buat ngambil kue *emang pada dasarnya males sih...nyahahaa*, maka aku pun mengiyakan saran petugas stasiun itu.

Besok sorenya, aku datang lagi ke tempat claim barang hilang di stasiun.
Setelah mengisi selembar formulir berisikan nama, alamat, dan tandatangan serta memperlihatkan kartu identitas,
WOILAAAAAA
petugas stasiun memberikan secarik paper bag yang berisi dua box Baumkuchen!

Yeaayy!!
Akhirnya bisa nikmatin kue enak buatan hotel dan gratis *TEUTEUP*

[si Baumkuchen yang telah malang melintang selama dua hari karena pemiliknya pikun dan ceroboh...hahaa]


Setelah ngucapin makasih sama petugas stasiun, aku pun pulang dengan hati riang dan gembira sembari menantikan makan kue Baumkuchen sambil nonton tipi di apartement nanti.

Baidewey, awalnya agak skeptis dan mengira kalo Baumkuchen-ku nggak bakalan balik lagi.
Tadinya sih udah mau iklasin aja tuh kue.
Tapi, karena aku sering denger kalo Jepang tuh keren banget soal pengurusan barang hilang dan dijamin pasti balik lagi, maka aku pun menguji nyali buat ngetes bener apa nggak barangku yang ketinggalan bakal balik utuh atau tidak.

Hasilnya,
meskipun Baumkuchen itu ketinggalan dan kelupaan selama hampir dua hari, beliaw bisa kembali utuh ke tangan pemiliknya.
Kalo di Indonesia udah raib ke mana kali ya 😁😁😁

Tapi, kata temenku sih sebetulnya ketinggalan barang di kereta itu untung-untungan.
Mungkin aku lagi beruntung makanya kue nya bisa dicari dan balik lagi.
Mungkin nggak ada yang minat sama Baumkuchen saat itu, jadi kagak ada yang ngambil.
Soalnya, beberapa waktu lalu klien ku pernah ketinggalan di kereta satu dus berisi sayuran segar hadiah dari customernya.
Meski udah dicari kemana-mana, hasilnya nihil.
Padahal itu dus gede dan berat lho, yang ngambil niat banget ya.

Well,
terlepas beruntung atau nggak, tapi pengalaman ketinggalan barang di kereta kali ini seru banget.
Ternyata Jepang memang GOKIL seperti cerita-cerita yang sering kudengar dari orang 😇




[Slice of Life] and [Work] : The biggest case in this century

Disclaimer :
Postingan ini akan panjaaang beud, jadi bagi yang males baca, feel free to ignore it ya :)

Sebetulnya cerita dalam postingan kali ini SAMA SEKALI nggak berniat aku sebarkan, cukup gue, staff kantor, bos, beberapa teman pelaku dan tentunya Sang Maha Kuasa yang tahu.
Pengennya kusimpan rapat-rapat kisah menakjubkan di abad ini sendiri saja.

Tapi, entah kenapa rasanya terus ngeganjel di kepala, bahkan ketika kemaren cerita-cerita lagi sama Bos Jepang ane, dia malah ngakak dan ketawa sambil bilang "Udah ngalahin novel sama cerita drama aja, kenapa nggak sekalian kamu bikinin novel atau cerbung aja?"

SIAP, BOS!


Karena saya bukan penulis novel sekaliber Dewi Lestari apalagi Agatha Christie, dan karena tulisan akik belum tentu diterima perusahaan penerbit, jadinya mari kita bercerita aja di blog ini.

Sebelum mulai, ane tegasin kalau isi cerita ini NYATA alias bukan fiksi dan nggak dibuat-buat.

Baiklah, mari kita mulai sodara-sodara!

......

Cerita dimulai di suatu malam musim dingin dengan suhu di luar sekitar 2℃.
Hari itu ada satu kerjaan di sebuah kota pinggiran di Perfektur Gunma. Kerjaan kali ini berhubungan dengan pemagang Indonesia yang magang di suatu pabrik pembuatan makanan beku yang terkenal dengan slogannya "cap mangkok merah"
*Iye iyee tau lah yaaaa apa nama pabriknya*

Nah, seorang staff dari serikat pekerja Jepang, menginformasikan bahwa ada salah seorang pemagang bernama ASTRI.
*gue nggak bakalan pake nama samaran atau inisial, KARENA UDAH KEPALANG KEKI SAMA INI BOCAH*
*Sabar mbaa, ini baru awal postingan, jangan sampai di akhir postingan kamu malah sesak napas*

Si Astri ini bilang kalau dia mau ijin pulang ke Indonesia selama seminggu, dengan alasan ibunya sakit-sakitan dan pengen nengok.
FYI, bagi pemagang Indonesia yang dikontrak 1-3 tahun seperti Astri ini, sebetulnya tidak diperbolehkan untuk pulang ke Indonesia di tengah-tengah masa magang dengan alasan apapun, seperti yang tercantum di kontrak.
Kecuali ada keluarga (ayah, ibu, adik/kakak) yang meninggal atau pemagang bersangkutan terkena penyakit/sakit keras sehingga harus pulang ke tanah air.

Meski begitu, jika pihak perusahaan tempat dia kerja dan pihak serikat memberikan izin, maka pihak agent perantara (yang mengenalkan pemagang ke perusahaan dan serikat) tidak bisa berbuat apa-apa.

Jadilah, Astri pun mengantongi ijin untuk pulang sementara ke Indonesia buat nengok sang ibu selama seminggu.

Kepulangan Astri dijadwalkan sekitar awal bulan Maret hingga satu minggu kedepan.
Dari pihak kantorku biasanya menawarkan bantuan untuk mengantar si pemagang dari tempat tinggal dia hingga ke bandara, dan memastikan si anak masuk ke imigrasi dengan selamat.
Sekaligus jaga-jaga juga sih, biar si anak beneran pulang ke Indonesia dan bukannya kabur atau malah wisata ke negara lain, Eropah misalnya.
*YAKALI*

Semua staff kantor, baik itu yang di Jepang maupun yang di Indonesia, udah tahu kalau Astri akan pulang. Karena di hari kepulangan Astri semua staff udah ada jadwal, maka pilihan terakhir jatuh ke Bos Jepang gue untuk nganterin Astri sampai bandara.

Bos Jepang ane pun mulai kontak-kontakan sama Astri sambil janjian mau ketemu dimana.
Meski Astri belum setahun di Jepang, tapi kata Bos gue bahasa Jepangnya lumayan bagus. Diajakin chatting pake bahasa jepang pun nyambung, bahkan bisa ngetik pake huruf kanji.
Ketika ngeliat profil picture-nya di LINE, kata bos gue anaknya lumayan manis dan  berkerudung.
*Ahelaaah, si mbah tau aja kalo ada yang bening*
*Inget umur, mbaah*
*sodorin akte kelahiran*

Setelah Mbah Bos fix janjian dan siap nganter Astri lusa besok ke bandara, maka kasus pun ditutup dan kami tidur dengan nyenyak.

HARUSNYA.

Besok paginya, tiba-tiba general manager dari pihak serikat ngabarin ke kantor pusat kalo Astri sekitar jam 2:00 dini hari sudah MELAHIRKAN BAYINYA.
Masih belum cukup shock, katanya lagi Astri melahirkan bayinya di KAMAR ASRAMANYA sendiri.
Tanpa bantuan dokter atau perawat profesional.
Brojol sendiri, di kamar, narik sendiri ari-ari bayinya, cuma dialasin selimut supaya darah nggak meleber ke mana-mana.
Dan hanya dibantu teman sekamarnya.





BINGUNG?
Oke, SAMA.
Bentar, bentar, kita flash back sedikit.

Beberapa hari yang lalu, Astri bilang mau pulang ke Indonesia selama seminggu buat nengokin ibunya yang sakit.
Kalau kita denger berita gini, yang kepikiran ya seorang anak perempuan berusia 24 tahun, segar bugar, sehat jasmani dan rohani karena dia mau melakukan perjalanan jauh Jepang --> Indonesia selama 8 jam di pesawat seorang diri.

Tapi, hari berikutnya dikabarkan kalo dia MBROJOLIN BAYINYA DI KAMAR!!!

Kapan hamilnya juga gue kagak tau, tiba-tiba brojol begitu aja.
Perasaan kucing aja ketahuan hamilnya baru dia brojol, lha ini orok gimane ceritanye, Tong?!

Tanpa sempat nanya soal kapan dia hamil, gimana itu orok bisa brojol di kamar, seisi kantor pun HEBOH bagaikan ada meteor jatuh di Tokyo.
Saat itu juga urgent meeting langsung digelar, pake Skype supaya bisa meeting juga sama kantor pusat yang di Indonesia.

Dari hasil meeting, masih belum ketahuan kronologis kenapa Astri bisa ngedadak brojolin orok, cuman karena saat ini yang terpenting adalah menyelamatkan ibu dan bayinya, jadi cerita misteri brojol orok itu kita simpen dulu.

Karena si bayi yang lahir prematur (baru 7 bulan) ini brojol di kamar tanpa peralatan yang memadai, udah gitu dibiarin di atas karpet dengan cuma dibalut handuk selama satu jam sambil nunggu ambulans datang, maka kita semua khawatir sama kondisi kesehatan si bayi.

Untungnye ye, ni bocah brojol di Jepang yang notabene alat kedokteran udah lebih canggih, pelayanan nomer satu, dan pemerintah yang care banget sama kelahiran nyawa baru alias si bayi.
Sang bayi langsung dibawa ke rumah sakit dan masuk ke ruang ICU, yang kemudian dirawat di inkubator.
Sedangkan si Ibu yang langsung sehat walafiat setelah melahirkan, cukup rawat inap beberapa hari di ruang inap biasa.

Setelah kondisi Ibu dan bayinya dipastikan selamat, maka kantor pun meeting lagi buat ngurusin Astri beserta bayinya, dan tindakan selanjutnya.
*entahlah yah, kantor gue ini kantor apa, sampe kudu segitunya ngurusin ibu dan bayi*
*mungkin bentar lagi bakal buka cabang untuk konsultasi kehamilan dan ibu menyusui*

Hasil meeting, diambilah keputusan (sepihak) oleh petinggi-petinggi perusahaan di Indonesia sana bahwa mulai detik ini hingga nanti Astri beserta bayinya keluar rumah sakit, bahkan sampai dia kembali ke Indonesia, akan diurus oleh kantor gue yang di TOKYO.
Atau lebih tepatnya akan diurus GUE sendiri.

FYI, sesuai aturan magang di Jepang, kalau pemagang Indonesia ketahuan hamil bahkan melahirkan di Jepang, maka otomatis dia harus resign dan masa magangnya diberhentikan secara paksa, kemudian dipulangkan ke Indonesia.

Karena si orok tiba-tiba brojol di negeri orang, maka kantor pun kalang kabut ngurusin ijin tinggal, passport dan visa. Plus akte kelahiran, laporan ke Kedubes, dan sederetan dokumen endeswey endesbrey lainnya.
Sampai-sampai kita kudu menyewa ahli hukum or notaris or apalaah namanya gue bingung untuk ngurusin semua dokumen itu, karena nggak mungkin diurusin sendiri.
Dan you know lah ya, nyewa ahli or notaris itu nggak muree yey, apalagi di Jepang yang serba mahal ini, pasti perlu lebih dari 10 jutaan.

Kembali ke urusan gue.
Tanpa bertanya baik-baik, tanpa persetujuan gue, si Bos Pusat dan istrinya (suami istri ini yang punya perusahaan tempat gue kerja sekarang, FYI) dengan enaknya memutuskan bahwa Astri akan tinggal di apartment gue sampai dia pulang ke Indonesia nanti.
Astri dan bayinya.
Akan tinggal di apartement gue selama kurang lebih 1 bulan.



Awalnya gue nggak ngeh dan nggak mudeng, karena tiba-tiba kepalaku pening bagai kejedot billboard kelap-kelip di tengah jalan dan seketika gue nggak ngerti bahasa jepang yang mereka ucapakan.
Setelah gue nanya ke temen kantor yang kebetulan duduk di sebelah, dia ngejelasin,
"Katanya Astri (dan bayinya) bakalan tinggal bareng di apartement kamu."

Bentar, bisa diulangi lagi say?

Begini ya, Bapa dan Ibu Presdir yang terhormat.
Sejak awal saya datang dan bekerja di Jepang, saya yang nyari sendiri apartement hingga bulak-balik makan waktu hampir dua minggu. Saya yang ngurusin kontraknya, saya yang bayar tiap bulan, dan semua itu atas nama saya.
BUKAN ATAS NAMA KANTOR.
Jadi, saya punya hak penuh atas apartement itu.
Maksudnya adalah saya berhak menentukan siapa yang boleh masuk/nginep/tinggal di apartement yang saya tinggali sekarang.

Apalagi, dari awal kalian nggak pernah bilang kalau sewa apartement di Jepang itu bakal makan uang puluhan juta sehingga gue kudu berhutang nyawa duit ke kantor dan bayar pinjaman setiap bulannya.
Yang imbasnya, gue kudu kencangkan ikat pinggang selama 6 bulan demi bayar cicilan hutang karena tipu muslihat kalian, kudu nahan diri nggak nonton konser, nonton bioskop, beli goods, masuk fanclub idola gue, bahkan nggak bisa menikmati kopi kesukaan gue setiap hari karena kudu berhemat.

Dan sekarang,
Dengan santainya kalian suruh gue menampung anak dan bayinya yang nggak jelas karena tiba-tiba brojol dan nggak tau siapa ayahnya.

Dengan nahan emosi, aku bilang sama suami istri di sebrang sana kalau mohon maaf bangeeet aku nggak bisa menampung mereka.
Dan lagi, sebetulnya dari segi rule, jika ada kasus seperti ini, pihak serikat dan perusahaan lah yang bertanggung jawab sepenuhnya pada si pemagang, karena selama ini merekalah yang mengontrol pemagang.

Setelah aku menyampaikan pendapatku, bukannya dikasih solusi atau advise lain, si tante (istrinya bos) malah bilang :
"KAMU NGGAK PUNYA PERASAAN
KAMU NGGAK PUNYA HATI
Saya tidak berkenan dengan kata-kata yang kamu ucapkan."

karena tega menelantarkan ibu dan bayi yang sekarang lagi di rumah sakit.



Baiklah, wahai tante yang selalu merasa dirinya paling benar dan pintar,
kalau kalian menganggap aku nggak punya hati dan perasaan,
besok-besok kalo gue lempar rudal dan bom atom ke kantor dan rumah kalian, atau gue lempar shuriken ke meja ente, jangan salahkan aku ya, karena salah kalian sendiri sudah menerima dan mempekerjakan diriku yang tidak punya hati ini.

SIAP-SIAP AJA YA, ORANG YANG NGGAK PUNYA HATI MAU BERAKSI NIH!


Bukan, bukannya aku nggak peduli sama ibu dan bayinya.
Errr, sebenernya sih sama ibunya nggak peduli, karena gara-gara aib dan kesalahan dia semua jadi dibikin repot, gue cuma peduli dan kasihan sama bayinya yang nggak berdosa itu.
Tapi, yang bikin gue emosi sehingga nggak bersedia menampung mereka adalah :

1.  Coba kalo dari awal sepasang suami istri bos ini bicara baik-baik dengan kata-kata yang baik, kan bisa tanya dulu "Gimana, bersedia nggak kalau sementara mereka tinggal di apartmentmu?"
Kalo gitu kan enak, bukannya tiba-tiba langsung tembak seolah-olah situ yang punya apartement.
Kecuali kalo tuh apartement ngana yang bayarin dan atas nama perusahaan, ya itu lain cerita yey.

2.  Dari dulu memang udah sifatku nggak bisa tinggal bareng dengan orang asing atau yang baru dikenal.
Lha, gue ketemu si Astri aja belum pernah, kagak tau kayak gimana orangnya, tiba-tiba harus tinggal bareng, berbagi kamar dan ruang?
Kalo kayak gitu, mending gue angkat kaki dari apartment, cari internet cafe (nggak mampu kalo nginep di hotel soalnya...muahahaa) atau rumah temen atau kenalan lain buat tinggal.

3.  Meski kalian sepasang suami istri bos adalah pemilik perusahaan, tapi bukan berarti bisa seenaknya main perintah begitu, apalagi yang berkaitan dengan privasi karyawan. Kerjaan ya kerjaan, privasi beda lagi donk. Lha, Bos Jepang gue aja ngerti, kenapa situ malah rempong sendiri? Terutama si tante maha benar ini.

Setelah dibilang nggak punya hati dan perasaan, meeting pun berakhir.
Dengan keputusan aku tetep nggak bisa menampung mereka. Sebodo amat mau dipecat juga, daripada istana gue diacak-acak sama orang nggak dikenal yang brojolin bayinya di kamar dan menipu puluhan orang selama berbulan-bulan.

Esoknya, aku disuruh buat nengokin Astri dan bayinya di rumah sakit, sekaligus bantuin nerjemahin dan ngomong sama dokter plus staff rumah sakit perihal prosedur perawatan ibu dan bayinya.

Begitu aku ketemu Astri untuk pertama kalinya, kesanku sih yaa tipikal kids jaman now yang masih banyak kegalauan. Tapi so far so good sih, anaknya baik, nggak macem-macem, manis, ramah dan supel.
Dia nggak menunjukkan perilaku nyebelin atau gimana-gimana.

Dari cerita Astri langsung, dia bilang kalau sebetulnya baru tahu hamil itu di bulan Desember lalu, trus dia test USG dan memang ada jabang bayi berkelamin laki-laki di perutnya.
Dari hasil USG dan periksa dokter itupun, Astri tahu kalau bayinya akan lahir prematur di bulan ke-7 kehamilannya, atau menurut prediksi dokter yaitu sekitar pertengahan Maret.

Jadi, kalau kita sambungkan cerita soal kehamilannya dengan rencananya pulang ke Indonesia, ditambah beberapa keterangan dari temen-temennya, maka strategi licik yang bisa direncanakan Astri adalah :

1. Astri tahu kalau dia hamil saat bulan Desember dan memperkirakan bakal lahiran di pertengahan Maret.

2. Selama masa kehamilan, dia menyembunyikannya dari semua orang, termasuk temen-temen sesama pemagang, orang perusahaan, orang serikat, orang kantor gue, bahkan dari keluarganya sendiri pun nggak tahu (hanya teman sekamar dan beberapa sahabatnya saja yang tahu kalau Astri hamil).

3. Rencana Astri adalah pura-pura menengok ibunya yang sakit di Indonesia agar bisa pulang ke Indonesia, lalu ketika nyampe di sana dia akan melahirkan, menitipkan bayinya entah pada siapa (asal jangan dibuang di jalan aja ya, Neng!), kemudian setelah lahiran dia balik ke Jepang, bekerja seperti biasa tanpa ada apa-apa dengan wajah tanpa dosa.

4. Karena masa magangnya cuma satu tahun, maka di bulan Juli nanti dia bakal balik ke Indonesia, lalu mengurus bayinya dengan tenang tanpa ada yang tahu bahwa dia punya bayi.



RENCANA YANG BAGUS Beb!
Tapi, satu hal yang tidak disadari Astri adalah :

MANUSIA YANG MERENCANAKAN, TAPI ALLAH YANG MENENTUKAN.
Camkan itu, dedek-dedek kids jaman now!



Meski rencana yang dibuat Astri amat sangat rapih, bahkan hampir semua temen dan karyawan di tempatnya bekerja nggak ada yang tahu kalau dia hamil dan hampir melahirkan, tapi sayangnya Allah berkehendak lain.
Allah tahu kalau rencana Astri dibiarkan sukses dan berjalan mulus sesuai kehendak dia, maka Astri mungkin selamanya nggak bakalan sadar betapa kuasa Sang Maha Mengehendaki ini begitu besar, SODARA-SODARA!!!

*udah kayak Mamah Dedeh belom gue?*
*dilempar remote tipi*

Dengan kuasanya yang tidak terbatas, Allah nampaknya tidak merestui Astri pulang dan kembali ke Jepang dengan WATADOS.
Satu hari sebelum kepulangannya, bayinya lahir.
Bayi yang diprediksi lahir pertengahan Maret nanti, rupanya mendesak pengen keluar dan melihat dunia yang fana ini di awal bulan Maret.
Padahal Astri udah packing dan siap cuss menuju Haneda Airport terbang ke Soekarno-Hatta, tapi rupanya semua harus ditunda.

Begitu mendengar cerita Astri ini, kecurigaanku yang paling pertama merujuk pada teman-teman Astri.
Masa sih, ada orang hamil ampir 7 bulan gini, nggak ada yang sadar satu pun.
Pasti semua temen-temen sesama pemagang melindungi Astri rame-rame, semua kongkalikong pada tutup mulut agar aib ni bocah nggak tercium.
FYI, teman-teman sesama pemagang Astri saat ini ada dua angkatan, angkatan pertama yang setara sama Astri ada sekitar 20 orang, dan angkatan kedua atau juniornya astri ada sekitar 20 orang juga.

Tapi, rupanya nggak begitu.
Begitu kutanya sama pemagang Indonesia yang lain, karena badan Astri memang kecil, jadi saat hamil pun perut besarnya nggak begitu kelihatan.
Bahkan di tempat kerjanya dia sering pakai apron dua lapis yang gombrang untuk menutupi perutnya.

Pernah suatu kali, salah seorang juniornya melihat Astri lagi jalan sambil memegangi pinggangnya seolah-olah perutnya kegedeaan dan berat. You know lah, kayak orang hamil lagi jalan sambil megang pinggang gitu.
Mulanya si anak ini curiga, kok Astri cara jalannya aneh...
Tapi dia memutuskan nggak mau suudzon, maka dia tepis jauh-jauhlah prasangka itu.

Bahkan, ketika Astri lahiran di kamarnya, teman sekamarnya manggil teman asrama yang lain buat nyediain handuk, air hangat dan lap buat bersihin sisa darah.
Si teman yang kebingungan, nanya donk. "Buat apa?"
"Iih, buruan! Itu Astri lahiran di kamar."
Dan si temen yang memang nggak tahu apa-apa cuma bisa kaget sambil nggak tahu apa yang harus dilakukan dan buru-buru ngambil barang yang diminta.

Mungkin isi kepala temennya waktu itu kayak gini

Temen sebelah kamarnya aja kaget begitu, dan nggak tahu kalau di sebelah ada yang hamil trus brojol, gimana temen-temen lainnya yang kamarnya jauhan.

Kemudian, hasil dari keterangan dokter menyebutkan bahwa bayi Astri harus dirawat di ruang ICU hingga berat badannya bertambah sesuai dengan yang ditentukan. Dan mungkin akan makan waktu 3~4 minggu.
Itu artinya, gue nggak usah menampung si bayi di apartement karena dia akan tinggal di rumah sakit.

Trus emaknya gimana?
Astri yang anehnya langsung segar bugar sehari setelah lahiran, cukup dirawat di rumah sakit selama dua hari trus pulang.
Untungnya, pihak perusahaan mengizinkan Astri sementara tinggal di asrama (kamarnya semula) sampai si bayi keluar dari rumah sakit.
Yang berarti dia nggak usah tinggal di apartemenku.

I'm Home, beibeeh!

Selama bayinya di rumah sakit, Astri harus bulak-balik asrama <--> rumah sakit untuk menengok bayinya, memberikan ASI, dan mendapatkan penjelasan dokter/perawat soal mengurus bayi dan penjelasan lainnya.
Yang artinya butuh orang untuk jagain, nganter, mempersiapkan kebutuhan bayi, dan penterjemah tentunya.

Yeeh, kalian tidak salah.
Siapa lagi orangnya kalo bukan akik yang kudu jadi asisten Astri selama satu bulan.
Yang artinya gue nggak bisa ngelakuin pekerjaan gue yang biasanya karena saban hari selama satu bulan itu kudu berada di dekat bocah yang hamil di luar nikah dan kagak tau babehnya ada di rimba mana.

Okelah, kalo butuh penterjemah buat menerangkan segala keterangan dari dokter/perawat masih bisa diterima.
Kenapa kudu jagain, nganter endeswey endesbrey juga?
Sekalian aja gue jadi babysitter-nya.

Kata orang serikat, takutnya kalo nggak dijagain atau dianter selama ke rumah sakit, Astri bukannya pergi ke rumah sakit, ntar malah loncat ke sungai atau nabrakin diri ke kereta, atau tau-tau dia lagi nyilet-nyilet nadi lengannya di kamarnya.
Katanya kondisi kejiwaan Astri masih labil gegara abis brojolin bayi di kamarnya.

Memang sih ilmu gue soal psikologi amat sangat dangkal.
Tapi, kalo ngeliat anaknya langsung, kayaknya sih nggak sampe bunuh diri juga.
Akik rasa mental dia amat sangat kuat dan siap, buktinya selama berbulan-bulan dia berani banget menipu dan membohongi puluhan orang soal kehamilannya, bahkan mau pura-pura pulang supaya bisa lahiran dengan tenang di Indonesia.

Kecuali kalo dia nggak sayang sama bayinya yang udah susah payah dibrojolin di kamar dan memilih jalan pintas sih, itu beda cerita.

Then, aktivitasku selama sebulan itu adalah bulak-balik rumah sakit, asrama dan kadang-kadang ke office. Itu pun cuma buat setor muka ama bos jepang atau curhat sama temen kantorku.
Karena sebetulnya kantor kami nggak punya hak apa-apa atas keputusan Astri mau dibegimanakan, maka semua instruksi dan keputusan yang diambil berdasarkan keputusan dari orang serikat.

Suatu hari, dikabarkan bahwa kesehatan bayi Astri semakin lama semakin baik, berat badannya pun bertambah secara signifikan. Itu artinya nggak lama lagi si bayi bisa keluar rumah sakit dan diizinkan naik pesawat untuk pulang ke Indonesia.

Sayangnya, passport dan dokumen pendukung agar si bayi bisa keluar dari Jepang masih belum selesai. Jeda antara sang bayi keluar rumah sakit hingga passport selesai adalah 3~5 hari.
Sedangkan perjanjian dari perusahaan si cap mangkok merah itu adalah Astri boleh tinggal di asrama selama bayinya di rumah sakit.
Itu artinya, kalau bayinya udah keluar dari rumah sakit, Astri akan "ditendang" dari asrama dan kudu cari tempat tinggal lain.
Itu artinya, bisa jadi apartement gue lagi-lagi ditumbalin.

Rupanya, karena si Tante Bos sudah tahu gue bakalan nolak lagi kalo disuruh nampung Astri, dia akhirnya memutuskan supaya nanti setelah bayinya keluar rumah sakit, Astri nginep di office aja sambil nunggu passport bayinya kelar.
Meskipun disebut office, tapi kantor gue udah kayak rumah, ada dapur, kamar mandi lengkap dengan shower dan bathtube, kasur, kulkas, AC/penghangat dan kebutuhan lainnya.
So, tinggal beli perlengkapan bayi kayak bak mandi, handuk, dsb, maka Astri dan bayinya pun bisa tinggal sementara di office.

Dan apartementku pun aman sentosa.

Tapi, seperti biasa, itu baru keputusan sepihak dari para petinggi di kantor pusat sana alias sepasang merpati suami istri itu. Seperti yang ane bilang, semua keputusan akhir ada di tangan pihak serikat.

Nah, belum juga aku sampaikan soal menampung Astri di office kami ini ke pihak serikat, tiba-tiba orang serikat ngasih instruksi bahwa Astri akan tinggal sementara di hotel dekat rumah sakit hingga passport bayinya beres, lalu langsung pulang ke Indonesia.
Jadi nggak ada tuh acara ditampung dulu di office kite.
Dan nampaknya orang serikat nggak mau ngerepotin kantor gue lebih dari ini.

Karena kiblatku saat itu adalah instruksi orang serikat, yowislah aku nurut sama mereka ya.
Lalu aku pun menyampaikan semua instruksi orang serikat itu sama si tante dan suaminya.

Tau nggak, padahal mereka udah rempong mau beli peralatan bayi kayak bak mandi dan tetek bengek lainnya karena udah PEDE banget kalo Astri dan bayinya bakal ditampung di office kita.
Aku baca di LINE grup, betapa rempongnya mereka berdua ini ngurusin Astri.
Padahal nggak tau aja kalo pihak serikat berkehendak lain.

Setelah rame di grup soal beli peralatan bayi, siapin selimut, gukguk meongmeong lah pokoknya dua orang rempong itu, detik berikutnya aku mengirimkan pesan berisi instruksi pihak serikat yang menyebutkan Astri tidak akan ditampung di office kita tapi tinggal di hotel.
Entah karena emang udah kepalang sakit hati duluan gegara dibilang nggak punya hati sama sepasang suami istri rempong ini, begitu aku tekan tombol SEND dan dibaca oleh tante dan suaminya itu, rasanya beta seperti habis membalikkan kapal ferry trus dilempar ke muka mereka berdua.

PUAS BANGET!

Makan tuh perintah orang serikat! Makanya jangan sok rempong dan suka ngambil keputusan sendiri, diskusi dulu sama orang lain, jadinya malah diputarbalikkan sama orang serikat, NYAHO SIAH! #nyunda
*ketawa evil*
*sambil lempar-lempar trisula*

Nggak terima orang serikat ngasih instruksi diluar nalar dan prediksi mereka, si tante bukannya menerima dengan legowo, dia malah bilang gini ke Bos Jepang gue : "Masa sih orang serikat ngasih instruksi seperti ini? Jangan-jangan staff Anda (gue maksudnya) bohong atau cuma imajinasi dia aja."

BOHONG??!
CUMA IMAJINASI GUE?!

Heh, tante yang maha benar, kemaren ente bilang gue nggak punya hati,
sekarang ngana bilang gue pembohong dan tukang ngayal?!

Yaowlooo, apa susahnya sih menerima kekalahan?
Segitu terpukulnya kah karena rencana situ ternyata diputarbalikkan sama orang serikat yang selama ini selalu anda elu-elukan?
Dan yang disalahin, gue lagi.
Lagian ngapain akik bohong dan mengada-ngada, jelas-jelas itu instruksi yang gue denger langsung dari orang serikat dan gue sampaikan apa adanya.
Gue bohong juga nggak ada untungnya, kagak bakalan dapet duit cyiin.



Dan untuk kedua kalinya hati gue sakit banget.
SAKIT, BEUUD!
Hansaplast sepabrik pun kayaknya nggak bakalan bisa nutupin sakit hati ini
*beli baygon*
*masukin ke minuman si tante, biar mampus!*
*astagfirullah, nggak baik*
*oiya, baygon nggak baik, bau soalnya, mending pake sianida aja ya*
*BRILIANT!!!*

Saat si Tante bilang begitu, bukan cuma gue yang esmosi, rupanya Bos Jepang dan temen kantor yang kebetulan juga dengerin statement si tante pun sama-sama emosi.
Lha, gue udah cape-cape tiap hari jagain si Astri dan jadi babu-nya orang serikat, tapi yang didapet malah tuduhan kalo gue bohong dan tukang ngayal.

Tapi apa daya, karena si tante dan suaminya ini adalah pemilik perusahaan dan yang punya duit, jadi kami rakyat jelata hanya bisa diam seribu bahasa dijadiin keset dan kambing hitam.

Hari-hari kelabu jadi penjaga bocah yang hamil diluar nikah dan jadi pesuruh orang serikat pun terus berlalu.
Semua kerjaan gue terbengkalai dan numpuk naujubilah selama sebulan.
Bahkan, di hari libur pun gue tetep kudu ke rumah sakit atau ke asrama Astri.

Sebetulnya, aku nggak dendam-dendam amat sama Astri apalagi bayinya yang nggak berdosa itu. Cuma sedikit kesel karena berbulan-bulan dia membohongi banyak orang terutama kantor kita, ditambah mau nipu supaya bisa pulang dan lahiran di Indonesia.
So far sih, anaknya baik dan nggak macem-macem.
Itu kalo pas di depanku ya.
Mungkin karena selama ini aku ikut bantuin ngurusin passport dan dokumen bayinya, jadi Astri nggak berani macem-macem karena salah-salah nanti bayinya nggak bisa pulang ke Indonesia.

Yang bikin kesel setengah mati ya gara-gara dia gue sampai dibilang nggak punya hati, pembohong dan tukang ngayal sama atasan sendiri.

Lalu, begitu aku tanya sama temen-temen pemagangnya,
MEREKA SEMUA BERINGAS!
Beringas ke Astri, tentunya.
Kenapa?
Selidik punya selidik, kantor pusat gue di Indonesia rupanya menghubungi keluarga Astri dan memberitahukan soal kelahiran bayinya. Keluarganya yang bahkan nggak tahu kalau Astri hamil langsung ngamuk dan nggak mau menganggap Astri sebagai anaknya lagi.
*SINETRON PUN DIMULAI*

Selain keluarganya, pacarnya Astri yang disinyalir sebagai penanam benih di perutnya sekaligus ayah bayinya pun kita panggil untuk klarifikasi.
And you know what?
Menurut pengakuan pacarnya, dia sebetulnya udah tahu kalau Astri hamil sejak bulan Agustus lalu. Yang artinya lagi-lagi Astri bohong waktu ngaku dia baru tahu dirinya hamil di bulan Desember.

Dek Astri, sekalinya kamu bohong, nggak bakalan ada yang percaya lagi lho.
Karma itu ada, inget ya dek!
Inga! Inga! TING!
*yang ngerti slogan di atas, berarti usia kita nggak jauh beda....muahahaa*
*bakar KTP*

Kemudian, pihak kantor pun memberikan penjelasan kalau biaya ambulans, pengobatan, perawatan bayi dan ibunya selama di rumah sakit (apalagi berminggu-minggu di ICU nggak mureee ya, Mbak) pun amat sangat menguras biaya. Belum lagi Astri harus membeli perlengkapan bayi seperti susu, baju, selimut, handuk, popok, dan banyak lagi, plus kebutuhan sehari-hari Astri yang akan makan biaya juga.
Selain itu, jangan lupa biaya penguruan passport bayinya, akte kelahiran, visa, dokumen, pelaporan kelahiran ke Kedubes RI di Tokyo pun NDAK GRATIS ya kakaaak, oiya ditambah sewa ahli hukum dan notaris biar urusan lancaaar.

Nah, kalo semua biaya di atas dijumlah jambleh, bisa nyampe 70 juta bahkan 100 juta.
MAKAN TUH DUIT, Neng!

Entah si Astri ini kepalang beruntung atau Allah memang kasian sama dia, perusahaan cap mangkok merah itu baiiiiiik hati banget mau memberikan kompensasi keringanan biaya. Belum lagi, kebijakan perusahaan yang sangat menghargai dan memberikan apresiasi jika ada salah satu karyawannya yang melahirkan bayi di Jepang.
Kompensasi yang diberikan pun nggak main-main, bisa ampe 50juta-an.
Belum lagi, pemerintah Jepang sangat baik hati pada ibu yang melahirkan di Jepang, sehingga memberikan keringan biaya pengobatan untuk bayi di bawah 1 tahun, bahkan bisa sampai gratiiissss.
GILEE!

Apa gue juga lahiran aja di Jepang ya?
Pemerintah sini murah hati banget!
Iye iye, lahiran sih lahiran, tapi siapa bapanyeee?
Haha.

BAPANYA PENGEN YANG INIIIIII!


Lanjut.

Selain kompensasi dari perusahaan, biasanya mereka juga ngasih uang hadiah atau syukuran atas kelahiran bayi sekitar 10 juta.

So, kalau kita hitung-hitung lagi, kemungkinan biaya pengobatan dan perawatan bayinya gratis, lalu biaya perawatan ibunya sekitar 17 juta pun sudah dibayarkan perusahaan. Itu artinya tinggal biaya buat bayar pengurusan dokumen sekitar 10jutaan, plus biaya kebutuhan sehari-hari ibu dan bayinya dan biaya hotel beberapa hari buat dia menginap.
Oiya, biaya tiket pesawat untuk Astri dan bayinya dibayarkan dulu oleh pihak serikat, tapi nanti kayaknya bakal ditagihkan ke Astri.

Baidewey, meski Astri punya asuransi, tapi semua biaya di atas nggak di cover. Kenapa? Karena asuransi yang dia ikuti hanya meng-cover biaya yang disebabkan sakit, penyakit dan kecelakaan.
Hamil dan melahirkan bukan penyakit dan kecelakaan, jadi bayar sendiri ya Neng.

Nah, sisa biaya di atas disampaikanlah ke keluarga Astri di Indonesia.
Tapi, emang dasar orang katro yey, bukannya berterimakasih anaknya udah diurusin dan sehat walafiat, bahkan bayinya selamat, mereka malah makin marah nggak karuan, bahkan staff di Indonesia sana ampe dibentak-bentak mulu.
Bahkan kakaknya Astri sampai bilang kalau kantor gue mau nipu mereka supaya nyerahin uang belasan juta dan mau ngambil untung.

Ahelah, ini orang-orang katro gue lelepin juga di kolam lele ya.

Lagian apa untungnya kantor gue nipu mereka dengan meras duit mereka, kayak ngana orang kaya aja.
Kalo situ orang kaya kan nggak mungkin anaknya merantau jauh-jauh ke jepang buat nyari sesuap nasi dan seember berlian.
*meski kenyataannya yang dia bawa pulang bukan berlian, melainkan cucu di luar nikah*

Entah kenapa berita kalau keluarga Astri ngamuk dan nuduh kantor gue nipu plus meras keluarganya, tersebar hingga ke pemagang lainnya.
Karena dari awal udah kepalang emosi gegara dibohongin berbulan-bulan sama Astri, sontak pemagang yang lainnya pun pada ngamuk donk.

Mereka pada bilang kalau Astri dan keluarganya nggak tahu terima kasih, padahal udah dibantuin tapi malah nuduh yang nggak-nggak.
Bahkan ada yang bilang kalau Astri ngincer uang kompensasi dari perusahaan dan pemerintah Jepang untuk memperkaya dirinya.
Ada juga yang bilang si Astri bangga bisa brojolin oroknya di Jepang, bukannya menyesal apalagi malu.
*YEAAAY, SINETRON MAKIN PANAS NIH*

Sedikit informasi aja nih, dengan adanya kasus Astri yang notabene-nya bikin repot dan malu banyak orang, apalagi menyembunyikan kehamilan berbulan-bulan, membohongi pihak perusahaan dan serikat, otomatis akan mencoreng nama serikat atau agency yang mengenalkan pemagang ke perusahaan bersangkutan.
Perusahaan pun akan was-was kalau-kalau berita ada pegawainya brojol di kamar dan menyembunyikan kehamilan tercium oleh orang luar, yang nantinya akan berimbas ke nama perusahaan.

Apalagi perusahaan sekaliber si cap mangkok merah donk ya.
Namanya udah dikenal luas banget.
Apalagi yang jadi bintang iklannya si Abang satu ini.



Dengan kenyaataan seperti itu, ke depannya pihak perusahaan dan serikat pasti akan berpikir ribuan kali ketika akan mengambil pemagang dari Indonesia lagi.
MUNGKIN mereka akan mengambil pemagang Indonesia lagi karena memang butuh banget pekerja, tapi kemungkinan besar peraturan akan diperketat dan dipersulit.
Paling apes adalah ketika perusahaan atau serikat pekerja kapok nerima pemagang Indonesia karena takut hal sama terulang kembali, yang ujung-ujungnya mereka akan menghentikan penerimaan pemagang dari Indonesia dan beralih mencari pemagang dari negara lain seperti China, Phillipine, Vietnam dan lainnya.

Artinya, kesempatan orang Indonesia untuk magang di Jepang, terutama di perusahaan cap mangkok merah yang setiap tahun menerima lebih dari 40 pemagang, akan semakin kecil bahkan tertutup.
Artinya, calon pemagang di Indonesia yang sedang harap-harap cemas dan kepengan banget kerja di Jepang pun bisa pupus, keuntungan yang didapat pihak serikat dengan menyediakan pemagang untuk perusahaan akan berkurang, begitu juga dengan kantor gue yang sedikit banyak punya koneksi di dalamnya.

ARTINYA,
secara tidak langsung Astri SUDAH MENUTUP PINTU REJEKI ORANG LAIN dengan kasus yang dibuatnya itu.

Dan memberikan cap jelek orang Indonesia di mata orang asing.

Entahlah ya, Astri berpikir sampai sejauh itu atau nggak.
Tapi begitu aku ngobrol dengan anak-anak pemagang lainnya, hampir semua berpikiran sama.

Kemudian, di akhir bulan Maret akhirnya passport sang bayi serta dokumen lainnya beres. Dan kepulangan Astri beserta bayinya pun sudah dipastikan.

Tadinya, Bos Jepang gue berniat untuk pergi ke Bandara sekalian perpisahan dengan Astri.
Gue yang udah kepalang capek hati dan capek body, udah emoh ketemu Astri, memutuskan nggak mau pergi ke Bandara.

Tanggal 25 Maret 2018 adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang, karena di hari itu Astri pulang ke Indonesia bersama bayinya, yang artinya semua beban hidup kami akan lepas dan bebas, terutama aku yang nggak usah jagain dia mulu dan bisa balik lagi bekerja seperti layaknya orang normal.

Trus, selesai?
Nggak donk.
Kalo sinetron kan lanjutannya biasa dibikin film atau FTV, naah begitu juga dengan kasus Astri.

Setelah tiba di Indonesia, tidak ada satu kabarpun dari Astri.
Ya basa basi lah ngabarin udah nyampe bandara Soetta, atau kalo dia nggak punya internet paling nggak beberapa hari setelahnya bisa kirim sepatah dua patah kata. Meski kita nggak berharap bakal keluar kata-kata terima kasih dari Astri *secara keluarganya aja malah nuduh kita yang nggak-nggak ketimbang bilang makaciih, apalagi anaknya yang udah menipu kita mentah-mentah*, paling tidak ngabarin kek kalau mendarat dengan selamat di Indonesia.

Tapi nggak ada sedikitpun.

Bahkan, semua kontak baik itu pesbuk, LINE, messenger, Whatsapp dan socmed lainnya diblokir sama Astri.
Bukan cuma kita yang mungkin cuma dianggap remah-remah chocolatos di mata Astri, semua temen pemagang, sahabat deketnya, temen sekamarnya, bahkan yang bantuin bersihin darah di karpet kamarnya pas dia lagi brojol pun SEMUA DIBLOKIR.
Pokoknya putus hubungan sama nyamuk Astri.

Dan Astri beralasan, "Saya nggak mau ngerepotin kalian lagi."

SAE AJE LU, TONG!


Dengan diblokirnya semua kontak Astri, maka kantor gue pun nggak bisa menghubungi Astri
*kecuali ngedatengin rumahnya di Garut*
*aing rek mawa domba sakalian*
Padahal dia masih berhutang 10 juta lebih ke kantor gue.
Kabur begitu aja, meninggalkan hutang, balas budi sahabat-sahabatnya, tanpa sepatah kata apapun.



Bahkan si tante maha benar itu sampai nanya-nanya ke gue apakah masih bisa kontak-kontakan sama Astri atau nggak.
*ciye ngarep juga ya ngana, kesel nih ye duitnya dibawa kabur*
Nampaknya dia nggak terima kalau perhatiannya sama Astri selama ini dibalas dengan air comberan *air tuba masih kebagusan soalnya*

Ngelihat tante bos yang kelimpungan karena Astri kabur dan nggak tahu diri, rasanya pengen banget gue balikkin kata-kata dia sebulan yang lalu.

"JADI, SEKARANG SIAPA YANG NGGAK PUNYA HATI?!"

Tapi ya udahlah ya, gue bales ucapan dia juga nggak ada gunanya. Buang-buang waktu dan energi.
Seenggaknya kita tahu siapa yang ketawa paling akhir.
GUE?
Bukan lah, si Astri donk yang ketawa paling akhir karena dia bisa kabur tanpa harus bayar hutang. Muahahahaa.

SEKALI LAGI GUE TANYA NIH, SODARA-SODARA!
SIAPA YANG NGGAK PUNYA HATI?!


Well,
Setelah mendapatkan berita dari semua sahabat Astri kalau dia ngeblokir semua kontak, si sahabatnya ini cerita kalau beberapa hari sebelum pulang ke Indonesia, dia pernah pergi makan di luar sama Astri.
Dan nggak cuma berdua, tapi ada satu orang cowok yang ikut saat itu.
Yang ternyata cowok ini adalah PACAR BARUNYA Astri.

AMAJING!

Baru aja brojolin bayinya di kamar, masih sempet-sempetnya nyari pacar baru?

Kok gue jadi eungap ya.
Biarkan beta tarik napas dulu, kakak.

Kita urutkan lagi dari awal ya.

1. Astri hamil beberapa saat ketika dia baru tiba di Jepang.
2. Artinya, sebelum pergi ke Jepang dia GITUAN *pake hurup gede segala lagi!* dulu sama pacarnya.
3. Trus, selama berbulan-bulan menyembunyikan kehamilannya dari semua orang.
4. Lalu pura-pura mau nengok ibunya supaya bisa pulang ke Indonesia dan lahiran di sana.
5. Setelah lahiran, balik lagi ke Jepang dengan watados seolah nggak terjadi apa-apa dan nggak ada yang tahu dia punya bayi.
6. Tapi Allah berkehendak lain, sehari sebelum kepulangannya si bayi brojol di kamarnya.
7. Bayinya selamat, dirawat di rumah sakit, dan berencana pulang sama ibunya di akhir Maret.
8. Tapi, beberapa hari sebelum pulang, terdapat kenyataan baru kalau di Jepang dia punya pacar baru.
9. Pacarnya ini adalah pria berkumis *gue dikasih lihat fotonya*, orang Indonesia, usia nggak beda jauh sama Astri, sesama pemagang tapi beda tempat kerja, tapi masih dalam masa magang di Jepang.
10. Si kumis tahu kalau Astri punya bayi, baru lahiran dan katanya mau bertanggung jawab nikahin dia kalau pulang ke Indonesia nanti.

Pasti beberapa diantara kalian ada yang berdecak kagum sama si kumis ini karena legowo menerima Astri apa adanya meski udah belangsak luar dalam.
Tapi buat gue, si kumis ini kalo bukan BEGO, mungkin kepalanya penuh sarang laba-laba yang udah nggak dibersihin berabad-abad sehingga nggak bisa berpikir jernih.

Setelah kebenaran baru terungkap, aku pun cerita-cerita sama bos jepang gue yang langsung disambut dengan keterkejutan yang dilanjutkan dengan ketawa ngakak.
Belum kelar ketawa, aku bilang kalo misalnya si Astri ini udah lama pacaran sama si kumis, misalnya semenjak dia menginjakkan Jepang, kemudian kita hitung mundur usia kehamilannya....
Dan misalnya Astri GITUAN juga sama si kumis,
Itu artinya ayah sebenarnya dari si bayi jadi nggak jelas.

Bisa si pacarnya yang di Indonesia.
Bisa pula si kumis ini *dan kenapa dia mau nikahin Astri padahal udah tahu sejarah lahirnya si bayi pun jangan-jangan karena dia.....*

Cerita pun makin rumit.
Sekarang bukan waktunya mikirin kenapa semua socmed temen-temen Astri diblokir, tapi saatnya memecahkan misteri siapa ayah sebenarnya dari si Bayi.

*SINETRONnya udah tamat, sekarang saatnya kita syuting pilem*

Setelah berita pacar barunya Astri mereda dan kita udah merelakan uang kantor dibawa kabur, beberapa hari kemudian Astri tiba-tiba nge-chat ke LINE gue.
Dia nanya-nanya soal nenkin *uang pensiun atau sejenis jamsostek yang akan diterima pemagang saat pulang ke Indonesia, yang jumlahnya bisa jutaan bahkan puluhan juta tergantung berapa lama dia magang*.

Astri nanya gimana caranya mencairkan uang nenkin punya dia.
Karena kantor gue di Tokyo nggak ngurus nenkin, maka gue delegasikanlah pertanyaan Astri ke kantor pusat.
Bukannya dibantuin, kantor pusat langsung heboh dan pada komentar :
"Kayaknya duit yang diterima Astri dari perusahaan dan pemerintah Jepang udah abis buat bayar biaya makan bersama si kumis kemaren....."



Karena kantor gue udah kepalang kesel, akhirnya mereka nyuruh Astri buat datang sendiri aja ke kantor pusat dan ngurus sendiri.
Itupun kalo dia berani datang.
Haha.

Akhirnya, kasus Astri pun ditutup seiring dengan perginya Astri entah kemana tanpa sepatah kabar apapun.
Semua bernapas lega, termasuk aku, meski masih menyisakan sakit hati yang dalam dari kata-kata si tante yang maha benar itu.



Meski sakit hati, tapi berkat Astri aku jadi tahu tabiat dan watak sebenarnya dari sepasang suami istri bos gue.

Dan itu menjadikan akik mengkukuhkan agar angkat kaki secepatnya dari perusahaan ini, karena buat apa bertahan di tempat yang bahkan Bosnya nggak percaya bawahannya sendiri, dibilang tukang bohong pula.


Oiya, info tambahan, katanya salah seorang staff di kantor gue ada yang suka sama Astri, bahkan mau nyatain.
Tapi, begitu tahu semua fakta dan kasus Astri kemaren, dia langsung SHOCK dan bersyukur nggak jadi nyatain sama Astri.
Begitu tahu soal cerita ini, Bos Jepang gue cuma bisa ngakak dan bilang, "Ini cerita sinetron si Astri nggak berhenti-berhenti."

Akhir kata, mari kita doakan semoga bayi Astri yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa itu bisa hidup bahagia dan sehat selalu.
Jika suatu hari nanti, saya pergi ke Garut atau kota manapun dan menemukan ada seorang anak laki-laki bernama,

Ray Yuto Alfariz

mungkin saat itu aku akan teringat kembali kasus yang begitu rumit dan penuh lika-liku ini.


BHAY!




※GIF and pic credit by owner

[Sightseeing] : napak tilas di Mt. Takao

Kenapa jelong-jelong kali ini disebut napak tilas? Padahal baru pertama kali ke Mt. Takao...

Jadi ceritanya, di musim panas 2012 lalu *setdaah udah lama juga ya*, di salah satu TV Show Arashi pernah nayangin episode dimana semua member Arashi pergi hiking *lebih tepatnya jalan-jalan sambil ngemil sih* ke Mt. Takao.

Kebetulan, minggu lalu ada yang ngajakin pergi ke Mt. Takao, dan langsung keingetan sama Arashi donk!
*maklum yee, 13 tahun jadi fans mereka menjadikan hal yang pertama kali ada di pikiran gue ya siapa lagi kalo bukan mas-mas badai itu, nyahahaa*

Tanpa ba bi bu akupun mengiyakan ajakan hiking ke Mt. Takao.

FYI, meski namanya Mt. Takao tapi nggak usah langsung kepikiran naik gunung dengan medan cadass dan sulit, jalan berbatu, hutan belantara, kudu bawa tas gede dengan bejibun peralatannya.
No, no, no beibeh.
Nggak perlu.

Mt. Takao ini sudah difasilitasi dengan amat sangat lengkap sehingga memudahkan bagi siapa saja yang ingin mendakinya.
Fasilitas yang disediakan adalah cable car atau lift yang akan membawa kita ke stasiun atau pos di Mt. Takao.
Begitu tiba di stasiun sehabis naik cable car atau lift, kita bisa hiking sambil jalan-jalan chantieq dan manjah dan piknik makan bekal atau jajan di sekitar situ.
Atau bisa terus naik ke atas puncak Mt. Takao dengan berjalan kaki.

[perginya aku pilih pake lift karena kapan lagi naik yang beginian!!!]


Jalur pendakian pun sudah dilengkapi dengan jalanan beraspal yang rata serta mudah didaki plus aman tentunya.
Toilet tersebar banyak di sepanjang jalur pendakian *bersiih dan gratis lagi*, plus kran air yang bisa diminum atau sekalian isi ulang botol minum.
Airnya SEGEEEER bok!

So, mulai dari anak kecil, dewasa, kakek nenek, yang bawa bayi, yang bawa pacar, selingkuhan, bahkan banyak yang hiking sambil bawa anjing peliharaannya pun bisa mendaki Mt. Takao dengan nyaman.

Meski begitu, Mt. Takao juga punya ketinggian yang nggak bisa dianggap remeh, yaitu 599 m.

Naah, bagi anak gunung atau pecinta alam yang kepengen mendaki dengan penuh tantangan, ada juga jalur yang memang dibuat untuk mendaki seperti biasa.
Kalau mau lewat jalur ini tentunya harus dilengkapi persiapan dan peralatan yang memadai ya :)

Karena gue mau mendaki atas dasar tujuan napak tilas lokasi syuting Arashi, jadinya pake jalur pendakian yang ringan dan beraspal donk, plus dibantu lift serta cable car :D
Baju yang dikenakan juga bisa disesuaikan dengan musim.
Karena udah mulai anget dan memasuki musim semi, so cukup pakai kaos lengan panjang + jaket dengan ketebalan sedang + syal tipis + celana santai atau jeans, dan jangan lupa alas kaki yang nyaman ya.
Yaah, outfit-nya nggak beda jauh kalo lagi pergi ke puncak, Lembang atau Pangalengan.

Begitu turun dari lift, kita akan disuguhi pemandangan gunung yang adeeem dan bersih plus BIKIN LAPER!
Pasalnya, di pinggir-pinggir banyak yang jual makanan *lap iler*

[salah satunya ini : yaki dango atau kue dango (beras) bakar]


Terus gue cuma ngeliatin dan ngiler doank gitu?
Nggak lah yaa, langsung ngantri paling depan buat beli yaki dango :D

[disantap dengan ditambahkan bumbu atau miso, lupa dah namanya, pokoknya rasanya kayak kecap asin gitu deh. So simple tapi enaak!]


Kenyang makan yaki dango, mari kita mulai napak tilas di Mt. Takao menelusuri jejak-jejak Arashi.



[sayangnya, aku nggak sempet selfie di gerbang Mt. Takao kayak mereka]



[stasiun cable car]



[Member Arashi bisa balapan naik tangga sambil lari, aslinya gue gempooor bok naik tangga ini]


Puas napak tilas, yuk kita lihat ada apa aja di Mt. Takao ini.

[kok jadi inget Inuyasha.....]


[tangga lagiiiiiii 😓]





[ngemil teruuuusss! *cheese tart*]


[ngemil lagiiiiiiii *chesnut bakar*]





[Finally, top of Mt. Takao!!!]





See you in another mount :)



Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...