[Training] : LSP (and farewel)

Seperti yang gue posting sebelumnya, sampai detik ini gue nggak tau kepanjangan dari apa LSP itu, dan aktivitas seperti apa atau menu apa yang bakal dikasih trainer gue saat LSP ini.
Durasi waktunya sama seperti session biasa, 60 menit (termasuk 10 menit buat ganti baju dan dendong setelah session selesai).

Gue bisa aja nge-DM trainer gue dan nanya apa kepanjangan LSP ini, tapi ya udahlah.
*emang dasar nggak niat*
Mari kita lanjut cerita aja.

Karena gue pikir session training gue yang terakhir adalah di session training day 32 minggu lalu, maka gue berasumsi kalo LSP ini adalah sejenis review, penjelasan akhir dari hasil training, kesimpulan, dan gimana kedepannya setelah gue lulus dari gym ini #SOTOY EMANG

So. karena gue berpikir palingan cuma denger penjelasan dan ngobrol sama trainer, yang kebetulan bakal di handle sama Okubo, berarti nggak bakalan ada workout donk ya.
Dengan asumsi sotoy gue itulah, paginya gue pergi ke gym deket rumah (gue udah registrasi ke gym lain sebulan yang lalu *gym biasa, bukan private* sebelum lulus dari personal gym supaya ilmu yang gue dapet bisa langsung praktek sendiri) dan workout sendiri selama 1 jam plus walking 30 menit.

Pagi yang melelahkan karena selama satu setengah jam gue berkutat di gym, tapi sekaligus menyenangkan karena gue bisa me time yang nggak cuma bikin hati dan pikiran tenang, tapi badan juga sehat.
Setelah selesai workout, gue pulang, mandi, lalu sarapan.

Karena skejul LSP gue sama Okubo jam 12 siang, gue masih punya waktu buat leyeh-leyeh sambil nonton tipi.
Sekitar jam 11:30, gue cabut dan menuju gym tempat Okubo.

Begitu tiba di depan pintu gym, seperti biasa gue tarik napas panjang dan mengucap bismillah, lalu masuk ke dalam gym, dimana di salam sudah ada Okubo yang langsung menyapa gue seperti biasa.
Setelah semprat semprot hand sanitizer dan ukur suhu, gue dipersilakan ke ruang ganti.

Eh, bentar!
Bentar!
Ruang ganti?
Gue bakal ganti baju pake setelan olahraga gitu?
Bukannya hari ini LSP, alias cuma review dan penjelasan akhir aja? yang artinya palingan cuman duduk manis dengerin Okubo cerita? Bukannya gitu?
*masih sotoy*

Karena waktu FMP alias Food Master Program di awal training bareng Hirose, gue juga cuma denger penjelasan doi tentang Food Program alias pola makan, nggak perlu ganti baju juga karena ya cuma duduk maniez.

Oh, mungkin ada sedikit training singkat buat review apa gue paham dengan metode dan gerakan muscle training yang selama ini diajarin trainer,
makanya diminta ganti baju.
Pikir gue, masih dengan sotoynya.

Setelah gue ganti baju lengkap dengan sepatu kets dan face towel, gue pun keluar dari ruang ganti dan seperti biasa Okubo udah stand by dengan lapie-nya.
"Oke, kita mulai ya! Seperti biasa buat permulaan kita squat pake beban dulu untuk beberapa set." Okubo menjelaskan sambil men-setting beban di alat squat.

EH?!
BENTAR! BENTAR!
TIME! TIME!
TAIMMMMM!

Ini mah sama aja kayak session training biasa donk!
Squat?!
Beberapa jam yang lalu gue baru aja squat dengan beban MAX EMPAT PULUH KILO sebanyak 4 set.
Dan sekarang gue harus squat lagi dengan beban yang sama, bahkan mungkin lebih berat dan set yang lebih banyak?!

"Sip! Udah siap. Yuk mulai, bebannya udah aku tambah nih." Okubo menginstruksikan supaya gue mulai.

*PINGSAN*

Setelah beberapa set squat selesai *gue nggak inget berapa set, yang pasti mah capeeek dan berat banget bok*, Okubo lanjut ngasih instruksi untuk muscle training lainnya, seperti bagian punggung, lengan, kaki dan bokong.

Dimana semua menu workout dan angkat beban yang dia kasih siang itu SEMUANYA SAMA dengan yang gue lakukan di gym tadi pagi.

*AMBULAN MANA AMBULAN!*

Tunggu! Tunggu!
Jangan-jangan LSP itu artinya Last Session Program?
atau sejenisnya, dimana isinya sama aja kayak session training biasa, 
cuman karena dia disimpen terakhir, jadinya kayak bonus jumbo gitu?!!!!
Jumbo bebannya, jumbo set-nya dan JUMBO SPARTAnya kakakkks!
*mulai panik*

*AMBULAN BELOM DATANG JUGA INIH?!*

Berarti hari ini gue workout dan angkat beban DUA KALI LIPAT?!
Pagi dan siang!?

Entah apa yang merasuki gue hari itu, dua kali training selama dua jam, 
tapi alhamdulillah gue bisa melaluinya dengan lancar dan SELAMAT. Haha.
Gue nggak bilang sama Okubo kalo paginya gue abis training sendiri, karena takutnya ntar dese jadi khawatir dan mengurangi beban training gue hari itu
*cukup kurangi beban hidup gue aja, mas #ABAIKAN*

Setelah 50 menit training terakhir selesai, gue mengucapkan banyak terima kasih sama trainer gue yang baik hati dan charming banget ini.
Lalu gue menuju ruang ganti untuk ganti baju dan rapih-rapih.

Saat gue keluar dari ruang ganti, Okubo memberikan dua pcs protein drink dan 1 pcs protein bar.

"Oh, iya. Makasih banget. Waah, dapet banyak oleh-oleh." balas gue dengan senyum lebar.
*dasar muka gratisan*
*semureh itulah gue*

Gue pun melangkahkan kaki ke luar gym dan sekali lagi mengucapkan terima kasih sama trainer.

Terima kasih banyak untuk 5 bulan ini, Okubo-san, Hirose-san dan Oda-san.
Banyak banget ilmu yang gue dapat yang membuat gue jadi lebih percaya diri dan mencintai diri gue sendiri dan lebih positif untuk hidup lebih sehat dan bahagia.

Sekali lagi,
terima kasih banyak.
See you again!


[Training] : Day 32 (last)

Day 32

Perasaan baru kemaren gue registrasi di gym untuk mulai ikutan program training, tau-tau udah session terakhir aja.
Yup, training day 32 ini adalah last day dari serangkaian session training gue.

Sebelum gue mulai cerita hari terakhir training, kita flashback dikit ya.

Di awal Agustus 2020 lalu gue memutuskan untuk mencoba olahraga baru. Selama ini olahraga yang gue geluti adalah berenang, running/jogging/walking dan hot yoga.
Berenang nggak gue lanjutin semenjak datang ke Jepang, karena ya males aja. Haha.
Lagian gue nggak punya baju renang dan males beli baju renang, udah gitu harus nyari kolam deket rumah, dan kalo winter mana bisa berenang, yang ada gue masuk angin.
Running/jogging masih gue lakuin hingga setahun lalu, tapi gue hentikan karena lutut gue sakit dan gue males ngos-ngosan. Oiya gue juga sempet nyoba dance aerobic selama masa pandemi ini, karena bisa dilakuin di rumah sambil liat yutub, tapi itupun gue hentikan karena nggak ada hasilnya.
Dan dari situ gue menarik kesimpulan kalo gue nggak cocok dengan aerobic exercise dan sejenisnya.
Gue masih melanjutkan walking, karena gue seneng jalan-jalan pagi sambil lihat pemandangan, meski gue sementara walking di tredmil gym selama winter karena nggak sanggup walking di luar.

Setelah searching dan baca-baca, gue melihat kayaknya gue harus coba muscle training atau workout atau angkat beban atau apapun itu sebutannya.
Karena gue nggak tau apa-apa dan nggak tau harus mulai dari mana, gue pun memutuskan untuk pakai personal trainer dan training di personal gym, supaya lebih private, nggak khawatir diliatin orang dan lebih fokus.

Tujuan gue selain pengen sehat cencunya, adalah pengen dapet ilmu, nggak cuma tentang workout dan training, tapi juga tentang pola makan, pola hidup dan cara olahraga yang bener dan tepat untuk gue, yang ilmunya bisa gue pake seumur hidup dan jadi investasi alias bekal untuk kedepannya.

So, gue pengen dapet ilmu langsung dari ahlinya, karena gue nggak mau tersesat dengan info abal-abal tentang tren diet yang nyiksa yang akhirnya malah ngerusak badan, karena buat gue kesehatan itu buat seumur hidup, bukan cuma buat ikutan tren pengen kuyus dan stylish.

Dari situ gue mulai mencari personal gym dan personal trainer yang tepat, sesuai dengan visi gue, lingkungan dan service-nya bagus, nggak ngotot jualan suplemen atau alat kesehatan, dan cencunya masuk di budget gue.
Karena jujur sajah kakak, personal trainer dan personal gym itu mihiiiiil, Jendral!

Tapi kalo ilmu dan hasil yang didapat worth it dengan harga yang gue bayar, ya gue nggak akan protes.

Then, setelah bertualang #HALAH mencari personal gym dan personal training kesana kemari, gue akhirnya dipertemukan dengan BODYKE *sila gugling untuk lebih lengkapnya*.
Personal gym yang meskipun namanya baru gue dengar, tapi rekam jejaknya bagus dan yang terpenting mereka nggak pake acara ngotot jualan suplemen atau alat olahraga, trainernya pun profesional, ramah, asik sehingga olahraga pun terasa menyenangkan *walopun kadang trainer gue keluar sparta-nya*

Di situlah gue dipertemukan dengan tiga orang personal trainer gue, yaitu Oda-san, Hirose-san dan Okubo-san.
Gue mengambil program 32 kali session training, plus 1 kali Food Master Program dan 1 kali LSP (dimana sampai detik ini gue masih nggak tau apa itu kepanjangan dari LSP).
Setiap session menggunakan sistem booking dan sebenernya gue bisa milih pengen di handle sama trainer siapa di setiap training. Kalo misalnya gue cocok sama Hirose, bisa aja selama 32 kali gue pilih sama Hirose terus.

Tapi gue pengen tau gimana masing-masing trainer ngasih ilmu, instruksi dan training di setiap session-nya, sehingga gue "nerimo" siapapun itu yang jadi trainer gue nanti.
So, selama 32 kali training, gue pun dapet ilmu yang beragam dari ketiga trainer hebat itu.
Jadi gue bisa dapet ilmu tiga kali lipat dari trainer yang berbeda. Asik, kan?!
Meski di akhir-akhir training, gue ngintip dikit skejul-nya Okubo supaya bisa nyesuaian session gue sama shift dia, jadi gue bisa ketemu dese di session training. Hoho.

Iya, dari ketiga trainer gue, entah ada petir darimana, atau si cupid nakal itu udah nancepin anak panahnya ke gue, sehingga gue malah jadi pake hati sama trainer gue yang bernama Okubo itu.
Well, it is just for fun, don' be so serious, beb!

............

Hari itu hari minggu, skejul gue untuk training di day 32 adalah jam 12 siang.
Sengaja gue pilih siang hari di hari libur, supaya nggak terlalu capek kalo gue pilih malam di weekdays gegara tenaga abis setelah seharian kerja *kayak kerja aja*, so gue jadi lebih semangat training.

Seperti biasa, gue tiba di depan pintu gym jam 11:57, tiga menit sebelum session dimulai.
Sebelum memutar knop pintu dan masuk ke dalam gym, ritual gue adalah tarik napas panjang dan mengucapkan bismillah, supaya training gue hari ini berjalan lancar dan NGGAK GROGI.
Kenapa? Karena hari itu yang handle gue adalah Okubo. 
*you know me so well lah*

Begitu gue masuk ke ruang gym, di sana sudah ada Okubo yang lagi ketak-ketik di lapienya sambil nunggu gue datang. Dia langsung menghentikan aktivitasnya dan menyapa gue.
Sebelum gue masuk lebih lanjut ke dalam gym, seperti biasa gue menyemprotkan hand sanitizer dan Okubo akan mengukur suhu badan gue, yeah standar protokol kesehatan selama pandemi COVID-19.

Setelah memastikan suhu badan gue normal, Okubo pun mempersilakan gue untuk ganti baju di ruang ganti dengan setelan olahraga lengkap dengan sepatu dan face towel yang sudah doi sediakan di dalam ruang ganti.
Sebelum gue berjalan menuju ruang ganti, Okubo tanya ke gue, apakah hari ini ada sakit otot atau nggak, karena dia bakal kasih menu training sesuai kondisi badan gue hari ini.
"Nggak ada", jawab gue singkat yang langsung dijawab "Oke!" oleh Okubo.

Beberapa menit kemudian, gue selesai ganti baju dan siap untuk training.
Begitu pintu ruang ganti gue buka, Okubo sudah stand by dengan lapie dan menu training untuk gue di depan alat gym.

"Oke, kita mulai ya!"

Seperti session-session sebelumnya, Okubo akan memulai training dengan squat plus angkat beban untuk beberapa set dengan beban yang ditambah di setiap set-nya.
Setelah itu, beberapa menu training berbeda akan diberikan sama trainer gue satu ini, mulai dari training untuk otot punggung, lengan dan kaki.

Setiap satu set training (sekitar 15 kali hitungan), Okubo akan ngasih jeda sekitar 1-2 menit, supaya gue bisa istirahat, ngatur napas, dan minum serta ngelap keringat.
Di sela-sela jeda istirahat inilah, biasanya kita ngobrol berbagai hal, mulai dari tentang keseharian, hobi, apa yang lagi tren sekarang dan banyak lagi.

Kalo gue lagi training sama Oda-san, biasanya yang kita obrolin adalah tentang komik dan anime, karena trainer gue satu ini demen banget sama komik dan anime, bahkan hapal sampai semua scene, episode dan tokoh-tokohnya, pokoknya detail banget.

Kalo sama Hirose-san, biasanya kita ngobrol tentang keseharian, fashion, apa yang lagi tren, dan sejenisnya. Kalo ngobrol sama dia itu lucu dan seru, entahlah kayak lagi ngobrol sama temen yang udah lama kenal, rileks aja gitu, bisa ngobrolin apapun.

Sedangkan kalo lagi sama Okubo-san, biasanya kita ngobrolin tentang hobi, yang belakangan gue tahu kalo kita punya banyak kesamaan hobi. Mulai dari hobi baca buku, nonton netflik, sampai nongkrong di coffee shop berjam-jam atau explore bermacam coffee shop yang ada di sekitar tempat tinggal masing-masing.

............

Waktu menunjukkan jam 12:50 yang artinya session training hari ini akan segera berakhir.
Karena gue harus ganti baju lagi, biasanya trainer menyelesaikan training-nya di 10 menit sebelum session berakhir, supaya gue bisa ganti baju tanpa buru-buru sebelum member gym berikutnya datang.

Di training day 32 ini nggak terlalu berbeda dari session-session sebelumnya, dan gue juga nggak begitu inget apa aja yang kita obrolin selama jeda istirahat.
Bener-bener nggak bisa gue inget. Monmaap.

Setelah selesai ganti baju, gue pun menuju loby ruang gym dan mengucapkan terima kasih ke Okubo.
"Minggu depan LSP kan, LSP ngapain sih?" tanya gue.
Sayangnya, entah gue saat itu lagi ngelamun atau lagi mikirin yang lain, gue nggak inget apa yang dikatakan sama Okubo tentang LSP. Tau-tau dia udah selesai ngejelasin apa itu LSP, dan gue cuma bengong *makanya fokus woooi, bukan malah terpesona sama trainer-nya*.

Mau nanya lagi dan minta dijelasin ulang, nggak enak.
Ya udah lah, yang penting gue udah booking buat LSP minggu depan di hari dan jam yang sama.
Tinggal datang aja lah ya, mau ngapain nya gimana ntar aja.

"LSP minggu depan sama aku lagi ya." kata Okubo.
"Oh iya kah?" gue tanya balik pura-pura nggak tau, padahal gue sengaja booking di jam sesuai shift dia.
"He-eh. Itupun kalo kamu berkenan di handle sama aku lho..." timpalnya setengah bercanda.
"Eh...oh.....iya donk. Pastinya!" jawab gue rada bingung mau ngejawab apa.
"Haha, kok jawabnya kayak kepaksa gitu." dia malah ketawa.

Lalu, gue pun pamit setelah ngucapin terima kasih ke Okubo.

Last day training.....nggak kerasa ya.
Sampai ketemu minggu depan!


[Training] : Day 31

Training hari ini adalah pertemuan terakhir sama Hirose-san. 

Hix.

Nggak ada yang istimewa dari isi training kali ini, masih sama kayak minggu-minggu sebelumnya.
Di awal training, gue ngucapin selamat tahun baru ke Hirose-san, begitu pula dese.

Di sela-sela jeda istirahat, Hirose-san berbagi cerita tentang perkembangan bisnis gym yang bakal dia buka sekitar Februari ntar. Hebadh ya trainer gue satu ini, masih 23 taun lho padahal *gue baru tau usia doi akhir-akhir ini setelah ngintip bio-nya di insta. Haha* udah berani wirausaha, sendirian, buka personal gym!
Keren deh!
Bisa buka bisnis di bidang yang dia sukai, itu makin bikin gue respect sama dia.

Cerita lainnya adalah cerita ketika gue ngebolang di akhir tahun kemaren *ntar gue cerita lebih detail di postingan terpisah tentang ngebolang ini ya*.
Pergi kemana aja? dari mana ke mana? trus kemana lagi? sendirian? gimana disana? makana apa aja? dan sederet pertanyaan kepo dari trainer gue satu ini.
Kepo juga dia ya. Haha.

Di akhir training, Hirose-san bilang kalo ini pertemuan terakhir sama dia.
Seperti cerita gue di awal, sebetulnya gue udah tau sih kalo hari ini terakhir ketemu dia, toh gue udah stalking jadwal shift-nya kedua trainer gue, tapi gue pura-pura nggak tau aja. Haha.
"Oh iya kah?!" respon gue sok-sok kaget waktu dikasih tau Hirose-san.
"Yah, sayang banget ya. Jadi sedih." Hirose-san menanggapi.

Sebelum pulang, gue mengucapkan banyaaaaaak banget terima kasih sama trainer gue yang baik banget dan lucu ini. Gue bener-bener bersyukur dapet trainer kayak Hirose-san.
Terima kasih untuk 5 bulan yang amat singkat tapi berarti banget buat gue.
Terima kasih untuk banyak cerita menarik, senyum dan ketawa yang selalu gue dapatkan setiap kali training bareng Hirose-san.
Terima kasih selalu nge-like postingan insta gue, dan selalu menyempatkan untuk melihat insta story gue. Gue juga suka banget lho ngeliat postingan Hirose-san di insta, apalagi pas pamer roti sobeknya #PLAAAK

Kalo ada kesempatan, semoga bisa training bareng lagi ya, Hirose-san.....
ah, untuk terakhir kali, boleh kan gue panggil sama nama depannya, Takumi-san.
*gue suka banget sama nama Takumi ini lho, nggak tau kenapa*

廣瀬さん、親切に指導してくれて
いつもサポートしてくれて
いつも面白い話を話してくれて
いつも笑顔で励ましてくれて
ありがとうございました!
短い間でしたが、お世話になりました。
機会がありましたら、また一緒にトレーニングしましょうね!
独立、頑張ってください!応援してます!


[Training] : Day 30

Hari ini training bareng Okubo-san.
Kali ini yang pengen gue ceritain bukan tentang training-nya itu sendiri, tapi tentang trainer-nya.
Training-nya sendiri nggak jauh beda sih sama training-training sebelumnya, ditambah lagi gue udah mulai terbiasa jadinya nggak ada hal baru, cuma nambah jumlah set dan beban di setiap jenis training.

Eniwey, kembali ke topik semula.
Hey, kamu!
Iya, kamu, mas trainer kesukaan gue, 
di postingan kali ini ijinkan gue mengungkapkan unek-unek gue sama kamu, yang beberapa waktu ini memenuhi pikiran gue.
Karena nggak (mungkin) bisa gue ungkapkan langsung sama orangnya, jadi mari kita curcol disini sajah.

Akhir-akhir ini gue merasa Okubo-san nggak kayak Okubo-san yang biasanya.
Emang Okubo-san yang biasanya itu kayak apa?
Hmm...doi yang biasanya itu ramah, supel, asik diajak ngobrol dan becanda.
Yang terpenting adalah semua sikap dese di atas, keluar secara alamiah.
Ngalir begitu aja, alias nggak dibuat-buat.

Cencunya cara doi ngasih instruksi, penjelasan dan support selama training sih udah nggak usah ditanya ya.
Profesional kelas atas.
Itu nggak bakalan gue bahas, karena skill beliaw dalam hal itu udah nggak usah diragukan lagi.

Hey, Okubo-san.
Tau nggak, akhir-akhir ini kamu berubah.
Sikapmu yang ramah, supel, asik diajak ngobrol dan becanda itu, 
kok nggak keluar secara alamiah, 
berasa dibuat-buat.

Rasanya kamu lagi baca instruksi kerja lalu praktekin langsung di depan gue.

Misalnya, ketika gue lagi membahas soal keseharian, lagi sibuk apa, lagi seneng sama apa, 
kamu akan merespon dan ngasih tanggapan.
Yang gue lihat dan rasakan akhir-akhir ini adalah kamu kayak lagi baca instruksi kerja, "bagaimana cara merespon dan menanggapi seseorang ketika membahas hal yang disukai lawan bicara"

Lalu, ketika gue membahas hal yang agak sedih dan kecewa,
kamu juga ngasih respon dengan ikut-ikutan sedih dan memberikan simpati.
Padahal gue pengennya indosat atau XL aja lah biar mureh #ABAIKAN
Ini pun sama, gue merasa tanggapan yang kamu kasih kayak lagi baca instruksi kerja "bagaimana menanggapi lawan bicara yang bercerita tentang kesedihannya"

DINGIN.
Terasa dibuat-buat.

Kamu kayak lagi baca skenario.

Ya memang sih, dunia ini panggung sandiwara.
Kita semua berpura-pura dan pakai topeng.

Tapi,
bedanya kerasa banget!

Maaf ya, trainer gue yang baik hati.
Gue nggak benci kamu kok, cuma menyayangkan aja.
Kemana Okubo yang hangat dan apa adanya yang gue kenal itu?
Kenapa sekarang jadi Okubo yang kaku, dingin dan terpaku sama instruksi kerja.

Oiya, sebelum gue lanjut ngebahas soal perubahan sikap kamu akhir-akhir ini,
gue mau cerita kenapa gue bisa tahu dan sadar perubahan sikap kamu.

Selama delapan tahun, gue (pernah) bekerja sebagai interpreter,
dan selama itu gue udah banyak mengobservasi serta melihat beragam macam manusia, lengkap dengan karakter, sikap, cara bicara, perubahan suasana hati serta gerak-geriknya.
Gue tahu ketika seseorang sedang merasa gugup tapi dia berusaha menutupinya dengan banyak bicara,
gue tahu ketika seseorang sedang berbohong atau menyembunyikan sesuatu namun berusaha jujur, 
gue tahu ketika seseorang sebetulnya sedang sedih tapi dia berusaha kuat dan tegar,
pun gue tahu ketika seseorang lagi happy tapi dia berusaha mengontrol luapan emosinya supaya nggak keliatan girang banget.

Dari mata, gerak bibir, cara bicara serta isi pembicaraannya, postur tubuh, dan hal-hal lainnya bisa gue tangkap ketika ada perubahan sikap dari seseorang di depan gue.

Gue nggak tau bagaimana yang dirasakan sesama profesi interpreter lain, yang bagi kebanyakan orang profesi ini yaaa cuma menterjemahkan secara langsung (ucapan, bukan dokumen).
Tapi bagi gue pribadi, dari profesi ini, gue BANYAK banget belajar tentang perilaku manusia.
Karena setiap kali lagi live action #HALAH di depan orang yang gue terjemahkan, 
gue nggak cuma menterjemahkan, tapi juga harus melihat orang di depan gue ini kayak gimana karakternya.
Apakah dia cukup cerdas kalo gue kasih terjemahan kata-kata yang sulit dan spektakuler, atau sebaliknya dikasih pembendaharaan kata-kata yang sederhana aja.
Pun ketika dia lagi nahan marah, padahal udah siap meledak kayak bom atom Hiroshima, gue harus berusaha keras menterjemahkan dengan memilah kata-kata yang nggak menyinggung dia, tapi arti dan makna yang gue sampaikan nggak melenceng.

Dari situlah, gue banyak mengobservasi mahluk bernama manusia ini,
sekaligus menjadi terapi buat gue untuk mengontrol emosi, karena interpreter sifatnya kudu NETRAL ya bok, walopun gue pengen banget nepok jidat orang depan gue yang ngomongnya A tapi aktualnya B.
Oiya, interpreter juga kudu mengontrol mulut embyer alias jaga rahasia,
karena sebetulnya banyak banget rahasia negara yang kami ketahui *ketawa jumawa*
Berat bok, jaga amanah. 
Ini mulut gatel banget pengen cerita, bahkan kalo bisa gue umumin pake toa masjid.

Memang nggak 100% pasti tepat dan tokcer, karena gue juga manusia biasa,
adakalanya gue salah.
Karena kesempurnaan cuma milik Allah dan lagu Andra and the Backbone #SERAHLUDEH

Balik lagi ke trainer gue.

Gue tau kok, Okubo-san.
Kamu lagi belajar coaching dan berusaha keras untuk menjadi coach terbaik.
Gue tau kok,
kamu lagi mempraktekan ilmu yang kamu dapat ke gue, 
supaya input dan output yang kamu punya jadi seimbang, supaya ilmu yang kamu dapat nggak sia-sia
dan bisa langsung dipraktekan,
makanya kamu berusaha keras memberikan respon sebaik mungkin pada semua hal yang gue sampaikan dan ceritakan.
Gue tau kamu lagi berusaha keras.

Tapi,
"BERUSAHA KERAS" kamu itu keliatan banget.
Jadinya, malah nggak alami,
keliatan dibuat-buat.
Respon kamu keliatan palsu,
kayak lagi baca skenario trus kamu akting di depan gue sesuai skenario itu,
kayak ada setumpuk instruksi kerja di depan kamu yang kamu baca plek begitu aja di depan gue.

Gue lebih suka sama kamu yang sebelumnya,
alami
nggak palsu
apa adanya.

Meski kadang respon kamu nggak nyambung, aneh, bahkan bikin gue bingung
karena kamu sendiri juga bingung harus memberikan respon seperti apa,
tapi buat gue itu sudah CUKUP.
Gue suka kamu yang seperti itu.

Atau,
mungkin
gue yang terlalu baper,
jadinya sensitif ngeliat perubahan kamu.
Entahlah.
Yang manapun gue nggak peduli.
Gue cuma pengen Okubo-san yang dulu.

Iya, gue tau.
Gue nggak bisa, dan nggak berhak mengubah orang lain.
Gue tau, orang nggak bisa diubah dengan paksa,
cuma cara berpikir gue aja yang harus diubah.

Karena cara berpikir gue yang harus diubah,
gue akan mengucapkan selamat tinggal sama trainer yang paling gue sukai.
Maaf ya, padahal gue udah sukaaaa banget sama kamu,
tapi gue yang terkadang apatis dan skeptis ini bisa memutarbalikkan perasaan gue dalam sekejap.
Hari ini sukaaaa banget, besoknya udah sebodo amat lah, bahkan ketemu aja males.

Nggak, nggak, gue nggak jadi benci sama kamu kok.
Kamu tetap trainer yang paling gue sukai, baik itu dari cara gue memandang kamu sebagai trainer,
atau sebagai cowok.
Tapi, rasa excited ketika akan ketemu dan training bareng kamu,
akhir-akhir ini jadi BIASA aja, bahkan kadang males dan pengen bolos.
Rasa nggak sabar bisa ngobrol lagi sama kamu, sekarang jadi ya udah training aja,
kalo bisa nggak usah banyak-banyak ngobrol dan cepet-cepet selesein training-nya.

Gue sedih lho,
rasa excited yang bikin weekend gue jadi hidup dan happy, sekarang jadi hilang.
Makin sedih ketika ngeliat kamu yang jadi KAKU begitu.
Kemana Okubo-san yang hangat dan apa adanya itu, gue kangen dan suka sama Okubo-san yang itu.
Apakah gue nggak bisa ketemu lagi sama Okubo-san yang itu?

.............

Hadeuuh, jadi panjang kan.
Beneran curcol ini jadinya *lha dari awal emang niatnya gitu kan*

Eniwey, toh ini udah training ke 30, tinggal dua kali lagi training.
Training berikutnya di day 31 bareng Hirose-san, lalu last training di day 32 sama penutupan 
bakal bareng Okubo-san.
Jadi, gue ketemu dia tinggal 2 kali lagi.
Untungnya Okubo-san mulai berubah kayak gini pas training-training terakhir, jadinya gue nggak sedih-sedih amat lah ya
*sok kuat*
*padahal lagi nangis di depan rumah
*karena nanngis di pojokan udah terlalu mainstream*

Gapapa lah, jadinya ketika nanti udah nggak ketemu dese lagi,
gue udah nggak sedih-sedih amat karena rasa ini udah mulai pudar #AHZEG!
*lalu nenggak bayfresh*
*karena nenggak baygon mah bau, bayfresh lebih seger* #SERAHLO

Then, see you in next training,
and Okubo-san,
apa perlu gue siram pake aer panas, supaya situ kagak kaku dan dingin gitu?
*lalu masak aer seteko*


[Slice of Life] : menulis

Gue mulai nulis blog sejak 2012 *setdaaah udah selama itu*
Itu kalo diitung dari saat mulai pake blogger ini, belum dihitung ketika gue masih pake ketik-ketik doank di komputer, lalu cuma di save di word, trus gue mulai kenal sama salah satu platform yang menyediakan blog di media berita online.
Mungkin kalo diitung semuanya, lebih lama lagi 'sejarah' gue nulis blog.

Buat gue, menulis adalah terapi.
Terapi ketika isi kepala dan hati udah terlalu penuh dan minta dikeluarkan,
tapi gue yang terkadang apatis dan skeptis ini kudu mikir ribuan kali ketika mau membagi cerita gue kepada mahluk yang bernama manusia.
*ribet kan gue*

Dengan menulis di blog, gue bisa curhat dan mengeluarkan semua isi kepala dan hati gue, tanpa harus khawatir di judge, atau bete karena nggak didengerin dengan sepenuh hati, atau kesel karena ketika mau curhat, malah yang dicurhatin yang cerita lebih banyak. Haha.

Dari blog pulalah gue belajar untuk tau sejauh mana perkembangan diri gue, apa yang gue pikirkan saat itu, apa yang bikin gue galo saat itu dan apakah kegalauan gue masih sama aja kayak waktu itu, yang berarti gue nggak ada perkembangan.
Gue juga bisa 'merekam' siapa-siapa saja orang baru yang pernah gue temui, apakah mereka masih ada dalam keseharian gue hingga hari ini, atau cuma selewat doank.
Hal-hal yang biasanya bakalan langsung lupa atau menghilang begitu saja kalo cuma disimpan di kepala, bisa gue simpan dan buka kembali kalo gue tulis di blog.

Dengan menulis, gue bisa menyusun kata-kata dari cerita yang ingin gue sampaikan dan tuliskan. Sehingga gue bisa latihan untuk menyusun kata dan kalimat agar lebih terstruktur, lebih simple alias nggak belibet tapi dengan makna yang tetap terjaga saat gue berbicara langsung sama orang.

Ketika gue membaca ulang dan bisa menertawakan kejadian yang saat itu bikin gue galo, sedih, dan down, itu berarti gue udah move on dan selangkah lebih maju.

Rasanya gue jadi nggak sabar melihat reaksi gue 5 tahun, 10 tahun mendatang ketika membuka cerita-cerita lama di blog gue.

Sayangnya, akhir-akhir ini gue kok agak males nulis di blog ya.
*emang sejak kapan situ jadi rajin?*
Proses ketika gue harus buka laptop, colokin batre ke stop kontak, buka browser, ngetik, ngedit dan nambahin foto/video kalo perlu, lalu posting, matiin lapie, cabut colokan, dan nyimpen lapie ke tempatnya semula.....
baru ngebayanginnya aja udah lelah hayati #ALIBI

Tapi gue tetep pengen nulis.

Then, ketika gue pergi ke toko stationery, gue menemukan buku catatan dan pulpen warna-warni, yang memberi ide "kenapa nggak nulis di buku catatan aja?!"
Tinggal buka buku, nulis, begitu selesai gue bisa langsung bobo chantieq tanpa harus ngelakuin ritual #HALAH matiin lapie endeswey endesbrey.

Jadi, selama beberapa bulan terakhir gue lagi seneng-senengnya nulis di buku catatan.
Yaah, balik lagi kayak jaman SMA nulis di buku diary gicuuu.
Dengan sok-sok-an "Dear Diary.... tau nggak, hari ini si doi...."
bhahahaaaak.

Dengan menulis di buku catatan *gue sebut buku catatan karena emang beneran buku notes gitu yang biasa dipake ngantor atau kuliah, bukan buku diary yang warna-warni pastel, banyak gambar-gambar unyu, wangi, dan pake gembok #HAHA*,
gue jadi melatih tulisan tangan gue juga.
Sadar nggak sih, dengan adanya lapie dan smartphone, kita jadi jaraaaaang banget nulis pake tangan.
Awalnya gue juga harus adaptasi lagi, buanyaaak banget typo, udah gitu maleees banget nulis panjang-panjang, plus kalo udah pegel, tulisan gue jadi lebih INDAH daripada tulisan dokter di resep obat.
Saking indahnya, gue aja kagak bisa baca. Haha.

Tulisan-tulisan di buku catatan akan gue ketik ulang di blog....
...........kalo gue lagi mood.
Kalo lagi mood yaaa *iyaaa bawel*

Karena menulis di buku catatan membawa kesenangan dan kepuasan tersendiri, kayaknya gue bakal lanjut nulis terus. Semoga nggak angin-anginan ya. Hihi.


Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...