[Training] : Day 30

Hari ini training bareng Okubo-san.
Kali ini yang pengen gue ceritain bukan tentang training-nya itu sendiri, tapi tentang trainer-nya.
Training-nya sendiri nggak jauh beda sih sama training-training sebelumnya, ditambah lagi gue udah mulai terbiasa jadinya nggak ada hal baru, cuma nambah jumlah set dan beban di setiap jenis training.

Eniwey, kembali ke topik semula.
Hey, kamu!
Iya, kamu, mas trainer kesukaan gue, 
di postingan kali ini ijinkan gue mengungkapkan unek-unek gue sama kamu, yang beberapa waktu ini memenuhi pikiran gue.
Karena nggak (mungkin) bisa gue ungkapkan langsung sama orangnya, jadi mari kita curcol disini sajah.

Akhir-akhir ini gue merasa Okubo-san nggak kayak Okubo-san yang biasanya.
Emang Okubo-san yang biasanya itu kayak apa?
Hmm...doi yang biasanya itu ramah, supel, asik diajak ngobrol dan becanda.
Yang terpenting adalah semua sikap dese di atas, keluar secara alamiah.
Ngalir begitu aja, alias nggak dibuat-buat.

Cencunya cara doi ngasih instruksi, penjelasan dan support selama training sih udah nggak usah ditanya ya.
Profesional kelas atas.
Itu nggak bakalan gue bahas, karena skill beliaw dalam hal itu udah nggak usah diragukan lagi.

Hey, Okubo-san.
Tau nggak, akhir-akhir ini kamu berubah.
Sikapmu yang ramah, supel, asik diajak ngobrol dan becanda itu, 
kok nggak keluar secara alamiah, 
berasa dibuat-buat.

Rasanya kamu lagi baca instruksi kerja lalu praktekin langsung di depan gue.

Misalnya, ketika gue lagi membahas soal keseharian, lagi sibuk apa, lagi seneng sama apa, 
kamu akan merespon dan ngasih tanggapan.
Yang gue lihat dan rasakan akhir-akhir ini adalah kamu kayak lagi baca instruksi kerja, "bagaimana cara merespon dan menanggapi seseorang ketika membahas hal yang disukai lawan bicara"

Lalu, ketika gue membahas hal yang agak sedih dan kecewa,
kamu juga ngasih respon dengan ikut-ikutan sedih dan memberikan simpati.
Padahal gue pengennya indosat atau XL aja lah biar mureh #ABAIKAN
Ini pun sama, gue merasa tanggapan yang kamu kasih kayak lagi baca instruksi kerja "bagaimana menanggapi lawan bicara yang bercerita tentang kesedihannya"

DINGIN.
Terasa dibuat-buat.

Kamu kayak lagi baca skenario.

Ya memang sih, dunia ini panggung sandiwara.
Kita semua berpura-pura dan pakai topeng.

Tapi,
bedanya kerasa banget!

Maaf ya, trainer gue yang baik hati.
Gue nggak benci kamu kok, cuma menyayangkan aja.
Kemana Okubo yang hangat dan apa adanya yang gue kenal itu?
Kenapa sekarang jadi Okubo yang kaku, dingin dan terpaku sama instruksi kerja.

Oiya, sebelum gue lanjut ngebahas soal perubahan sikap kamu akhir-akhir ini,
gue mau cerita kenapa gue bisa tahu dan sadar perubahan sikap kamu.

Selama delapan tahun, gue (pernah) bekerja sebagai interpreter,
dan selama itu gue udah banyak mengobservasi serta melihat beragam macam manusia, lengkap dengan karakter, sikap, cara bicara, perubahan suasana hati serta gerak-geriknya.
Gue tahu ketika seseorang sedang merasa gugup tapi dia berusaha menutupinya dengan banyak bicara,
gue tahu ketika seseorang sedang berbohong atau menyembunyikan sesuatu namun berusaha jujur, 
gue tahu ketika seseorang sebetulnya sedang sedih tapi dia berusaha kuat dan tegar,
pun gue tahu ketika seseorang lagi happy tapi dia berusaha mengontrol luapan emosinya supaya nggak keliatan girang banget.

Dari mata, gerak bibir, cara bicara serta isi pembicaraannya, postur tubuh, dan hal-hal lainnya bisa gue tangkap ketika ada perubahan sikap dari seseorang di depan gue.

Gue nggak tau bagaimana yang dirasakan sesama profesi interpreter lain, yang bagi kebanyakan orang profesi ini yaaa cuma menterjemahkan secara langsung (ucapan, bukan dokumen).
Tapi bagi gue pribadi, dari profesi ini, gue BANYAK banget belajar tentang perilaku manusia.
Karena setiap kali lagi live action #HALAH di depan orang yang gue terjemahkan, 
gue nggak cuma menterjemahkan, tapi juga harus melihat orang di depan gue ini kayak gimana karakternya.
Apakah dia cukup cerdas kalo gue kasih terjemahan kata-kata yang sulit dan spektakuler, atau sebaliknya dikasih pembendaharaan kata-kata yang sederhana aja.
Pun ketika dia lagi nahan marah, padahal udah siap meledak kayak bom atom Hiroshima, gue harus berusaha keras menterjemahkan dengan memilah kata-kata yang nggak menyinggung dia, tapi arti dan makna yang gue sampaikan nggak melenceng.

Dari situlah, gue banyak mengobservasi mahluk bernama manusia ini,
sekaligus menjadi terapi buat gue untuk mengontrol emosi, karena interpreter sifatnya kudu NETRAL ya bok, walopun gue pengen banget nepok jidat orang depan gue yang ngomongnya A tapi aktualnya B.
Oiya, interpreter juga kudu mengontrol mulut embyer alias jaga rahasia,
karena sebetulnya banyak banget rahasia negara yang kami ketahui *ketawa jumawa*
Berat bok, jaga amanah. 
Ini mulut gatel banget pengen cerita, bahkan kalo bisa gue umumin pake toa masjid.

Memang nggak 100% pasti tepat dan tokcer, karena gue juga manusia biasa,
adakalanya gue salah.
Karena kesempurnaan cuma milik Allah dan lagu Andra and the Backbone #SERAHLUDEH

Balik lagi ke trainer gue.

Gue tau kok, Okubo-san.
Kamu lagi belajar coaching dan berusaha keras untuk menjadi coach terbaik.
Gue tau kok,
kamu lagi mempraktekan ilmu yang kamu dapat ke gue, 
supaya input dan output yang kamu punya jadi seimbang, supaya ilmu yang kamu dapat nggak sia-sia
dan bisa langsung dipraktekan,
makanya kamu berusaha keras memberikan respon sebaik mungkin pada semua hal yang gue sampaikan dan ceritakan.
Gue tau kamu lagi berusaha keras.

Tapi,
"BERUSAHA KERAS" kamu itu keliatan banget.
Jadinya, malah nggak alami,
keliatan dibuat-buat.
Respon kamu keliatan palsu,
kayak lagi baca skenario trus kamu akting di depan gue sesuai skenario itu,
kayak ada setumpuk instruksi kerja di depan kamu yang kamu baca plek begitu aja di depan gue.

Gue lebih suka sama kamu yang sebelumnya,
alami
nggak palsu
apa adanya.

Meski kadang respon kamu nggak nyambung, aneh, bahkan bikin gue bingung
karena kamu sendiri juga bingung harus memberikan respon seperti apa,
tapi buat gue itu sudah CUKUP.
Gue suka kamu yang seperti itu.

Atau,
mungkin
gue yang terlalu baper,
jadinya sensitif ngeliat perubahan kamu.
Entahlah.
Yang manapun gue nggak peduli.
Gue cuma pengen Okubo-san yang dulu.

Iya, gue tau.
Gue nggak bisa, dan nggak berhak mengubah orang lain.
Gue tau, orang nggak bisa diubah dengan paksa,
cuma cara berpikir gue aja yang harus diubah.

Karena cara berpikir gue yang harus diubah,
gue akan mengucapkan selamat tinggal sama trainer yang paling gue sukai.
Maaf ya, padahal gue udah sukaaaa banget sama kamu,
tapi gue yang terkadang apatis dan skeptis ini bisa memutarbalikkan perasaan gue dalam sekejap.
Hari ini sukaaaa banget, besoknya udah sebodo amat lah, bahkan ketemu aja males.

Nggak, nggak, gue nggak jadi benci sama kamu kok.
Kamu tetap trainer yang paling gue sukai, baik itu dari cara gue memandang kamu sebagai trainer,
atau sebagai cowok.
Tapi, rasa excited ketika akan ketemu dan training bareng kamu,
akhir-akhir ini jadi BIASA aja, bahkan kadang males dan pengen bolos.
Rasa nggak sabar bisa ngobrol lagi sama kamu, sekarang jadi ya udah training aja,
kalo bisa nggak usah banyak-banyak ngobrol dan cepet-cepet selesein training-nya.

Gue sedih lho,
rasa excited yang bikin weekend gue jadi hidup dan happy, sekarang jadi hilang.
Makin sedih ketika ngeliat kamu yang jadi KAKU begitu.
Kemana Okubo-san yang hangat dan apa adanya itu, gue kangen dan suka sama Okubo-san yang itu.
Apakah gue nggak bisa ketemu lagi sama Okubo-san yang itu?

.............

Hadeuuh, jadi panjang kan.
Beneran curcol ini jadinya *lha dari awal emang niatnya gitu kan*

Eniwey, toh ini udah training ke 30, tinggal dua kali lagi training.
Training berikutnya di day 31 bareng Hirose-san, lalu last training di day 32 sama penutupan 
bakal bareng Okubo-san.
Jadi, gue ketemu dia tinggal 2 kali lagi.
Untungnya Okubo-san mulai berubah kayak gini pas training-training terakhir, jadinya gue nggak sedih-sedih amat lah ya
*sok kuat*
*padahal lagi nangis di depan rumah
*karena nanngis di pojokan udah terlalu mainstream*

Gapapa lah, jadinya ketika nanti udah nggak ketemu dese lagi,
gue udah nggak sedih-sedih amat karena rasa ini udah mulai pudar #AHZEG!
*lalu nenggak bayfresh*
*karena nenggak baygon mah bau, bayfresh lebih seger* #SERAHLO

Then, see you in next training,
and Okubo-san,
apa perlu gue siram pake aer panas, supaya situ kagak kaku dan dingin gitu?
*lalu masak aer seteko*


No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...