[Work] : bos selalu benar

Beberapa hari yang lalu, seorang klien yang biasa ngurusin pemagang Indonesia ngasih kabar kalau salah satu pemagangnya dikabarkan nggak pulang ke asrama selama dua hari.
Selain itu, si anak magang ini pun nggak masuk kerja tanpa alasan yang jelas.
Begitu salah seorang staffnya memeriksa barang-barang si anak, koper, pakaian dan barang lainnya masih tersimpan rapih di asrama.

Yang menandakan MUNGKIN si anak lagi nginep di rumah temennya dan lupa ngabarin.

Meski masih dugaan, sebagai karyawan yang baik *HALAH*, aku melaporkan informasi ini ke bagian pembinaan pemagang yang ada di kantor pusat di Indonesia. Cuma info sekadarnya melalui LINE dan screenshoot chatting berisi informasi dari staff serikat sih.
Dan nggak lupa ngasih tau ke bos Jepang ane.
Yah, paling tidak ane udah ngasih kabar.
Dan pihak pusat pun cuma menanggapi biasa.

Tetapi, besoknya si anak magang ini masih belum pulang juga.
Dia pun masih nggak masuk kerja dan nggak ngasih kabar, baik ke tempat kerjanya, ke serikat pekerja, bahkan ke teman sesama pemagangnya.
Akhirnya, munculah praduga kalau anak magang ini KABUR.

Karena masih praduga, maka di hari yang sama aku beserta salah seorang staff dari serikat pergi ke tempat kerjanya dan bertemu langsung sama presdir dan staff lainnya untuk mengulik informasi lebih jelas.
Setelah bicara langsung dengan bapak presdir dan sesama pemagang Indonesia lainnya, kesimpulan yang diambil adalah si anak ini kemungkinan kabur.

Setelah meeting panjang hingga tengah malam dan menggali informasi ke semua pemagang yang satu tempat kerja sama anak magang yang kabur ini, diputuskan pihak perusahaan akan menunggu hingga akhir minggu, baru memutuskan kalau si anak benar-benar kabur.

Begitu meeting selesai, aku pun pulang, mandi trus loncat ke tempat tidur.
Gile bok, dari pagi buta baru pulang tengah malem.
Kuntilanak aja masih kalah sama jam kerja gue.

Aniwey, dengan praduga bahwa si anak magang itu kabur, staff serikat pastinya laporan sama atasannya, kemudian besok paginya si petinggi serikat pun laporan juga sama bos gue di kantor pusat Indonesia melalui email.

Setelah itu, ujug-ujug bos pusat beserta sang istri yang selalu merasa dirinya paling benar bilang gini :
"Saya terima email pagi ini, katanya ada anak magang di Jepang yang kabur, dan kemarin malam salah satu staff branch Jepang (gue maksudnya) sudah meeting dengan presdir perusahaan dan orang serikatnya.
Tapi KENAPA ANDA TIDAK MENGINFORMASIKAN APAPUN ke pusat?"


[EH??! Bentar, bentar, SITU NGEMENG APA BARUSAN?!]


Perasaan beberapa hari yang lalu gue udah ngasih info ke bagian pembinaan pemagang di kantor pusat yang mana kepala departement-nya sendiri adalah elu sendiri, NYONYAH!



Masih belum selesai si nyonyah maha benar ini ngomel-ngomel, suaminya pun ikut-ikutan sok ngasih wejangan.
Katanya, sebagai karyawan yang baik harus selalu mengedepankan LAPORAN, INFORMASI, dan DISKUSI.

Apalagi informasi ada anak magang yang kabur adalah info penting tingkat khayangan, yang harus as son as possible disampaikan.
Apalagi si tante nyonyah ini paling nggak suka kalo info yang dia dapatkan malah dari serikat, bukan dari pegawainya sendiri.

[Ada lagi yang mau disampaikan, bapa dan ibu yang terhormat?]


Jadi begini ya, 
wahai tante maha benar.

Beberapa hari sebelumnya kan gue udah laporan ke departemen elu melalui seluruh staff pembinaan.
Nah, dari staff pembinaan itu biasanya akan disampaikan ke atasannya yaitu NGANA sendiri.

Karena menurut struktur organisasi yang berlaku, dari kami branch di Jepang harus selalu melaporkan ke bagian pembinaan jika ada info terkait pemagang Indonesia.
Nah, dari pembinaan itu berikutnya ke kepala departmen pembinaan lalu bapa presdir alias suami elo!
Ditambah lagi, sesuai struktur organisasi, atasan gue langsung itu adalah bagian pembinaan dan bos Jepang ane.
Dan gue udah lapor ke semuanya.

Kalo misalnya laporan dari bagian pembinaan nggak nyampe ke situ, 
SALAH GUE?!
SALAH TEMEN-TEMEN GUE?!
*lagi-lagi jokes sesuai KTP*



Jadi, sebelum situ ngomel dan nuduh gue yang nggak-nggak, silakan beresin dulu departemen elu sendiri.
Masa info sepenting itu nggak nyampe ke nyonyah sih?
Padahal gue ngasih info ke bagian pembinaan itu nggak cuma ke satu-dua orang looh, tapi LIMA orang.
Tapi nggak ada satu orang pun yang laporan ke nyonyah tante ini?
MUNGKIN MEREKA LAGI PADA PUASA NGOMONG SAMA ANDA.

Untuk membuktikan bahwa gue udah laporan, maka gue kasih screenshoot laporan gue ke bagian pembinaan via LINE ke si tante ini.

Eh, bukannya minta maaf karena udah nuduh dan ngomel tanpa alasan jelas, 
atau paling nggak basa-basi apa kek, si tante masih nggak mau disalahin dan malah ngomel-ngomel nggak karuan.



Ujung-ujungnya suami dia alias bapa presdir nelpon bos Jepang gue dan ngomel-ngomel di telepon.
Karena bos Jepang gue males berdebat *dan pastinya nggak bakalan menang debat sama dua suami-istri maha benar ini*, akhirnya bos Jepang gue ngalah dan meminta maaf.
*padahal bukan dia yang salah*

Begitu tahu bos Jepang gue memohon-mohon maaf padahal yang salah adalah pihak pusat sono, 
rasanya pengen



ke si nyonyah sotoy itu.

Ya ya ya.
Peraturan No.1 : Bos selalu benar.
Peraturan No.2 : Kalau dia/mereka salah, maka balik lagi ke peraturan No.1

LAGU LAMA.

Kapan sih dua orang itu berhenti nyalahin orang?!
Atau seengaknya bercermin bahwa KALIAN itu nggak selamanya SELALU BENAR.



Setelah puas ngomel dan sok-sokan ngasih wejangan *untuk menutupi kesalahan dan keguoblokan bawahannya yang nggak laporan sama dia*, duo serigala suami-istri ini bilang kalau ntar-ntar laporan LANGSUNG aja ke mereka.
Nggak usah melalui pembinaan atau departemen lain.

WOKEH.

Tapi,
sebelum itu,
izinkan hamba rakyat jelata
yang cuma upil dimata nyonya dan tuan ini bertanya,
satu hal saja.

Kalau gue langsung laporan ke tuan dan nyonya sebagai pemilik perusahaan,
TRUS APA FUNGSINYA DEPARTEMEN PEMBINAAN dan divisi lainnya?
TRUS APA FUNGSINYA STRUKTUR ORGANISASI?
*Eh, itu dua ya pertanyaanya*



Tapi, karena gue, bos Jepang, dan staff branch Jepang lainnya udah enek kalo harus berdebat sama mereka berdua, akhirnya kami memutuskan untuk diam seribu bahasa aja dan cuma bisa manut.

Bos yang salah, bukti pun ada, tapi malah nuduh yang nggak-nggak,
ujung-ujungnya orang tak bersalah yang harus minta maaf.


Gimana, wahai orang-orang maha benar sejagad raya?
Gimana rasanya menjadi orang yang selalu merasa benar?
Apa perlu saya kasih cermin supaya kalian sesekali ngaca gicuuu?

[Atau kalian malu ngeliat wajah sendiri?]




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...