[Interlude] : just one day

Jatuh cinta dalam sehari, lalu patah hati di hari yang sama, kemudian besoknya memutuskan untuk melupakan.
Ternyata bukan hanya di dalam drama atau film, di kehidupan nyata rasa seperti itu pun ada.

INI APAAN SIK?!
Baru opening udah kayak gini wooooi!
*maap, saya lagi gaje (biasanya juga gaje sih)....*

Saya mau curhat.
*curhat ya curhat aja, pake bilang segala*

Jadi ceritanya beberapa waktu lalu *nggak usah disebutin lah kapan tepatnya, biar nggak ketauan...haha* aku ketemu seorang klien.
Kerjaanku yang sekarang menuntut untuk sering ketemu orang baru, baik itu orang Jepang, Indonesia, bahkan kadang ketemu orang China, Philipine bahkan Vietnam.

Nah, si klien ini kebetulan orang Jepang.
Sebelum-sebelumnya, kami cuma komunikasi soal kerjaan by email dan telepon. Aku pernah ketemu ayah sama adik laki-lakinya *ceritanya perusahaan dia itu perusahaan keluarga gitu*
Dari komunikasi by email dan telepon, dia....errr kukasih nama panggilan siapa ya....Hiroshi aja deh, keliatan banget kalo dia ini tipikal orang Jepang tulen yang sopan, tutur bahasanya halus malah cenderung kaku, dan pekerja keras.
Dari cerita banyak orang, si Abang ini (karena dia dan adiknya selalu wara-wiri jadi klien kita, jadi sering dipanggil Abang) lulusan universitas terkenal tempat para pengusaha kuliah di sana, berdedikasi tinggi, pinter, pokoknya salah satu Elite Class lah ya.

Nah, karena selama ini aku seringnya ketemu sama adiknya, jadi aku ngebayangin si abangnya ini yaa nggak beda jauh lah sama sang adik dari segi penampilan dan karakter (sifat).
FYI, adiknya punya perawakan badan tinggi besar kayak atlet Judo atau Baseball, usia 33 tahun (abangnya cuma beda setahun alias 34 tahun), dengan wajah biasa aja tipikal orang Jepang pada umumnya.

Karakter adiknya ini supel, ramah, seneng becanda, enak diajak ngobrol, bisa baca situasi, tapi tetep serius kerja dan asik diajak kerjasama dalam hal kerjaan.
Dengan mengenal adiknya, aku jadi ngebayangin sosok abangnya donk.
Yaaa, perawakan paling nggak jauh beda, tapi mungkin si Abang ini lebih terlihat serius kayak pegawai kantoran Jepang yang kemana-mana selalu pake suite berdasi, bawa-bawa tas laptop, sepatu hitam mengkilap, dengan rambut warna hitam kelimis disisir ke belakang.

Well, tipikal Salaryman-nya bapak-bapak muda Jepang lah ya.
Tipikal bapak-bapak membosankan, serius dan kaku. Haha. *dikepret*

Then, suatu hari aku berkesempatan ketemu langsung sama si Abang ini karena ada kerjaan yang mengharuskan kita dinas luar bareng. Karena image yang kubuat seenaknya dari awal udah bikin mindset soal si Abang Hiroshi ini melekat di kepala, jadinya image ku ketika akan ketemu dia yaaa bakal ketemu bapa-bapa Salaryman yang kaku dan serius.

Suatu pagi, kita janjian di Haneda Airport menuju tempat dinas.
Begitu nyampe tempat janjian, rupanya dia lagi ke minimarket buat beli makanan. Sambil nunggu, aku pun duduk-duduk di sekitar gate tempat kita bakal naik pesawat.
Tiba-tiba dari samping, ada yang nyapa, "Hai, Izumi-san ya?"

Begitu aku menoleh ke asal suara,
JENG! JENG! JEEEENG!
Yang ada di sampingku bukanlah bapa-bapa Salaryman serius dan kaku yang selama ini kubayangkan, tapi COWOK KEREN!!!!
*PINGSAN*
*MIMISAN*
*Lap iler juga tuuuuh*

Tinggi sekitar 178cm, perawakan sedang nggak kurus nggak gemuk juga (padahal adiknya badannya gede kayak pemain Judo), wajah putih mulus tipikal cowok Jepang tapi matanya nggak sipit-sipit amat.
Rambut hitam lurus, potongan biasa tanpa warna atau highlight.
Hari itu dia nggak pakai suite berdasi seperti yang kubayangkan, tapi style ala-ala mahasiswa dengan kemeja putih plus sweater hitam di luarnya.
Celana katun abu-abu dengan sepatu kerja biasa.

Dan dia GANTENG, bok!
*mimisan lagi*
Senyumnya maniiiis, ramah dan supel banget.
*muntah pelangi*

Image bapa-bapa Salaryman yang membosankan dan kaku langsung hilang seketika ketika ngeliat cowok berusia 34 tahun di depan mataku, tapi dengan style dan wajah kayak mahasiswa usia 28-an *mahasiswa S2 maksudnya, kalo S1 mah udah bangkotan ya umur segitu...haha*

Setelah memperkenalkan diri, tukeran kartu nama, dan mengingat-ingat lagi kalo selama ini kita cuma komunikasi by phone dan e-mail, kami pun langsung menuju gate pesawat.

Ya Allah, dinas luar kali ini pasti bakalan menyenangkan.
Nikmat mana lagi yang kau dustakan.
Hahaa.

Selama beberapa saat ngeliatin dia dan gerak-geriknya, kok rasanya kayak mirip siapaaaaa gitu.
Kok kayaknya aku pernah ketemu sama orang yang sikap, gerak-gerik, dan cara bicara bahkan wajahnya hampir mirip sama si Abang Hiroshi ini.
Lamaaaa, aku pikirin siapa orangnya, dan begitu keingetan ternyata si Abang Hiroshi ini mirip sama Akang yang satu ini

Begitu keingetan kalau dua mahluk ini mirip, aku nggak bisa berhenti senyum-senyum donk.
Habis gelap terbitlah terang.
Habis Akang Doi pergi, datanglah Abang Hiroshi :D
Ya ampyuuun, di negara yang sama ada orang yang semirip ini ya *cuman Abang Hiroshi lebih muda cencunyaa*, dan dua-duanya pernah kerja bareng aku.
DUNIA MEMANG SEMPIT.

Malah pernah terbersit, jangan-jangan mereka berdua sodaraan....
Tapi nama keluarganya beda sih, jadi ya nggak mungkin lah ya.

Oke lanjut.

Selama dua hari kami kerja bareng.
Dari situ aku bisa paham kenapa orang-orang yang cerita soal Hiroshi ini pada bilang kalo dia itu Elite Class.
Cara bicara yang kalem, mindset yang open dan nggak egois, cara memperlakukan dan menghargai orang yang bikin aku meleleh, bahkan meskipun dia lulusan universitas elit, pernah kerja di luar negeri, otak encer, tapi nggak memandang rendah orang, tetep respect dan menghargai.

Cowok kayak begini nih yang semakin langka.
*buru-buru diangkut buat di museum-kan*

Tapi,
biasanya cowok high qualified udah ada yang punya.
Itu tebakanku sejak awal ketemu dia.
Jawabannya?
Ntar di akhir postingan ya. Penasaran kaaan? *KAGAK TUH*

Setelah kerjaan selama seharian itu beres, kami pun pulang ke hotel.
Hotel tempat nginepnya sama, tapi kamarnya beda donk!
*yaeyalaah*
*SITU MIKIR APA SIK?!*

Begitu tiba di hotel dan check in, tiba-tiba si Abang Hiroshi bergumam sendiri
*dih, cakep-cakep suka ngomong sendiri* #dikeplak
"Eh, tau nggak. Di daerah sini terkenal banget sama tempat wisata ini lho *ngasih lihat info wisata di hapenya*. Udah lama aku pengen ke sini...."

Karena dia pada awalnya ngomong sendiri, jadi kupikir dia pengen pergi sendiri juga ke tempat wisata itu *ya iyalaaah, siapa juga yang mau ngajak elu!* #GR!
"Masih jam 5 sore, masih banyak waktu nih. Jarang-jarang kerjaan cepet selesai kayak gini, dan mumpung disini juga sih." katanya sambil tersenyum.

"Ya udah, mumpung disini kan?" jawabku.

Lalu dia pun pergi menuju lobi hotel dengan aku mengekor di belakangnya. Sambil check in, dia tanya-tanya ke staff hotel cara pergi ke tempat wisata yang ingin dia kunjungi.

"Siip. Cuacanya juga nggak jelek-jelek amat, jadi bisa pergi ke sana nih." dia terlihat puas.
"Yuk, simpen barang-barang dulu di kamar, udah gitu kita kumpul lagi di lobi, terus langsung ke tempat wisata itu ya."

EH?!
BENTAR-BENTAR.
NGANA BILANG APA BARUSAN?
KITA?!
KITAAAAA?!
KITA PERGI BERDUA MAKSUDNYA?
BERDUAAAA AJAAA?
AKU DIAJAK JUGA, BANG?!
KENCAN GITU?!!!

*PINGSAN*

Seperti yang dia minta, setelah lempar tas dan barang bawaan, aku pun langsung cabut ngibrit menuju lobi hotel sambil senyum-senyum menyambut Abang Hiroshi yang udah nunggu di sana.

Tempat wisatanya baguuus, meski banyak orang *yaelah, namanya juga tempat wisata pasti rame lah, kalo pengen sepi ke kuburan aja, Neng*
Sepanjang perjalanan kita ngobrol banyak hal, mulai dari kehidupan sehari-hari, kerjaan bahkan sampai anime dan film.
Udah lama nggak ngobrol sama cowok ramah dan supel kayak gini.
Akhir-akhir ini kebanyakan cowok yang gue temuin pada baperan dan egois mulu #ehcurcol

Setelah puas jalan-jalan di tempat wisata, kami pun pergi makan.
Kebetulan klien kita yang lain ngundang makan malam di sebuah resto jepang di pinggiran kota.
Begitu tiba di restoran yang dituju, dua klien kami yang lain sudah tiba di sana.
"Habis dari mana?" kata salah satu klien.
"Habis kencan dulu kita berdua." katanya sambil bercanda.

Nggak sambil bercanda juga nggak apa-apa, Bang.
#NGAREP

Seperti kebanyakan orang Jepang pada umumnya, acara makan malam bareng teman, klien, atasan atau kenalan sehabis pulang kerja adalah timing yang nggak disia-siakan untuk minum alias mabok.
si Abang Hiroshi ngejelasin kenapa orang Jepang suka banget minum-minum, dan minta maaf dengan sopannya soal kebiasaan mereka ini.

"Maklumin aja ya, kita-kita orang Jepang."
Iye iye, udah biasa ane mah.
Jangankan orang Jepang, kamuh aja gue maklumin kok, Bang #APASIH

Balik ke pertanyaan awal,
biasanya cowok high qualified pasti udah ada yang punya.
Sebetulnya untuk tahu apakah cowok Jepang ini udah married atau belum, gampang-gampang susah sih.
Gampangnya adalah tinggal lihat jari manis tangan kirinya. Kalau ada cincinya, berarti dia PASTI udah nikah.
Susahnya adalah kadang ada juga cowok Jepang yang nggak suka pakai cincin kawinnya dengan alasan berbeda-beda. Ada yang beralasan takut hilang, nggak biasa alias kagok, ada juga yang bilang supaya nggak ketahuan udah nikah #NGOK

Nah, si Abang Hiroshi ini dari awal ketemu nggak kulihat pake cincin di jari manis kirinya donk. Jadi, boleh lah ya gue berharap #APALAH
Ditambah lagi, selama dia ngobrol dengan orang-orang, nggak pernah disinggung sedikitpun dia punya istri atau anak.
Kan suka ada tuh, sesama bapa-bapa muda ngobrolin keluarganya, trus dia nimbrung sambil bilang "iya, istri gue juga....atau anak gue sih kayak gini...endeswey endesbrey."

Tapi, dia SAMA SEKALI nggak bicara soal itu.

Malam pun semakin larut, dua bapa-bapa di depanku makin menambah bir dan sakenya, apalagi cowok di sebelah ane yang justru paling banyak nambah bir dan sake, tapi anehnya dia nggak mabok dan tetep sadar sambil ngobrol banyak hal.
Begitu bir gelas keenam dan sake sloki keempat habis ditenggak si Abang, dua bapa-bapa klien di depan kebetulan lagi ngomongin soal Family Gathering di kantornya.

Hiroshi-san sambil menahan kantuk *entah nahan mabok*, nyeletuk "Istri sama anak gue juga gitu lho....."

出たぁぁぁ!!!!!!
KELUAR JUGA TUH KATA-KATA YANG NGGAK PENGEN KUDENGER.
*NANGIS DARAH*

Tuh kan, tuh kan
Cowok high qualified emang SELALU udah ada yang booking, eh yang punya.

Dan di detik yang sama, hatiku pun luruh runtuh hancur berkeping-keping.
Ya udah lah ya, mungkin kamu memang bukan untukku, Bang.
*lap ingus*

Seperti prolog di atas,
jatuh cinta dan patah hati di hari yang sama itu NGENES!
Cuma satu yang bisa kukatakan buatmu,

KUTUNGGU DUDAMU, Bang.
*dijambak istrinya*

Haha, nggak lah.
Udah jadi prinsipku sejak dulu, aku nggak tertarik sama laki orang.
Jangankan udah married, yang masih pacaran juga nggak minat kalo dia udah ada yang punya.
Saya percaya karma,
Rejeki dan jodoh itu udah diatur masing-masing, jadi nggak usah rebutan lah,
palingan rebutan idola sama bias aja...muahahaha.

Well,
meski aku nggak akan berharap lagi sama dia,
tapi setidaknya punya rekan kerja sekaligus klien yang asik dan enak diajak ngobrol kan nggak jelek-jelek amat.
Lumayan lah refreshing daripada mikirin Bos yang yaaa you know lah :D




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...