10 Hal yang Bisa Ditemukan di Osaka

13-Mar-16

Last day eksplore Jepang [nangis...nggak mau pulaaang], cukup dihabiskan di tempat yang deket-deket aja, yaitu Osaka.
Karena kaki udah diambang batas dan gempor tingkat khayangan, plus temenku Uul pun nampaknya udah semaput, jadi kita explore yang deket-deket apartement Uul aja.

Osaka adalah kota besar yang rekomended banget untuk dikunjungi setelah Tokyo. Meski jarak dari Osaka ke Tokyo hampir kayak Jakarta - Surabaya, tapi wajib fardu'ain lah kudu pergi ke Osaka.
Apa sih yang bikin Osaka istimewa dan apa aja yang bisa dilakukan selama di sana?

Check it out!

1. Surga makanan enak

Kalo kalian merasa makanan Jepang hambar dan nggak sesuai di lidah Indonesia yang biasa pakai beragam bumbu, nampaknya kalian kudu coba ke Osaka untuk menyantap beberapa makanan khas disana.
Berbeda dengan kuliner sekitar Tokyo, Osaka lebih kaya rasa dan bumbunya pun mantabh! Pendapat pribadi saya sih, rasa makanan di Osaka lebih bisa diterima oleh lidah orang Indonesia, dan pastinya ENAAAK pake bangedh!


Begitu keluar dari apartement Uul, kita ngesot 5 menit dan langsung tiba di sebuah taman kota yang asri banget. Begitu memasuki taman, mataku langsung tertuju dengan kedai-kedai makanan yang berjejer rapih *lap iler*



 [Sejenis kue pukis (kalo di Indonesia) berbentuk Doraemon yang masih angeeeett, cocok dimakan dalam cuaca Osaka yang dingin. Harganya bervariasi mulai dari satu kantung 300, 500 dan 1000 Yen.]





 [Stick daging kepiting yang guedeee dan enaaak pake bangedh! Mungkin kalo di Indonesia sejenis otak-otak. Dengan harga 600 Yen, worth it banget lah!]




[Soft cream rasa ogura. 
Sayangnya masih kalah maknyoss sama matcha soft cream waktu di Kyoto]





[Takoyaki terenak yang pernah aku makan! Isi sebanyak ini cuma 300 Yen pulak!]





 [Pizza-nya tipis, tapi kenyang bangedh!]





[Nasi dengan aroma curry plus daging kambing, dan makin mantabh ditambah telur setengah mateng.]



2.  Osaka Castle

Area Osaka Castle ini luaaaas banget dan terdiri dari berbagai macam area. Mulai dari taman, kolam, Main Castle, parit yang mengelilingi Castle, tempat khusus jualan makanan, hingga toko oleh-oleh. 

Memasuki area luar Castle (taman dan sekitarnya) tidak dipungut biaya apapun, tapi untuk masuk ke Castle-nya sendiri harus membayar tiket masuk.
Di depan castle-nya sendiri kita langsung disuguhi berbagai macam oleh-oleh khas Osaka yang bikin nggak berhenti istigfar, karena pengen ngeborong aja bawaannya.

Banyak aktivitas yang dilakukan penduduk sekitar di area Castle dan taman. Seperti ngajak jalan-jalan hewan peliharaan, jogging, jajan-jajan chantieq, modus sama gebetan, atau sekedar galau di pinggir sungai.


[Taman dan kolam di sekitar Osaka Castle yang bersiiiih dan asri banget]






[Ini baru sebagian dari Osaka Castle, kebayang segimana luasnya?





[Lapor! Benteng sudah kami kuasai, Yang Mulia! 
*iyaaa Benteng Takeshi kaleee!*]



3.  Anjing-anjing lutuu



[Karena kebetulan hari libur, banyak yang ngajak pet-nya jalan-jalan chantieq di sekitar taman]




4.  Bocah-bocah SMA yang sedang latihan



[Nggak cuma para siswa-nya, bahkan bapa pelatihnya pun ikutan. 
Ikutan ngasih aba-aba di pinggir, maksudnya]




5.  Taman Ume



[Karena masih bulan Maret, hanya pohon ume yang bunganya udah mekar.
Sakuranya masih ogah-ogahan nongol.]




6.  Tukang sulap


Ketika perjalanan pulang dari Osaka Castle, kebetulan 'dicegat' sama tukang sulap jalanan. Meskipun namanya sulap jalanan, tapi performance-nya asli keren banget! Bener-bener menghibur!



7.  Tempat makan unik

Ketika di Osaka, ada dua tempat makan yang kami kunjungi.
Yang pertama berlokasi di Ebisu (sekitar Shinsekai), yaitu warung takoyaki.
Tempatnya berupa rumah penduduk di pinggiran kota yang diubah sebagian menjadi sejenis cafe kecil untuk sekadar minum kopi dan jendela kecil tempat membeli takoyaki.




Tempatnya memang nggak terlalu besar dan tidak semewah restoran di pusat kota.
Tapi, atmosfernya mengingatkan kita dengan rumah nenek yang adem dan tenang. Ibu pemilik kedai pun baiiik dan ramah banget.

Meski baru pertama kali bertemu dan kami waktu itu hanya memesan takoyaki seharga 300 Yen, Ibu pemilik kedai dengan ramahnya ngajak ngobrol. Apalagi ketika dia ngelihat aku bawa-bawa dompet kecil berbentuk kucing hitam, si Ibu langsung bercerita kalau dia juga punya kucing hitam yang lutuuu dan gendut di dalam rumah.


Selain kedai takoyaki, dua bolang ini pun menyempatkan mampir ke Kaitenzushi.
Itu looh sushi yang mejanya bisa muter, jadinya kita tinggal nunggu sushi yang kita pengen datang dengan sendirinya ke hadapan kita.

Restoran sushi yang saya lupa namanya ini (ditoyor pemilik restoran) nggak cuma menyediakan sushi, tapi ada ramen, udon, steak hingga karaage (ayam goreng tepung).
Kalau kita pesan makanan selain sushi, akan dianter pake alat khusus yang menyerupai kereta Shinkansen. Kereta-keretaan itu akan melaju dari bagian dapur tepat menuju meja si pemesan. Jadi, nggak bakalan salah, pasti nyampe di meja kita.
Kita pun nggak usah ngomel sama waitress yang lama nganterin makanan, karena kereta Shinkansen bakal nganterin langsung ke meja.
Unik banget!!

Dan yang paling istimewa adalah tiap piring sushi harganya 100 yen flat!
Waoooww, cocok nih buat kantong yang makin tipis, apalagi hari terakhir liburan.
Haha.






[sushi similikiti langsung menghampiri meja dan muteeer terus, kita tinggal ambil sushi mana yang mau dimakan]



8.  Shinsekai

Shinsekai ini mungkin ibaratnya kota pinggiran yang masih tradisional. Terbukti dengan banyaknya pertokoan yang bernuansa jaman doeloe dan suasana kotanya pun nggak terlalu ramai seperti pusat kota.

Di Shinsekai banyak ditemui toko-toko unik, mulai dari toko barang-barang second dengan harga miring, toko daging murah, toko sepatu atau baju murah, sampai toko yang menjual pernak-pernik bali dan kopi asli Indonesia!



 [mejeng di Tsutenkaku, icon Shinsekai]





[Suasana pertokoan tradisional di Shinsekai.
Banyak yang tutup, entah memang udah nggak jualan atau pemiliknya sedang lelah sehingga butuh piknik^^
]



9.  Dotonbori

Dotonbori adalah pusat keramaian dan tempat gahol buat nongkrong di Osaka. Mungkin kalo di Tokyo ibaratnya kayak Shibuya atau Harajuku.
Pokonya belom sahih deh kalo ke Osaka tapi belum ke Dotonbori.
Belom gahol deh kalo belom belenjong di Dotonbori.

Dotonbori sendiri cakupannya cukup luas dan buaaaanyak tempat maupun area belenjong yang bisa kita temukan di sana.



[Icon Dotonbori yang terkenal : patung kepiting guedeeeee.
Btw, saya nggak kenal sama bapa di sebelah yang ikut-ikutan foto! Sumveh!]





[Jangan ngaku pernah ke Osaka kalo belum foto bareng Glico Man! Hohooo]





[Salah satu spot di salah satu dinding pertokoan di Dotonbori ini bisa jadi ajang narsis, karena wajah kita bisa nongol di TV yang ada di atas toko]





 [sungai di area Dotonbori yang menambah suasana lebih caem. Ehem!]





[Padahal masih jam 6 sore, tapi udah penuuuhhhh banget, dan sebagian besar anak muda yang menuh-menuhin sekitar Dotonbori]





[kebetulan ada stasiun TV yang lagi meliput Dotonbori. Sekalian narsis seorang anak muda pun menunjukkan kebolehnnya jugling bola sepak]





[Eeeeehh, ada Nino di Dotonbori!!!!]



10.  Shinsaibashi

Shinsaibashi adalah sebuah area pertokoan yang selalu penuuuuuhhh dikunjungi, terutama anak-anak muda dan gahol kayak ane (ditoyor).
Uul bilang, mau hari biasa, mau hari libur, mau hari galau, Shinsaibashi ini nggak bakalan pernah kosong!

Di Shinsaibashi, kita bakal menemukan banyak toko terkenal, mulai dari yang branded sekelas Gucci, Forever 21, H&M, Starbucks, local shop seperti Daiso, ABC Mart, Sezaria, sampai kedai makan dan banyak lagi.
Harganya pun bervariasi, mulai dari yang serba 100 yen sampai harga yang bikin mikir ini-bayarnya-pake-daun-atau-kudu-jual-ginjal-dulu.

Shinsaibashi mulai menampakkan puncak keramaian sekitar jam 5 sore sampai jam 10 malam.
Begitu lewat jam 10 malam, Shinsaibashi yang tadinya buat napas aja sesak dan susah, tiba-tiba akan menjadi kosong melompong bagaikan kuburan.

Nggak percaya?
Nih, lihat perbedaan foto di bawah yang diambil ketika baru nyampe Shinsaibashi di sore hari dengan ketika mau pulang sekitar jam 11 malam.


 [sore hari]




[menjelang tengah malam]




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...