[Travelling] : Higaeri Bus Tour

Higaeri dalam terjemahan bebas artinya one day, jadi Higaeri Bus Tour adalah sebuah tour mengelilingi beberapa tempat menggunakan Bus dalam 1 hari saja alias nggak pake acara nginep.

Ketika November lalu ke Jepang, aku dan dua orang temanku, Yogi dan Budi [nama panjangnya Ini Bapa Budi *ditoyor*] punya satu hari free time di hari Sabtu.
Sebelum berangkat ke Jepang, aku dan dua bocah itu berembuk dulu menentukan destinasi kami saat free time di Jepang nanti.

Yogi sebagai cowok tulen [masa sih, cyiinn...] request pengen ke tempat-tempat yang alami dan fresh kayak gunung, laut, bukit, dsb. Emang namanya cowok ya, emoh lah dia diajak wisata ke pusat perbelanjaan atau ngemoll.
Sedangkan Budi yang kalem, manut aja dibawa kemanapun.

Ketika melihat schedule dan itine kami selama di Jepang, kebanyakan lokasi yang dituju adalah sekitaran Tokyo, Saitama dan Chiba. Awalnya aku merekomendasikan untuk pergi ke Fujikyuu yang terkenal dengan jet coaster-nya yang bikin nyawa berasa dilempar-lempar [katanya sih, toh aku belum pernah ke sana^^].
Tapi, mengingat kami hanya akan pergi bertiga tanpa guide orang Jepang asli, dengan waktu hanya 1 hari ditambah kekhawatiran penyakit lamaku kambuh [baca : nyasar], maka kami putuskan untuk menggunakan Bus Tour.

Aku pernah nonton di salah satu TV Show Jepang, kalau Bus Tour di Jepang ini amat sangat memanjakan peserta tour-nya. Dengan berbekal rasa penasaran itulah, pencarian Bus Tour pun dimulai.
Rupanya layanan Bus Tour di Jepang sangat banyak, dan kami memilih salah satu travel agent yang dirasa sudah punya nama dan terkenal di Jepang sana, yaitu Travex.
Destinasi yang kami pilih adalah Yamanashi Perfecture dan Fuji Mountain alias Fujisan dengan biaya 8,400 Yen untuk satu peserta dewasa.
Cara registrasinya amat sangat simple, kita hanya perlu berkunjung ke website mereka, memasukkan beberapa data yang diminta, memilih paket tour dan destinasi.

Sedikit saran, saat registrasi kita akan diminta alamat dan nomor telepon domisili Jepang. Untuk mengakali, aku minjem alamat dan telepon temenku yang lagi tinggal di Jepang. Ini penting, karena aku pernah memasukkan nomor telepon asal-asalan dan berpikir itu cuma formalitas. Akibatnya, registrasi nggak bisa, malahan dapet e-mail notif kalo "nomor telepon yang anda masukkan tidak dapat dihubungi."

Set dah! Beneran dihubungi satu-satu itu nomor telepon? Ckckck ketat juga ya :)

Setelah registrasi berhasil, kita diharuskan membayar sejumlah biaya yang telah ditentukan. Pembayaran harus dilakukan maksimal 2 hari setelah registrasi, kalau tidak pemesanan tour akan di cancel otomatis. Pembayaran bisa dilakukan dengan menggunakan kartu kredit atau bayar di minimarket Jepang. Catet ya, minimarket Jepang, bukan di Indomaret, Alfa apalagi warteg.
Di minimarket Jepang nanti, ada sebuah mesin khusus seperti ATM yang bisa dipakai untuk membayar berbeagai macam tagihan dan payment. Kita tinggal pijit-pijit tombol sesuai petunjuk, lalu nanti akan keluar struk sesuai jumlah pembayaran.
Kasih struk itu ke kasir, lalu bayar dan beres deh!

FYI, waktu registrasi aku gunakan website dalam bahasa Jepang, begitu pula saat bayar di mesin minimarket. Waktu itu lupa nggak ngecek apakah ada versi English-nya atau nggak^^

Daan, hari yang ditunggu pun tiba.
Sesuai petunjuk dari Tour Agent, meeting point hari itu berada di Shinjuku Center Building, sekitar 5 menit jalan kaki dari Shinjuku Station - Tokyo.
Dari hotel tempat kami menginap saat itu, yaitu Shinkoiwa, ketiga bolang naik kereta menuju Shinjuku. Sampai di Shinjuku Station, penyakitku kambuh lagi, NYASAR.
Padahal tempat meeting point ada di depan mata, tapi malah puter-puter gaje. Untunglah, kita pergi lebih pagi dari jadwal, jadi meski nyasar masih banyak waktu tersisa hingga waktu keberangkatan.

[Shinjuku Center Building yang akhirnya bisa ditemukan susah payah]


Setelah menemukan Shinjuku Center Building yang dicari, ketiga bolang segera cari posisi pewe untuk menunggu Tour Leader datang. Rupanya kami kepagian, sehingga sekitaran meeting point masih sepi.
Sambil menunggu, aku pergi ke minimarket terdekat buat beli cemilan untuk di perjalanan nanti.

Saat itu waktu masih menunjukkan sekitar jam 07:30, sedangkan waktu kumpul yaitu 08:15 dan bus akan berangkat jam 08:30.
Ketika ngeliat ada Tour Guide lengkap dengan bendera dan map yang dibawa-bawa dengan logo Travex [ciri khas Tour Guide Jepang kayak gini], aku segera menghampiri mas-mas guide dan bilang mau registrasi ulang. Ketika menyebutkan namaku, si mas guide langsung ngecek daftar nama para peserta tour.

Sekali, namaku tidak ada dalam daftar.
Mas-mas guide menanyakan kembali namaku, takut kalau-kalau dia salah dengar.
Dua kali, namaku masih tidak ada dalam daftar.
Tiga kali, masih juga belum ada.
Aku pun memberi struk tanda bukti bahwa udah bayar biaya tour ke si mas guide-nya, biar nggak disangka tipu-tipu.
Maaakkkk! Jangan-jangan ada kesalahan teknis, sehingga namaku nggak muncul! Gimana donk, udah jauh-jauh ke Shinjuku, udah excited banget bakal ke Fujisan, mana dua bocah disana lagi menunggu dengan nggak sabar pengen cepet-cepet pergi ngetrip, mana aku nggak nyiapin rencana cadangan.
Lemes, gue! Lemes!

Melihat aku yang kesulitan plus wajah yang minta dikasihani, mas-mas guide yang baik hati akhirnya menyarankan untuk ngikut tour lainnya. Kebetulan di hari itu ada tour lain yang kursinya masih kosong dengan harga yang hampir sama dengan tour yang aku ikuti.

Ketika menjelaskan tour schedule, si mas-mas guide menjelaskan kalau bis yang akan pergi sekarang, yang namaku nggak terdaftar itu akan pergi ke beberapa tempat seperti onsen [pemandian air panas].
Eeeh, bentar! Bentar! Perasaan aku daftar tour ke gunung, bukan ke pemandian.
Lagian cuaca musim gugur menuju musim dingin begini, sapa juga yang mau mandi di ruangan terbuka?
Aku jelaskan kalo tour yang aku ikuti adalah menuju Yamanashi dan Fujisan.
Setelah cek dan cek entah untuk yang keberapa kalinya....
Owalaaahhh, rupanya si mas-mas itu salah ngira aku bakal ikut tour yang jam 08:15, padahal tour-ku adalah jam 08:30. Makanya nama ane kagak ada di daftar.

Rupanya pagi itu ada dua tour dengan tujuan berbeda dan dengan selang waktu keberangkatan beda 15 menit. Karena aku datang kepagian, mas guide-nya menyangka aku ikutan tour yang ke onsen.
Ketika dicek kembali, alhamdulillah namaku tercantum di daftar tour Fujisan.
*potong tumpeng*

[peserta tour yang lain yang sama-sama lagi nunggu.
Sayang, kagak ada yang ketjeh *ditoyor*]


Tepat jam 08:30 bus berangkat.
Beneran 08:30 looh! Nggak ada lebih atau kurang 1 menit pun! Keren nggak, tuh!?
Tujuan pertama kami langsung menuju Fujisan, dan perjalanan akan memakan waktu sekitar 50 menit.
Bis yang kami tumpangi ketjeh banget! Bersih, adem, tenang, pokonya betah deh!
Sopir bis-nya pun sopan dan nggak grusuk-grusuk. Haluuusss banget nyetirnya.
Di dalam bis ada guide yang selalu memberikan kita beragam informasi, seperti berapa lama waktu perjalanan, berhenti di rest area mana, berapa menit waktu berhenti di rest area, berapa lama waktu singgah di spot-spot yang akan dikunjungi, sampai jualan souvenir tour mulai dari cinderamata sampe makanan khas Yamanashi.

[pemandangan sepanjang perjalanan menuju Fujisan]


Setelah berhenti satu kali di rest area, kami tiba di Fujisan 5th Station sekitar jam 09:20.
Sang guide ngasih tau kalo waktu yang diberikan adalah 40 menit selama di Fujisan. Jadi, kita harus on time dan kembali ke bus sesuai waktu yang diminta.
FYI, meski disebut Fujisan, kami tentunya nggak pergi sampai puncak tapi hanya sampai 5th Station, yaitu area paling atas yang masih bisa dilalui kendaraan. Karena untuk mencapai puncaknya, nggak bisa pakai bis, kudu ngesot....eh, mendaki maksudnya.

[Fujisan 5th Station arrived! 
Background foto adalah toko-toko yang menjual souvenir dan oleh-oleh khas Fujisan]


Padahal masih bulan November, tapi suhu di Fujisan sudah mencapai 3 derajadh! Jari dan hidungku beku dan sakiit banget! Maklum, mahluk tropis diajak ke tempat bersalju ya begini jadinya.
Setelah turun dari bis, kami disambut penduduk lokal yang langsung membagikan sebuah kupon. Kupon itu bisa dituker di salah satu toko souvenir dengan sebuah lonceng kecil yang katanya adalah jimat pelindung selama di Fujisan.
Percaya nggak percaya, kalau ke Fujisan kita harus memegang jimat itu supaya selamat.
Amin.

Pemberian jimat berkedok promosi toko souvenir sukses membuat ketiga bolang ini kalap belanja. Apalagi di dalem toko yang hangat, bikin kita betah lama-lama.
Aku sendiri cuma beli sticker safety drive berlogo Fujisan buat ditempel di motor seharga 700 Yen/70ribu [mihiiil, bok!]. Tadinya pengen beli tumbler yang imut-imut berlogo Fujisan, tapi langsung enek begitu ngeliat harganya di kisaran 2500 Yen/250 ribu.

Yogi sendiri malah berburu jam tangan, sampe ngeborong 4 biji! Buat oleh-oleh katanya.
Apalagi harganya yang cuma di kisaran 1500~2000 Yen. Jam tangan buatan Jepang kan terkenal bagus dan ketjeh! Plus selembar poster bergambar Fujisan.
Budi sih adem aja, cuma seneng liat-liat isi toko yang unik.
Anak baik :)

Setelah kalap belanja, waktunya menikmati pemandangan Fujisan!
Sayangnya, karena berkabut, puncak Fujisan nggak keliatan.
Menurut cerita penduduk lokal, kalau cuaca cerah puncak Fujisan yang bersalju itu bisa dilihat langsung dari situ. Hmmm, mungkin belom rejeki.

[Area sekitar Fujisan yang sepi dan dingiiinnn



[Dengan kabut setebal ini kebayang kan dinginnya kayak gimana^^



[bersih bangeeet ya!



[dua bocah yang sama-sama kedinginan dan sedang mencari kehangatan #eh



[padahal kalo cerah, bisa ngeliat pemandangan dari sini....]


Puas menikmati pemandangan Fujisan lengkap dengan angin dinginnya yang bikin menggigil, ketiga bolang pun memutuskan kembali ke dalam bis yang hangat.
Lagi-lagi, tepat 40 menit kami berada di Fujisan, bis pun melaju kembali menuju spot berikutnya!
Gilee!!! Tepat waktu banget! Nggak ada yang ngaret, masih di toilet, masih jajan, masih poto-poto chantieq, masih kalap belanja, apalagi ketinggalan bis.
Semua peserta tour mematuhi waktu yang ditentukan dan bis pun pergi on time!

Karena hari semakin siang, spot berikutnya adalah makan siang di sebuah restoran bergaya Eropa bernama Heidi's Garden.
Bangunannya ketjeh banget, pemandangannya ciamik plus danau tenang nan bersih di pinggirnya.
Menu makan siang hari itu adalah menu buffet dengan sajian khas Yamanashi Perfecture.
Ketika mau beranjak mengantri, sang guide tiba-tiba nyamperin dan bilang, "Seperti yang anda informasikan saat registrasi kemarin, semua makanan di sini no pork, jadi selamat menikmati."

[welcome to Heidi's Garden]


Owalaaahh, aku jadi keingetan ketika registrasi kemarin saat ngisi kolom komen, disitu aku menuliskan bahwa kita turis dari Indonesia beragama islam dan nggak makan babi. Padahal aku cuma ngasal komen, tapi responnya keren banget!
Padahal turis asing cuma kami bertiga dan sisanya adalah turis lokal Jepang yang notabene-nya sah-sah aja makan pork.
Tapi, saking pengennya memuaskan customer, sampe-sampe mereka pun memikirkan ketiga bolang yang jauh dari tanah airnya ini.
Terharu, deh.
*lap ingus*

Kenyang menikmati makan siang dan puas berfoto narsis, kami pun kembali ke area parkir bus. Sambil nunggu bus berangkat, aku berkeliling ke toko souvenir di sekitar situ dan mendapati ada yang jualan soft ice cream!
Udara dingin siang itu sama sekali nggak digubris dan aku melahap habis soft ice cream yang enyaaak banget. Sedangkan Yogi dan Budi cuma menggelengkan kepala dan menggigil waktu ditawarin ice cream :D

[bangunannya ketjeh!



[danau di sekitar Heidi's Garden]


Destinasi berikutnya adalah kunjungan ke pabrik kue Kikyoya.
Nampaknya Kikyoya ini masih sodaraan sama Heidy's Garden tempat kita makan siang tadi, soalnya begitu memasuki factory ada logo Heidy's.
Dari pintu masuk, kita dipandu menuju sebuah ruangan yang berisi Shingenmochi, kue mochi tradisional Jepang yang dimakan dengan toping sejenis gula merah di atasnya dan tepung beras.
Disitu kami boleh membawa Shingenmochi sepuasnya dengan syarat harus muat dalam satu kantong plastik.

Tanpa dikomando, ketiga bolang pun langsung menjejalkan Shingenmochi sebanyak-banyaknya buat dibawa pulang ke Indonesia.

[peserta tour yang lain juga nggak mau kalah, bungkuuuss yang banyak kakaaaks!]



[ini nih si Shingenmochi yang bikin kita kalap buat bungkus yang buanyaak]


Setelah puas memboyong satu kantong penuh Shingenmochi, kami pun diarahkan menuju area produksi Shingenmochi dan kue tradisional lainnya.
Dari atas factory, kami bisa langsung melihat proses pembuatan kue-kue imut di area produksi bawah. Begitu melewati lorong sepanjang factory, ada mba-mba yang menjual kue Sakuramochi yang baru aja mateng alias fresh from the oven.
Kapan lagi coba bisa menikmati kue Jepang yang masih anget dan fresh.
Tanpa ba bi bu, aku langsung memboyong dua buah Sakuramochi berwarna pink seharga 300 Yen.
Rasanya enyaaak dan masih anget pastinya :)

Keluar dari factory, kami disambut toko oleh-oleh dengan beragam kue tradisional Jepang yang diproduksi di factory.
Kalo beli souvenir mungkin masih bisa nahan diri dengan banyak-banyak istigfar, tapi kalo urusan makanan....ya owlooohhhh iler udah neter-netes banjir daah! Mana tahan ane! Boroooong semuaanyaa!
*seret keranjang belanjaan*

Puas ngeborong dan icip-icip kue, kami pun melanjutkan perjalanan menuju destinasi terakhir : Kebun Anggur!
Dari Factory menuju Kebun Anggur cukup ditempuh 10 menit saja, dan bener-bener nyampe dalam 10 menit! *tepoktangan*.

Kami digiring *Nidji kali ah...* menuju sebuah perkebunan anggur milik penduduk setempat. Tampak luar hanya terlihat rumah biasa dan toko yang menjual makanan, minuman serta souvenir bertemakan anggur, tidak tampak kebun anggur sedikitpun.

[bagian depan kebun anggur]



[Anggurnyaa, Ci! Murah, Ci! Kalo nggak pelcaya lu olang bisa laah tanya toko sebelah!!]


Memang sih, di atas rumah dan toko itu buanyaak pohon anggur yang merambat sekaligus sebagai peneduh sekitar rumah, tapi kebun anggurnya sebelah menong?

Rupanya acara petik anggur tidak dilakukan disitu.
Kami digiring lagi *Nidji kali, ah sudahlah.....* menuju bagian belakang rumah. Kami teruuuus berjalan hingga beberapa ratus meter ke belakang, melewati ladang dan kebun luas.
Tapi belum ada penampakan anggur sedikitpun, hanya ladang kosong dan kering.

[ladang kosong yang kami lihat sepanjang jalan]



[jalan teruuusss, buuu! kebun anggur menanti kita di ujung sana! cemunguudh!!!]


Setelah berjalan kira-kira 5 menit, akhirnya kami tiba di sebuah ladang penuh anggur.
Owalaahh, rupanya ladang anggur-nya ada di belakang banget dan buanyaaak anggur merah dan hijau yang ranum serta guedee seolah dadah-dadah ke kita minta dipetik.

[sejauh mata memandang, angguuuuur semua!



[gimana nggak ngiler, depan mata anggur guede-guede kayak gini!]


Sebelum para peserta tour dengan beringasnya memetik anggur yang ada di bawah kepala mereka [bahkan kita kudu nunduk-nunduk saking pendeknya pohon anggur itu], pemilik kebun anggur menjelaskan kalau setiap satu tangkup anggur yang dipetik, kudu dihabiskan saat itu juga, alias nggak boleh dibawa pulang.
Kalau sampai nyisa, kudu dibawa pulang dan dibayar dengan harga 1000 Yen/Kg.
Dan kalau merasa nggak sanggup ngabisin satu tangkup anggur dan nggak mau rugi bayar, di tengah-tengah kebun disediakan anggur-anggur yang udah dipetik dan bisa dimakan sepuasnya dengan beragam jenis.

[anggur-anggur yang disini boleh dimakan sepuasnya



[nggak cuma satu atau dua macam, tapi banyak jenis anggur yang bisa kita makan sepuasnya!]


Alaaahhh, enteng! Cuma anggur doank. Jangankan setangkup, 10 tangkup aja abis lah!
Itu yang dipikir Yogi waktu dia dengan pede-nya memetik satu tangkup anggur.

Lima menit kemudian, Yogi menghampiriku dengan wajah memelas, "Teh, bantuin abisin lah. Nggak kuat, euy. Satu tangkup aja buanyaak nya naujubilah gening! Rugi urang kalo kudu bayar mah."
Asem, lu Gi!
Makanya jangan songong!
Haha.

Akhirnya, dibantu Budi dan aku, kami bertiga dengan beringasnya melahap habis satu tangkup anggur.
Budi nyerah duluan karena dia ngerasa pusing alias mabok anggur.
Tapi berhubung aku dan Yogi nggak mau rugi bandar, rasa pusing yang menghinggapi kami pun tidak digubris dan melanjutkan makan anggur sampe kenyang bego.

[baru liat ada anggur panjang-panjang gini^^]


Setelah kekenyangan di kebun anggur, kami kembali ke bis untuk pulang.
Sepanjang jalan tol, lalu lintas malam itu padat merayap. Rupanya di Jepang pun sama aja toh kalo malam minggu, jalan tol ramee bok!
Tapi setidaknya nggak ada yang salip sini salip situ apalagi pake bahu jalan, semua tertib dan ngantri.
Kapan ya di Indonesia bisa begini....

Tepat jam 19:00 kami tiba di depan Shinjuku Center Building.
Di schedule memang tercantum kalo tour berakhir jam 19:00 dan tepat waktu!
Ebuseet! Nggak ada acara ngaret sedikitpun dan macet di weekend pun sesuai prediksi. Semua serba tepat waktu dan nggak ada waktu yang terbuang percuma.

Karena masih belum terlalu malam plus mumpung lagi di pusat kota Shinjuku, tadinya kepengen jelong-jelong dulu. Tapi melihat Budi yang udah kecapean gegara mabok anggur dan Yogi yang kepengen bobo maniez di hotel, akhirnya kita langsung menuju Shinkoiwa buat cari makan lalu kembali ke hotel.

Kepuasan yang sangat terasa selama aku mengikuti Bus Tour ini adalah ketepatan waktu dan pelayanan yang sepenuh hati.
Mulai dari meeting point, pengaturan schedule sampai prediksi waktu, semuanya tepat dan nggak ada yang terbuang percuma. Tidak hanya tour guide yang on time, tapi peserta tour yang lain pun disiplin dalam waktu dan nggak egois.
Nggak ada tuh yang seenaknya ngaret-ngaretin waktu karena dia masih pengen jelong-jelong atau foto selfie-nya kurang bagus jadinya kelamaan narsis, nggak ada yang egois nambah-nambah waktu dan nggak mau tau dengan peserta tour lain yang lagi nunggu, semua punya tanggung jawab, disiplin dan berprinsip : jangan sampai gara-gara gue ada orang yang kesusahan di luar sana.

Pelayanannya pun ramah banget, sampai-sampai mereka mikirin menu yang bisa disantap baik oleh orang Jepang lokal maupun oleh peserta asing yang punya beberapa makanan yang dilarang.
Nggak ada tuh guide atau tour leader yang nyolot atau nggak peduli saat ada peserta tour rempong nanya-nanya atau minta ini-itu. Semua dilayani dengan ramah dan nggak lupa senyum :)

Aku bukannya bermaksud mencibir atau membandingkan tour agent Indonesia dengan Jepang.
Tapi, setelah pengalamanku ke Pahawang beberapa minggu lalu, rasanya kok bedanya jauh banget ya.
Padahal biaya tour nggak jauh beda, palingan cuma beda 200rebuan aja, tapi rasanya nggak worth it aja ketika kemaren ke Pahawang.

Etapi, jangan salah gaes! Ada lho tour agent Indonesia yang asik dan gokil banget!
Contohnya waktu ke Pulau Tunda dulu. Seumur hidup menggunakan jasa tour agent, mungkin saat ke Pulau Tunda itulah yang masih jadi the best buatku.
Mungkin waktu ke Pulau Pahawang mah emang lagi sial aja kali ya...dapet tour agent kayak begitu. *pukpuk diri sendiri*

Well, setelah merasakan pengalaman Higaeri Bus Tour yang sangat memuaskan, semoga di lain kesempatan bisa nyicip lagi dengan destinasi yang berbeda.

Let's travelling!!!




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...