[Holiday] : Ski

2019.1.21 (Mon)

Hari Sabtu kemarin aku dan temen-temen kantor pergi maen ski di area Yamanashi.
Itutuh yang deket sama Gunung Fuji.

Kita janjian di minimarket deket gedung kantor sekitar jam 7:30.
Awalnya, orang-orang kantor khawatir sama temen-temen dari Vietnam,
karena katanya mereka suka ngaret #HA!
*kelakuan orang-orang negara berkembang ternyata sama aja ya*
Cerita dari temen kantor, sebelumnya pernah ngajak orang Vietnam main ski,
begitu janjian pagi-pagi rupanya mereka nggak datang juga.
Waktu ditelepon, katanya baru pada bangun, sedangkan orang Jepang yang lain
udah pada standby di tempat janjian. Haha.

Untungnya, kali ini semua orang Vietnam-nya tepat waktu,
yang ada malah gue yang telat 2 menit, karena nyasar nyari minimarket :D
Telat 2 menit pun rasanya nggak enak banget ya kalo janjian sama orang Jepang tuh.

Eniwey,
setelah semua orang lengkap, kami pun pergi menuju area ski resort.
Namanya Kamui Misaka Ski Resort (berikutnya disebut Misaka).
Perjalanan ternyata amat sangat lancar, dan hanya memakan waktu sekitar 2 jam kurang,
itupun setelah satu kali mampir di rest area.

Begitu nyampe Misaka, udah banyak orang disana.
Rupanya kalo mau puas maen ski, emang lebih baik datang dari pagi.
Oiya, member yang ikutan kali ini ada 7 orang, dan dibagi dalam 2 mobil.
Mobil pertama adalah rombongan Iiduka-san,
yang berisikan Iiduka-san tentunya, aku dan Thoan, cewek Vietnam yang seumuran sama akik.
Mobil satunya lagi adalah rombongan Takayama-san dengan anggota
Yokoo-san, Koyama-san dan Anh (cowok Vietnam).
Awalnya gue disuruh masuk rombongan Takayama,
tapi gue langsung memelas supaya bareng Thoan, soalnya lebih enak kalo bareng cewek ya.
Haha.
Lagian kayaknya di mobil Iiduka-san lebih tenang dan kalem, kayak yang punyanya,
daripada mobil Takayama-san yang berisik.
#dikeplak

Setelah nemu tempat parkir di Misaka,
kita ngobrol-ngobrol sambil ngecek peralatan dan persiapan buat main ski.
Karena gue, Thoan dan Anh adalah mahluk tropis,
otomatis ini adalah pengalaman pertama kami main ski,
dan tentunya kita nggak punya seperangkat alat main ski.
So, kita bertiga pun mau nggak mau harus nyewa semua alat dan baju buat main ski.

[Area parkir ski resort]


Meski berada di area ski resort, suhu pagi itu nggak sedingin yang dibayangkan.
Waktu pergi dari rumah tadi pagi, suhu memang mencapai 0 derajat celcius.
Tapi di Misaka, suhu lebih hangat, sekitar 8 derajat,
apalagi pagi itu matahari lumayan terik, jadinya nggak terlalu menggigil kedinginan.

Anggota yang udah bawa perlengkapan dari rumah langsung ganti baju dan sepatu
di tempat parkir.
Dari semua orang yang ngikut hari itu, cuma Iiduka-san yang maen Snowboard.
Yang lainnya memilih main ski.

Perlengkapan yang diperlukan antara lain sepasang papan ski dan stock,
baju, celana, sepatu, sarung tangan dan google khusus ski.
Semuanya harus waterproof karena saat meluncur (apalagi kalo sering jatoh kayak gue),
salju suka nempel bahkan masuk ke badan, kalo nggak anti air, dijamin pasti basah dan dingiiiin.
Oiya, kalo nggak suka pake google karena sering meninggalkan bekas di wajah,
atau kepengen lebih gahol, bisa diganti sama sunglass.
Pokoknya harus pake pelindung mata, karena meski dingin,
mataharinya terik banget dan silau mameeen.
Kalau dalam waktu lama mata kita nggak dilindungi,
bisa pusing, mata berkunang-kunang bahkan nggak bisa ngelihat selama sesaat.

Karena gue nggak punya semua peralatan di atas,
*yaiyalah, lagian di Indonesia mau dipake dimana? di gunung merapi? haha*
jadi satu-satunya cara adalah dengan menyewa.
Biaya rental seluruh perlengkapan diatas adalah 8500 Yen (sekitar Rp. 1 Juta),
itu belum termasuk tiket untuk naik lift ke atas plus biaya kursus kilat ski.
Oiya, kita bisa milih kok mau nyewa apa aja, nggak harus sewa semua satu paket gitu.

Yup, bagi pemula kayak gue disarankan ikut kelas ski dulu.
Apalagi yang belum pernah megang alat ski sekalipun,
daripada nyusahin temen dan minta diajarin mereka,
mending ikut kelas ski aja.
Nanti kalo udah paham dasar-dasarnya, baru minta diajarin temen yang udah bisa.

Tiket untuk naik lift ada dua macam.
Yang pertama tiket terusan seharga 2600 Yen alias boleh naik lift sepuasnya
bahkan ampe resort tutup *kalo masih kuat haha*
atau tiket satuan seharga 300 Yen sekali naik.
Temen-temen kantor gue yang udah lihay pastinya milih tiket terusan.
Sedangkan gue yang bahkan nggak tau bakalan naik lift ato kagak,
milih tiket satuan aja.
Waktu itu Iiduka-san beliin sekitar 5 lembar tiket satuan.

Sedangkan untuk biaya kelas ski selama 2 jam adalah 3000 Yen.
Jadi, total biaya buat main ski hari itu (buat gue) sekitar 12,500 Yen.
(sekitar Rp 1,4 juta)
Mahal?
Mungkin iya.
Tapi, pengalaman dan kesenangan yang didapat selama seharian itu buat gue
sih worth it dengan biaya segitu.
Apalagi ski cuma setahun sekali pas musim dingin aja,
jadi gapapa lah ya sesekali kasih reward buat diri sendiri :D

Setelah semua perlengkapan ski siap,
gue dan dua orang temen kantor dari Vietnam yang sama-sama
ikutan kelas ski, berjalan menuju area latihan ski.
Kelas ski dimulai jam 10 pagi sampai jam 12 siang.
Ada juga yang seharian, tapi harganya lebih mahal tentunya.

Begitu tiba di area latihan kelas ski,
ternyata semua pesertanya ANAK-ANAK SD, kecuali kita bertiga.
Nyahahaha, maklum kami mahluk tropis yang nggak punya salju di negara kami.
#ALIBI



Kelas ski dimulai dengan perkenalan alat-alat ski,
kemudian cara memakai papan ski dan melepasnya,
serta penjelasan fungsi stock dan cara pegangnya.
Oiya, stock itu dua buah tongkat yang dipegang saat meluncur,
fungsinya untuk menjaga keseimbangan, bukan buat nusuk orang yaa.

Setelah itu, kita diberikan penjelasan cara meluncur dan berhenti,
postur tubuh yang benar saat meluncur, serta beberapa hal yang harus
diperhatikan saat meluncur.
Satu hal yang paling penting adalah ketika meluncur dan nggak bisa berhenti, sebaiknya jatohin diri di atas salju supaya berhenti.
Karena itu akan lebih aman daripada meluncur terus nggak berhenti,
dan dikhawatirkan bakalan nabrak orang atau benda di depan.
Ketika menjatuhkan diri di atas salju, yang paling aman adalah jatuh ke samping.
Kenapa?
Karena kita bakalan mendarat di atas pantat, jadi nggak terlalu menghantam bagian tubuh yang lain.
Kalo menjatuhkan badan ke belakang, khawatir bakal kena kepala.
Sedangkan kalo menjatuhkan badan ke depan, takutnya bakal ngegelinding dan jadi bola salju begitu nyampe bawah :D
Akan lebih safety pantat yang terbentur daripada kepala kan?
Walaupun dua-duanya pasti sama-sama sakit. Haha.

Jam 12 tepat, kelas ski berakhir.
Terus gue langsung bisa meluncur gitu?
NGGAK!

Meski cuma peragaan dasar dan meluncur beberapa meter di medan datar
selama beberapa kali, didampingi pelatih tentunya,
tapi cuapeeeknya najubilah!
Kami bertiga yang kecapean langsung digiring sama Iiduka-san ke area foodcourt.
Karena Iiduka-san dan temen kantor lainnya udah makan duluan,
mereka pun meninggalkan kita bertiga buat makan dan istirahat,
sedangkan mereka kembali meluncur ke area ski.

30 menit setelah makan dan perut kenyang,
Iiduka-san menghampiri kami lagi dan tanya udah siap ke atas atau belom.
Aku cuma bisa saling pandang sama temen-temen Vietnam dan akhirnya menjawab,
"Masih pengen istirahat lagi bentaaaaar aja. Masih capek nih." yang langsung
ditanggapi dengan ketawa oleh Iiduka san.

[Isi bensin dulu supaya maen ski nya lebih semangat]


Setelah istirahat cukup, kami bertiga pun pergi ngambil peralatan ski.
Tadinya mau sok jago naik lift trus meluncur ampe bawah.
Tapi, Thoan bilang dia takut dan nggak pede bisa meluncur.
Begitu juga gue yang ngeliat orang-orang dengan hebadh-nya meluncur dari atas.
Tapi kita bertiga kepengan ke atas dan nyobain naik lift ski, biar kayak di film-film gitchuu.
Apalagi pemandangan di atas pasti ketjeh banget kan buat foto-foto.
#PENTING



Dengan pemikiran sederhana itu, kami bertiga yang polos pun pergi menuju area lift tanpa memakai peralatan ski, karena tujuannya memang cuman mau jelong-jelong ke atas.

Begitu mau naik lift, petugas lift memberhentikan kita bertiga.
"Kalian nggak bisa naik lift dan ke atas tanpa perlengkapan ski
atau snowboard." yang langsung membuat kami nyengir kayak kuda.
Pantesan semua orang yang naik lift pada pake perlengkapan ski atau snowboard, yang ngelindur cuma pake sepatu ski ya kita bertiga doank.

Sambil nyengir kami pun kembali ke tempat penyimpanan alat ski,
dan disana udah ada Iiduka-san ngejemput kita buat naik ke atas bareng.

Jangankan meluncur dari atas ke bawah pake peralatan ski,
jalan dari tempat penyimpanan alat ski sampai ke lift yang cuma beberapa puluh meter.
dengan menggunakan papan ski di kaki dan sepasang skotch di tangan aja susehnya tingkat dewa maaaak!

Padahal udah dicontohin sama Takayama-san cara jalan pake papan ski,
tapi tetep aja gue nggak maju-maju alias jalan di tempat.
Lebih parah lagi, gue malah meluncur mundur dan semakin menjauh.
Untungnya sebelum gue nabrak jaring pembatas di belakang,
Iiduka-san langsung narik skotch gue dan menarik gue sampe atas.
Duh, kesian si mas satu ini, pasti berat narik gue sampe atas.
Hahaha.
Maap ya, Iiduka-san.

Ketika udah hampir dekat area lift, gue dipaksa kudu bisa jalan sampai pintu masuk lift.
Karena nggak mungkin ditolongin terus.
Dengan segenap jiwa raga, gue pun mencoba jalan menuju lift.
Karena masih aja nggak maju-maju, dan Iiduka-san nampaknya udah capek narik gue #HAHA
dia pun pindah ke belakang dan sekarang ngedorong gue supaya baik jalannya
tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk suara sepatu kudaaaa
*you sing, you lose!*
#ABAIKAN

Setelah tiba di depan lift dan siap duduk di lift gantung menuju atas,
gue yang tadi kecapean dan hampir nyerah gegara nggak bisa juga jalan pake papan ski,
langsung berubah excited begitu ngelihat pemandangan gunung salju dari atas lift gantung.
Ternyata nggak cuma di film atau drama, emang keren ya kalo ngeliat pemandangan
salju dari atas lift gantung.

Hamparan salju putih bersih semakin terlihat indah
ketika tersorot cahaya matahari di atas gunung.
Kalau gue nggak inget gunung salju itu keras,
rasanya gue udah lompat dari atas lift dan mendarat di salju.
Habisnya, dari atas saljunya kelihatan empuk dan enak.
*lalu bawa sirop ABC dan bikin es serut*

Setelah lift gantung berada di puncak, akupun langsung turun dengan papan ski
masih di kaki tentunya.
Untungnya tadi ngeliatin orang-orang di depan gimana caranya turun dari lift,
jadinya bisa mendarat dengan mulus tanpa harus jatoh terjerembab ke dalam salju.

Sukses mendarat dari lift,
Takayama-san udah menunggu gue dan siap meluncur bareng.
WAIT! WAIT!
Situ udah pro dan jago maen ski.
Sekarang ngajak gue meluncur bareng?!
Yang ada situ meluncur, gue guling-guling jadi bola salju, Paak!

[Bapa Bos yang ngajarin akik dengan sabarnya]


Untungnya, Takayama-san mau ngajarin gue dengan sabar cara meluncur dan turun ke bawah pake papan ski.
Sedangkan Iiduka-san yang asik maen snowboard di dekat kami,
nggak lupa mendokumentasikan gue dan dua temen Vietnam lain yang lagi
lomba jatoh-jatohan berguling ria dengan papan ski.

Dari atas sampai ke bawah area ski (untuk pemula),
jaraknya sekitar 300 meter, dengan sudut sekitar 25 derajat.
Kebanyakan yang maen ski atau snowboard disitu adalah anak-anak, pemula dan pelatih
atau yang lagi ngajarin, atau ngedokumentasiin dan yang pengen maen dengan santai.
Sedangkan area yang lebih sulit dan lebih tinggi, ada di sebelahnya.

300 meter peluncuran pertama gue, sekitar 80%-nya adalah jatoh, ngegelinding, kepeleset dan nabrak.
Sisanya bisa meluncur tapi bingung gimana berhentinya, jadi ujungnya gue ngejatohin diri dan mendarat dengan pantat.
Oiya, selain jatoh dan ngegelinding, yang paling berat justru saat kita harus bangun dan berdiri.
Dengan papan ski di kedua kaki, ditambah sepatu ski yang berat, belum lagi medan yang miring plus tenaga yang udah nggak bersisa, bangun dan berdiri setelah jatoh itu berat,
lebih berat daripada ketika aku kangen sama kamu #APASEH
Ditambah lagi, kita harus bangun dan berdiri sendiri, karena Takayama-san atau temen-temen yang lain nggak bisa bantuin kita, soalnya mereka juga kan pake papan ski di kedua kakinya, nggak mungkin gotongin apalagi ngangkat kita.



Seperti filosofi hidup,
yang bisa kita andalkan cuma diri sendiri,
jangan sedikit-sedikit minta bantuan orang lain.
Situ yang jatoh, ya bangun sendiri donk.
Kalo nggak gitu, kapan bisa maju #CAILEH

Atau,
kalau bener-bener udah emoh dan nyerah,
palingan kayak Thoan yang lepas semua peralatan ski,
lalu jalan kaki turun ampe bawah sambil ngegotong peralatan ski.
Haha.
Udah lelah hayati kayaknya si mbake satu ini.

Setelah peluncuran pertama sukses bikin badan sakit semua,
dan kepala terbentur sekali plus nabrak orang,
aku pun ngesot lagi menuju lift buat naik dan meluncur untuk kedua kalinya.
Sekarang udah bisa jalan pake papan ski tanpa dibantu.
Lumayan lah ada sedikit kemajuan.

Dari beberapa kali pengalaman jatoh dan meluncur yang aku alami,
sebetulnya rintangan dan hambatan main ski ini ada di diri sendiri.
Yaitu KETAKUTAN.
Takut nabrak, takut jatoh, takut nggak bisa berhenti,
takut kehilangan kamu #EAAK
dan ketakutan lainnya yang bikin nggak pede meluncur.
Kalau hambatan yang satu itu nggak bisa dilewati,
maka sampai kapanpun main ski cuma tinggal angan belaka aja.

Setelah naik-turun-meluncur-jatoh dan menggelinding beberapa kali
*mungkin lebih tepatnya puluhan kali* HAHA
aku mulai tahu caranya berhenti dan mengendalikan kecepatan.
Tapi, karena rasa TAKUT-nya masih ada,
jadinya dikit-dikit berhenti soalnya masih takut.
Tapi, secara keseluruhan sih udah mulai bisa meluncur sendiri
dan cukup diawasi dari jauh aja sama Takayama-san atau Iiduka-san.
Mereka bilang, untuk ukuran yang baru pertama kali maen ski,
dalam sehari aja bisa meluncur *meski masih pelan-pelan*,
itu udah bagus.
*lalu idung gue terbang*

Sekitar jam setengah 4 sore, kami menghentikan kegiatan main ski.
Karena udah pada capek dan kondisi badan udah nggak memungkinkan,
ditambah kaki sakit dan pantat udah tepos kayaknya.

Setelah mengembalikan peralatan ski ke tempat rental dan ganti baju,
kami pun berkumpul lagi di foodcourt sambil istirahat dan nyemil-nyemil chantieq.

Setelah dirasa tenaga udah balik lagi,
kami pun memutuskan pulang sekitar jam 4 sore.
Alhamdulillah, jalanan sore itu lancar jaya,
jadi hanya dengan 1.5 jam perjalanan, kita pun nyampe rumah.
Karena gue semobil sama Iiduka-san dan Thoan,
jadi setelah nganter Thoan sampe apartment-nya,
Iiduka-san pun nganter gue sampe ke minimarket deket apartment.

Hari Sabtu yang lelah,
bahkan awalnya gue males untuk pergi ketika tahu harus bangun pagi,
ditambah suhu yang mencapai 0 derajat pagi tadi.
Tapi, rupanya semua rasa males itu berubah jadi happy dan fun banget.
Alhamdulillah, semua berjalan lancar.
Temen-temen kantor yang ikut hari itu juga nyenengin semua.
Semoga bisa maen atau jelong-jelong lagi bareng mereka
ke tempat berbeda.
Dan tentunya semoga kita langgeng terus di kantor ya.
Haha.



See you!




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...