[Travelling] : Menjelajah Cirebon di Malam Hari

21-May-15

Awal bulan May lalu yang bertepatan dengan hari buruh dan kebetulan long weekend, aku dan ketiga temanku yaitu Bulan, Kikiw dan Oeng pergi melancong ke Cirebon. 
Kebetulan lagi, Cirebon adalah kampung halaman Kikiw, sooo kita bisa menghemat akomodasi penginapan dan dapet tour guide gratis. Haha. 
*sun tangan sama Kikiw*

Setelah tiket kereta seharga 130ribu rupiah untuk PP udah di tangan, itine pun mulai disusun.
Karena aku, Bulan dan Oeng nggak tau apa-apa soal Cirebon, maka semua skejul ngetrip diserahkan ke sang tuan rumah : Kikiw. Mulai dari spot-spot yang bakal dikunjungi, menu wisata kuliner, hingga pemesanan tiket.

Hari Jumat (1-May-15) sekitar pukul 12.00 kereta mulai melaju dari Stasiun Cikampek menuju Cirebon. Stasiun yang biasanya ramai, kala itu terbilang cukup sepi dan adem. Mungkin karena jarang yang pergi ke Cirebon kali ya, jadinya yang menunggu di peron pun tidak terlalu banyak.

Setelah mencocokkan kursi di dalam kereta, tiga bolang ini pun segera menyerbu tempat duduk. Oiya, kami cuma pergi bertiga karena Kikiw yang kepalang homesick udah pulang ke Cirebon duluan.

Perjalanan yang memakan waktu cuma dua jam ini amat sangaaaat nyaman. Kereta dengan gerbong yang bersih, nggak ada penjual asongan, AC dingin dan adem, pokonya betah deh. Bahkan ketika tiba di Stasiun Cirebon, aku keukeuh nggak mau turun karena masih kepengen melaju dengan kereta *diseret masinis*.

Bandingkan wajah Oeng saat di kereta ekonomi dan bisnis :D


[Kereta kelas ekonomi]



[Kereta kelas bisnis]


Ya, mungkin karena kereta yang kami naiki ke Cirebon ini adalah kelas bisnis, beda banget dengan saat ngetrip ke Jogjakarta bulan lalu yang menggunakan kereta kelas ekonomi. Udah mah sempit, selonjoran susah, pengap, AC kadang waras kadang nggak, tidur pun nggak nyenyak.

Tapi...Yah, itulah seninya ngetrip ya *alibi*.



[Cirebon, Here We Are!!!]


Sesampainya di Stasiun Cirebon, Kikiw dan adik juga ayahnya udah menunggu kita. Karena ayahnya Kikiw berbaik hati menjemput dan mengantar ketiga bolang ini sampai rumah, jadinya kami nggak usah rempong pake angkutan umum dan pake acara nyasar. 

Sekitar 15 menit, mobil yang membawa kami pun tiba di rumah Kikiw. Alhamdulillah. Nggak terlalu cape sih, karena kami nyaman banget sepanjang perjalanan. Tapi, dasar kebluk, begitu ngeliat kasur di kamar Kikiw, maunya malah tidur-tiduran.

Sore ini rencananya kita mau menjelajahi pusat penjualan batik Cirebon yang terkenal itu, yaitu Batik Trusmi. Sebetulnya ada banyak toko yang menjual Batik Trusmi, mulai dari emperan hingga sekelas butik. Inilah untungnya bawa penduduk lokal buat traveling bareng, kita diajak ke tempat grosir Batik Trusmi paling besar dan dengan harga bersaing pulak. Kiw, aku padamu laah *sun tangan lagi*.

Karena nggak mungkin minta ayahnya Kikiw buat nganter pake mobil, dan aku juga belom punya SIM (lagian belom berani bawa mobil orang, takut ntar kenape-nape...hehe), maka keempat bolang ini pun memutuskan untuk pake motor buat acara jelong-jelong sore ini.

Berbekal dua motor dengan penumpang masing-masing 2 orang [tentunya] dengan motede nyupir giliran, keempat bolang ini pun berubah menjadi keempat bikers.
Tancap gas, para Rosidah!!!

Keempat bolang ini tiba di Batik Trusmi sekitar jam 16.00 dan BARU KELUAR sekitar jam 18.00. Emang dasar emak-emak kalo belenjong, nggak pernah inget waktu yaa. Haha. Kebanyakan sih lama ketika galo milih dan nyobain satu persatu di kamar pas, tapi yang dibeli cuma sepotong dua potong doank. Setelah Oeng ngeborong sehelai baju batik formal buat kerja, aku 2 pcs celana panjang, Bulan dengan selembar bajunya (kalo nggak salah) dan Kikiw yang keluar dengan tangan hampa, maka keempat sosialita ini pun keluar dari Batik Trusmi.
Setelah puas berbelanja dan selfie di depan Batik Trusmi, keempat bolang....eh, bikers ini pun melanjutkan destinasi berikutnya untuk menjelajah Kota Cirebon. Berhubung waktu sholat udah datang, kita pun mampir dulu di Masjid Agung Cirebon untuk menunaikan kewajiban yaitu selfie di depan Masjid Agung.
Eh, solat maksudnya :D

Setelah ibadah selesai dan keempat bikers ini kini berubah menjadi bikers syariah, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kantor Walikota Cirebon.

Eh, masjidnya bagus lho. Bersih, teratur, dan tempat wudhu-nya banyak.
Kikiw bilang kalau ketika ada pengurus atau jemaat datang, biasanya kita nggak boleh sholat di sembarang barisan, kudu mengisi barisan kosong sesuai urutan shaf-nya. Tapi, berhubung saat itu nggak ada yang mengatur, jadinya sesuka hati mau di barisan mana pun boleh.
Oke, kita kembali ke Kantor Walikota Cirebon.

Karena nggak mungkin kami maksa masuk dan ngeliat-liat isi Kantor Walikota, apalagi minta selfie sambil dipangku Bapak Walikota, maka malam itu keempat bikers syariah ini pun harus berpuas diri dengan hanya berfoto di depan Gedung Walikota sambil melihat-lihat suasana Cirebon di malam hari.
Setelah puas mengabadikan moment, perjalanan pun dilanjutkan menuju Rumah Makan alias Wisata Kuliner [maklum, udah pada laperr].

Sebetulnya kurang tepat sih dibilang wisata kuliner, karena spot makan yang dituju kali ini bukanlah kuliner khas Cirebon, melainkan rumah makan yang di beberapa kota pun tersedia, yaitu Super Sambal.
Ketika ngebolang ke Jogja bulan lalu, aku dan Oeng amat sangat tersepona dan tersanjung dengan kenikmatan Super Sambal ini. Sooo, ketika ngedenger dari Kikiw kalo di Cirebon pun ada Super Sambal, maka makan malam kali ini pun diputuskan buat nongki-nongki chantieq di SS alias Super Sambal.

Seperti biasa, setiap orang pesan satu sambal berbeda supaya bisa icip-icip banyak varian sambal.
Selain sambal, kami juga pesan sapi goreng, telor dadar [lupa apa namanya], bebek goreng, kangkung cah dan beberapa menu lagi yang saking banyaknya sampe lupa. Hoho.

Bedanya dengan SS di Jogja, SS di Cirebon menghidangkan nasi yang sudah ditempatkan di masing-masing piring, sedangkan di Jogja pake bakul. Mba-mba pelayan yang di SS Jogja pun lebih ramah dan cekatan, sedangkan di Cirebon mungkin lagi pada riweuh, jadinya yaaa gitu dehh.
But, secara keseluruhan enyaak kok, dan kuenyaang banget!

Sekita pukul 21.00, keempat bolang...eh, bikers.....eh, bikers syariah...aaarrgghh whateper lah, memutuskan untuk kembali ke peraduannya karena hari sudah semakin gelap dan memang udah pada ngantuk juga sih.
Sayangnya, ketika keluar dari Super Sambal, hujan gerimis mulai turun, sampe-sampe Oeng yang ngerengek-rengek pengen beli es duren pun nggak digubris lantaran kudu buru-buru pulang sebelum hujan semakin lebat. *manyun 10 senti*

Malam itu, nampaknya langit memang kurang bersahabat atau memang dia lagi ngambek gegara nggak diajak ke Super Sambal, entahlah, ia pun memuntahkan hujan hingga kami basah sebasah-basahnya, ya sudah mandi sekalian #APASIH!

Belum setengah jalan hingga ke rumah Kikiw, kami basah kuyup mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Jas hujan sekalipun tidak dapat menahan derasnya hujan.
Setengah menggigil kedinginan, keempat bolang dan bikers syariah terus memacu motor-motornya dengan perlahan tapi pasti agar cepat tiba di rumah yang hangat.

Setelah beberapa menit melewati jalan utama, kami akhirnya hampir tiba di jalan kecil yang menghubungkan langsung dengan rumah Kikiw. Sayangnya, entah karena pandangan terhalang air hujan atau memang Kikiw udah ngantuk, dia memandu kita untuk nyebrang karena jalan kecil katanya udah deket. Kenyataannya, jalan kecil yang dituju masih nun jauh di sana.

"Kiww, masih jauh kali ah, kok udah nyebrang aja?"
"Sumber air su dekaattt kakakks....eh, jalan kecil maksudnya."

Setelah berhasil memasuki jalan kecil dengan susah payah karena banjir dan jalanan tidak terlihat, kami pun terus memacu motor dengan hati-hati menyusuri jalanan setapak.
Banjir yang hampir merendam setengah badan motor dan jalanan sepi plus gelap membuat kita nggak berani kebut-kebutan.

Ketika tiba di sebuah belokan, Oeng yang sedari tadi ada di depan entah kenapa berbelok menuju halaman rumah orang.

Mungkin karena jalanan gelap atau mungkin dia lelah, entahlah, jadinya salah belok.
Melihat temannya galo dan linglung, Bulan [yang satu motor denganku] mengambil inisiatif untuk mendahului dan memposisikan motornya di depan dan jadi penunjuk jalan.

Belum beberapa lama aku dan Bulan berada di depan, kami tiba di sebuah tikungan yang gelap gulita, bahkan satu meter di depan pun tidak terlihat apapun.
Bingung, takut, atau mungkin dia juga lelah, Bulan tiba-tiba memperlambat laju motornya dan sedikit menepi.
"Bul, kenapa? Maju aja, Bul!" suara di belakangku meminta Bulan agar tetap maju.
Tapi yang dipanggil malah geleng-geleng kepala, bukan karena lagi dugem tentunya, tapi dia seakan tidak mau menuruti begitu saja sahutan di belakangnya.

Akhirnya, Oeng yang tadi di belakang segera menyusul kami dan memposisikan motornya di depan lagi seperti semula.

Dengan petunjuk dari Kikiw yang diboncengnya, Oeng pun segera memacu motornya meninggalkan tikungan yang gelap gulita dengan aku dan Bulan mengekor di belakangnya.
Tidak sampai 5 menit, kami berempat pun akhirnya tiba di rumah Kikiw.

Melihat rumah yang terang benderang dan teduh dari hujan deras serta angin kencang, membuat keempat bolang ini bernapas lega. Tidak peduli baju dan sepatu yang basah kuyup, badan menggigil kedinginan, yang penting NYAMPE RUMAH! Titik.

Setelah mandi dan ganti baju, kami pun berkumpul di kamar Kikiw.
"Eng, kenapa kamu tadi salah belok?"
"Nggak tau, aku pikir itu belokan, tapi ternyata pekarangan orang." Oeng menjawab alasan dia tadi salah belok.
"Kamu kenapa tadi nggak mau maju pas tikungan, Bul?" kali ini Bulan.
"Habisnya di depan gelap banget. Dan aku takut kalo suara di belakang yang nyuruh-nyuruh aku maju itu bukan suara kalian. Kita kan nggak tau. Takut disesatin gitu lah..." Bulan bergidik.

Dengan suasana yang amat gelap gulita, hujan deras, angin kencang, pekarangan lebat, dan rumah-rumah penduduk yang sepi, tidak menutup kemungkinan "sesuatu" itu ada dan menghampiri kami.
"Tadi pas kalian nanyain rute jalan pulang kan aku kasih pilihan, mau jalan terang tapi muter ato jalan cepet tapi agak gelap. Naahh, yang tadi kita lewatin itu yang agak gelap." kata Kikiw.

Iya, Kiw.
AGAK gelap ya.
AGAK.
Yang agak gelap aja kayak begitu, gimana yang gelap banget, Kiw?
Dan semua pun hening.

*Foto-foto lainnya bisa dilihat di sini.




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...