percaya, perlukah?

4-Dec-14

Ketika tadi pagi bicara empat mata dengan Bos, dia bertanya kenapa aku tidak pernah sama sekali mengajaknya diskusi soal keputusanku resign, soal masalah pekerjaan, dan tentunya soal kepentingan keluarga atau nenekku yang sedang sakit yang menjadi "salah satu" alasanku resign.

Jika saja dari awal aku berdiskusi dengannya dan meminta pendapatnya, mungkin aku bisa menunda keputusan resignku atau ia bisa memberi saran dan pilihan yang lain. Ia merasa kalau aku sama sekali tidak percaya padanya karena sama sekali tidak pernah diskusi atau sekadar curhat dengannya.

Bukannya aku tidak percaya pada anda, Bos. Secara pekerjaan dan profesionalisme, aku sangat-sangat percaya pada Anda karena kuakui anda Bos yang sangat baik dan bertanggung jawab buatku. 

Ia berkata, akan lebih baik jika kita bisa saling diskusi dan berkomunikasi dengan teman atau orang yang bisa dipercaya, ketika memiliki masalah. Dengan saling curhat, beban akan terasa lebih ringan karena setidaknya ada teman berbagi. Bahkan, mungkin saja teman kita bisa memberikan solusi dan bantuan. Jika kita hanya berdiam diri dan memendam semuanya, tidak ada yang tahu apakah saat itu kita memiliki masalah, tidak ada yang bisa membantu karena kita tidak pernah meminta bahkan bicara pun tidak, bahkan semua masalah yang dipendam sendiri itu lama-lama akan membuat stres dan depresi.

Memang. Aku setuju.
Tapi, mungkin sudah bawaan karakterku yang tidak pernah membicarakan masalah pribadi pada siapapun, kecuali aku sudah amat sangat GILA dan dipaksa mati-matian untuk bercerita. Sebelum itu terjadi, aku tidak akan pernah bercerita apapun pada orang lain.

Ia melanjutkan, bahwa tidak gampang memang menemukan orang yang bisa kita percaya dan menceritakan masalah kita padanya. Jika memang dirasa tidak bisa dipercaya, tidak usah memaksakan diri curhat. Tapi, jika sudah yakin bahwa orang tersebut bisa dipercaya, kita tidak perlu sungkan menceritakan masalah kita.

Mungkin bagi Anda yang memiliki banyak orang yang bisa dipercaya di sekililing Anda, akan sangat mudah mengatakan itu. Tapi, buatku yang telah amat sangat kenyang dikhianati, dibohongi, bahkan ditusuk dari belakang oleh teman sendiri, para mantan pacar, bahkan keluarga sendiri ataupun orang yang baru saja kukenal karena dulu dengan polosnya aku menganggap bahwa SEMUA ORANG ITU BAIK, amat sangat tidak mudah mempercayai seseorang.

Betul, aku memang skeptis, mudah curiga, tidak pernah percaya dengan mudahnya, penuh pikiran negatif atau apapun itu istilahnya, itulah aku.Dikhianati berkali-kali, jatuh bangun, berusaha untuk mengubur semua kesalahan masa lalu, berusaha mempercayai kembali semua pembohong, pengkhianat dan penusuk itu, berusaha memperbaiki semua yang telah rusak dan hancur, berusaha mengumpulkan semua kepingan dan serpihan yang entah telah beterbangan kemana menjadi debu ataupun berusaha melupakan semua itu, tidaklah bisa membuat aku dengan mudah mempercayai orang.

Meski aku sering cerita, curhat, diskusi atau apapun itu dengan teman, keluarga atau siapapun, tapi aku tidak pernah bisa membangun sebuah hubungan yang begitu dalam, yang bisa membuatku percaya seutuhnya. Selalu ada dinding yang dengan seenaknya menahanku dan membuat jarak dengan orang-orang di luar sana.

Meski orang-orang membiarkan aku menyentuh mereka, aku tak pernah membiarkan mereka menyentuhku.

Meski orang-orang selalu dengan senang hati membagi ceritanya denganku, tapi aku tak pernah dengan mudahnya membagi ceritaku. 

Meski aku sudah berusaha untuk terbuka, tapi semua cerita itu hanya sampai di kerongkongan tanpa pernah keluar.

Semoga.Semoga dengan berlalunya waktu, aku bisa membuang jauh-jauh sifat skeptis-ku dan lebih terbuka pada orang lain. Bisa lebih mempercayai mereka, karena aku yakin meski dulu banyak yang mengkhianatiku, tapi masih banyak orang-orang di luar sana yang masih bisa kupercayai.

Semoga kali ini aku tidak dikhianati lagi.

Semoga.

Terima kasih untuk semua teman dan keluargaku yang sudah percaya pada mahluk skeptis, cuek dan moody ini. Semoga aku bisa terus dipercaya dan tentunya mempercayai kalian....




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...