sidang tiga kali

20-Aug-14

Beberapa hari yang lalu, lagi-lagi salah seorang petinggi perusahaan manggil aku. Setelah minggu sebelumnya Ibu Pejabat HRD manggil, lalu dua minggu sebelumnya Big Bos pun manggil, jadi total tiga minggu berturut-turut aku dipanggil para Bos itu.

Kenapa sih mereka itu hobi banget manggil aku? Apa segitu senengnya mereka curhat sama diriku ini sampai-sampai dengan sukarela meluangkan waktunya yang berharga cuma buat curhat denganku.

Daripada dibilang curhat, mungkin lebih tepatnya disebut interogasi kali yah.
Lebih parah lagi, semua Bos yang manggil itu isi interogasinya SAMA yaitu nanyain mau dibawa kemana [Armada kali....] kerjaan dan masa depan aku di perusahaan mereka.

Lagi-lagi aku ditanya dan diberi pilihan apakah mau kerja tetap dengan job desk yang sekarang, atau mau nyoba yang lain. Apakah aku akan tetap bekerja dengan tittle "free" atau masuk ke Departemen lain. Apakah aku akan tetap fokus dalam hal technical atau mencoba menjadi manajerial dengan iming-iming jabatan dan punya anak buah.

Baiklah, [ehem] Bapa dan Ibu yang terhormat, mari saya jawab pertanyaan Anda satu persatu.

Saya hanya akan mengerjakan apa yang saya minati, dan yang saya minati saat ini adalah Bahasa Jepang. Titik. Nggak bisa ditawar.

Untuk itu, mohon jangan rebut dan hilangkan satu-satunya hal yang saya minati itu karena bagi saya itu seperti sebuah harta kesayangan.
Dan untuk saat ini saya tidak tertarik untuk diiming-imingi jabatan apalagi anak buah. Saya senang dengan pekerjaan technical saya sebagai Japanese Interpreter. Meski seberat apapun, sesulit apapun dan serempong apapun Bahasa Jepang itu, meski saya hanya sendiri tanpa rekan kerja satu departemen, tetap akan saya lakukan. Karena saya berminat dan ingin lebih baik lagi dalam hal Bahasa Jepang.

Jadi, untuk terakhir kalinya tolong jangan hilangkan apalagi rebut sesuatu yang amat sangat saya sukai.

Untuk ketiga kalinya aku harus menjelaskan semua itu kepada tiga orang berbeda dengan waktu yang berbeda. Dan tentunya bikin otak ini mumet dengan berbagai macam pertanyaan dan pikiran yang kebanyakan negatif [ha!]. Aku tidak tahu apa yang Management rencanakan untukku, tapi yang pasti sesuatu yang mungkin akan sangat bertentangan dengan apa yang aku sukai.

Ibarat skripsi, mending sidang skripsi dengan 3 dosen penguji sekaligus tapi kelar dalam satu hari. Yang artinya cuma perlu satu hari bergalau ria. Daripada sidang skripsi cuma dengan 1 dosen penguji tapi tiga minggu berturut-turut.

Untuk itu, saya ucapkan terima kasih banyak pada Anda semua yang telah sukses membuat saya kurang tidur selama tiga minggu berturut-turut #obat tidur mana obat tidur

Pusing, mumet, jenuh, kesal, marah, dan kecewa semua campur aduk selama tiga minggu ini. Aku yang tadinya berharap supaya dapat pencerahan atau alasan sekecil apapun untuk mengurungkan niatku resign dari perusahaan ini, kenapa malah membuat makin pengen hengkang secepat-cepatnya.
Bahkan iming-iming bonus sebagai salah satu alasan yang bikin aku nunggu hingga akhir tahun untuk resign, justru dipatahkan begitu saja saat seorang temenku bilang, "Walaupun kita resign sekarang, bonus tetep dikasih kali. Kan udah perjanjiannya bonus kita dikasih segitu PLEK. Kalo resign sekarang, juga harusnya udah jadi hak kita, nggak usah nunggu akhir tahun..."

Lagi-lagi pendirianku goyah.

Tapi, mengingat perusahaan ini paling pinter berkelit apalagi soal perjanjian dan peraturan yang berbelit-belit, demi tiket ke Jepang dan demi impianku pergi ke sana dengan uang sendiri, aku pun mengurungkan niatku dan tetap pada prinsip untuk resign di akhir tahun. Cari aman aja deh, demi impian selama bertahun-tahun yang belum terwujud.

Yah sudahlah, paling tidak sisa kurang dari 5 bulan ini akan kucoba untuk bekerja segiat mungkin seperti yang diinginkan para Bos itu. Bekerja sebagai interpreter bahasa Jepang sekaligus merangkap sebagai entahlah apa namanya itu, yang pasti kudu patroli seluruh perusahaan, ikut campur ke departemen lain, jadi kepo akut tingkat dewa, protes ke setiap orang, endeswey endesbrey.

Jadi, maaf saja kalau sisa 5 bulan ini aku kerja tanpa hati, karena jujur saja aku TERPAKSA. Mungkin dari luar aku akan terlihat begitu rajin dan bersemangat kerja, tidak pernah mengeluh, tidak pernah absen, selalu tunduk dengan segala peraturan, tapi semua itu kulakukan tanpa HATI. Meskipun pada awalnya mereka tanya apakah aku ikhlas dengan instruksi dan kerjaan baru itu atau pengen yang lain, toh ujung-ujungnya mereka pasti akan mengarahkanku secara tidak sadar agar aku mau mengikuti kemauan mereka.

4 tahun bekerja disini dan aku sudah hapal semua trik manipulatif seperti apa yang biasanya mereka berikan pada karyawan, agar karyawan mau berkata IYA.

Sisa 5 bulan ini akan kugunakan bekerja sesuai dengan etos kerja, bisnis manner, dan profesional.Tapi,tanpa hati.

Begitu sodara-sodara.Sekian dan terima kasih.




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...