[Traveling] : Jogjakarta (Day 1)

18-Apr-15

Sekitar pukul 3.34 pagi kami tiba di Stasiun Lempuyangan.

Alhamdulillaaahh, tiba dengan selamat dan tanpa kekurangan satu apapun, kecuali kurang tidur-____-

Hadeeuhhh, beneran ini pantat tepos, punggung sakit, leher pegel sepanjang perjalanan. Maklum sih ya, kereta yang kita naikin cuma kereta ekonomi, dengan space kaki terbatas dan tempat duduk pun ala kadarnya.
Padahal mata udah sepet pengen bobo, tapi apa daya media tidak memadai. Jadinya cuma bisa tidur-tidur ayam.
Alhasil, begitu tiba di Lempuyangan, badan sakit plus mata udah gawat.
Tapi inilah seninya ngebolang #alibi.

Begitu keluar Stasiun Lempuyangan, dua bolang ini bagaikan nyasar tak tau arah tanpa pedoman hidup. Daripada bengong dan dikejar-kejar mamang ojek, tukang becak dan sopir taksi mulu, kami pun berjalan mengikuti arus orang-orang yang keluar stasiun dan dengan pede menolak semua tawaran mamang-mamang itu.

Niatnya sih pengen nyari masjid buat sholat subuh dan sekadar ngelurusin kaki setelah ditekuk sepanjang malam di kereta tadi.

Tapi karena di gugel maps nggak ada tanda masjid, jadinya kita malah jalan tak tentu arah.
Di tengah jalan, kita nanyain ke bapak-bapak baik hati yang lagi nyapu halaman subuh-subuh, dan kata beliau masjid nampak jauh dari jangkauan kita.

Yowis kita lanjutin jalan dan nemu Circle K. Karena terbayang disana ada minuman hangat, so mampir dulu deh.
Setelah beli beberapa keperluan dan amunisi, aku tanya sama si Mas-mas kasirnya dimana kita bisa nemuin masjid [masih belom nyerah nyari masjid ceritanya]. Sayangnya, kata si Mas-mas itu masjid lumayan jauh.
Putus asa, capek, kaki pegel, mata sepet, badan keringetan yang rasanya pengen nyebur ke sungai, membuat dua bolang nyasar ini terduduk lemas di pinggiran jalan Jogjakarta yang sepi. Lagi anteng-antengnya ngelamun di pinggir jalan, sekonyong-konyong ada taksi nyamperin dan menawarkan diri.

Karena udah puyeng mau kemana, akhirnya kami memutuskan buat menuju penginapan dan nunggu waktu check in tiba di sana aja. Daripada di pinggir jalan, masih mending nunggu di penginapan toh? TOH!
Setelah perjalanan sekitar 15 menit, kami pun tiba di penginapan.

Karena memang masih pagi banget, resepsionis bahkan pintu penginapan masih nutup. Yowis lah, daripada bengong, kita pun jalan-jalan mengitari sekitar penginapan sekalian lihat-lihat keadaan sekitar.
Tempat kita menginap itu namanya Prawirotaman 2, yang isinya penginapan dan berbagai service lainnya yang dibutuhkan turis kayak sewa motor/mobil, tour agent, booking tiket, dsb.



[Prawirotaman tampak depan]



Kebetulannya lagi, area itu rupanya deket dengan pasar tradisional.

Ya sutralah, kita pun cuci mata di pasar sambil nggak lupa poto-poto.
Setelah waktu hampir mendekati waktu check in dan kaki pun udah mulai pegel lagi, kita pun kembali ke penginapan untuk check in. Setelah bayar biaya penginapan dan dapet kunci, langsung ngibrit ke kamar karena pengen buru-buru mandi dan ganti baju yang udah bau tujuh rupa ini.

Sebetulnya, di itine hari ini kita berencana ke Borobudur dan Prambanan dulu, baru besoknya ke Pantai.
Tapi melihat hari yang makin siang, jadinya rada males ketika harus ngebayangin ke Borobudur ngeteng bis sambil lari-lari di siang bolong, jalan dari satu spot ke spot lain, belum lagi pulangnya kudu ngejar bis lagi, apalagi dengan stamina yang udah diperas dari kemarin malam, duhh kasur di kamar penginapan kayaknya lebih nyaman daripada Borobudur^^

Lucky, ketika lagi check in di penginapan, Neng Oeng nemu sebuah brosur yang berisi tour seharian ke Borobudur dan Prambanan, PLUS Sunrise di Punthuk Setumbu!!!

Dua bolang yang udah ngebet pengen ke Punthuk Setumbu ini jelas nggak menyia-nyiakan kesempatan emas. Dengan biaya yang sepadan, yaitu 155ribu include breakfast, kita udah dapet 3 spot yaitu Punthuk Setumbu, Borobudur, dan Prambanan.

Walopun kudu pergi jam 4 subuh demi mengejar sunrise di Punthuk Setumbu, tapi kita lakonin juga deh. Toh, perginya pake travel dan kita tinggal duduk manis menunggu sambil bobo chuantieq selama perjalanan.
Memang, ini "agak" melanggar prinsip ngebolang yang harusnya pake usaha sendiri buat menuju tempat wisata.
Tapi atuhlaahhh ini stamina dan badan udah nggak mungkin diajak kompromi, jadi kali ini aja boleh yaaa? boleh yaaa pake travel?
IYA! #alibi

Setelah buking tour, kita pun merubah itine secara dadakan. Jadinya, ke Borobudur besok dan hari ini kita ke PANTAI!

Karena rencana ke pantai itu pake sewa motor, jadi meskipun udah agak siang dan cape, setidaknya masih bisa ngebut-ngebut dikit kalo pake motor mah^^

Sooo, after dua bolang ini mandi, ganti baju, dendong yang cuantieek, melesatlah kami nyari-nyari rental motor. Untungnya, dapet tuh mas-mas yang mau nyewain motor dengan harga cuma 60 rebu selama seharian. Meskipun si mas-mas nya bawel tingkat kabupaten, yowislah kita ambil.
Then, perjalanan menuju pantai pun dimulai.

Karena kita tipe yang susah ngerti kalo dikasih penjelasan soal jalan [baca=telmi], akhirnya cuma gugel maps dan GPS yang jadi andelan. Setelah salah jalan, salah belok, dan muter-muter berkali-kali, plus ngotot-ngototan debat lewat sinilah, lewat situlah, akhirnya kami menemukan jalan kebenaran dan pencerahan menuju pantai yang dituju.

Nggak lupa isi angin ban motor dan full teng bensin, supaya perjalanan nyaman, and of course baca doa donkss.
Perjalanan dari penginapan menuju pantai yang akan kita kunjungi [rencananya mau ke Pantai Indrayanti dan pantai lainnya di sekitar situ] sekitar 100Km atau 2 jam ditempuh dengan motor.
Belum lagi jalannya yang berliku dan cadasss mameenn.
Selama perjalanan, kecepatan dibatas MAX 60km/jam karena kita nggak mau kebut-kebutan di jalanan.
Kan nggak lucu kalo terjadi apa-apa cuma gegara kebut-kebutan, apalagi ini di kota orang, jauh dari kampung halaman.

Di tengah perjalanan, kita mutusin untuk rehat dulu sambil isi amunisi alias isi perut.
Ketika nyari-nyari tempat makan, untunglah ketemu rumah makan yang cucok, baik itu di lidah maupun kantong.
Namanya Super Sambal.

Makannnya endeuss, tempatnya nyaman dan bersiihhh banget, plus pelayanannya pun ramah, ditambah harga yang amat bersahabat.
[Tempat makan ini semoga bisa diceritain lebih lengkap di postingan berikutnya, kalo nggak males...hehee #diselepet cobek]
Setelah perut kenyang dan istirahat cukup, kami pun melanjutkan perjalanan.

Sekitar satu jam kemudian, kita udah bisa ngeliat beberapa petunjuk jalan menuju pantai, yang artinya perjalanan kita hampir sampai.
Horeeee.Bahkan, di tengah perjalanan kita nemu petunjuk jalan pintas menuju Pantai Indrayanti.
Berasa dapet angin segar, kita pun dengan riangnya ngikutin jalan pintas sambil berharap bisa cepet sampai di Pantai.

Itu yang kita pikirkan pada awalnya.
Tapi ternyata, jalan pintas itu bukan jalan pintas seperti bayangan kita.
Kalo tadi kita lewatin jalan biasa, yaitu jalan beraspal, mulus, dan tanpa hambatan, paling cuman berliku doank.
Tapi jalan pintas yang kita lalui ini, owalaaaahhh....jalannya jelek, berbatu, menyusuri ladang dan sawah, bahkan membelah gunung.

Bayangin aja, gunung berasa ada di depan kita, dan untuk bisa menuju pantai, kita kudu membelah gunung itu.
Mending belah duren, enyaaak daah.
Dengan jalan berbatu, licin dan sempit, bukannya cepet sampai di Pantai, melainkan bikin laju motor lebih lambat karena kudu lebih hati-hati.

Meskipun petunjuk jalan menyebutkan TINGGAL 2KM MENUJU PANTAI, tapi rasanya kayak beratus-ratus kilometer, bahkan berasa tanpa ujung perjalanan kita ini.
Mau balik lagi, udah tanggung ntar malah lebih lama lagi.
Mau terus, nampak nggak berujung.
Yowislah, terus aja ya. Tarik maaanggg!!!



[membelah gunung yang nggak berujung]



Setelah membelah gunung dan menelusuri ladang dan hutan, akhirnya kami pun keluar dari jalan pintas sesat itu.
Sebuah pos berupa gubuk sederhana menandakan kita telah keluar dari jalan sesat dan kembali ke jalan kebenaran.

Di pos itu, kita dipungut pembayaran retribusi sebesar 10 ribu perak dan udah termasuk tiket masuk ke seluruh pantai.
Masuk kembali ke jalan utama beraspal, mulus dan tanpa batu plus licin membuat kita jadi bisa lebih memacu kendaraan.

Setelah 15 menit berlalu, akhirnya kita pun tiba di pantai pertama, yaitu Pantai Krakal.
Sebetulnya ada beberapa pantai yang sempet kita lewati, tapi entah kenapa kita milihnya ke Krakal.
Mungkin udah puyeng dengan perjalanan berliku ini, jadinya kita pikir yang penting cuss nyampedulu di pantai manapunlaahh.

Setelah bayar parkir, kita pun masuk ke area pantai dan memarkin motor di sekitar tepi pantai.
Nggak lupa selfie, poto-poto dan melihat keadaan sekeliling.
Pantai Krakal ini bersiiihhh banget.

Ombaknya putih berasa ngeliat buih-buih di minuman bersoda, pasirnya putih bersih, dan di sisi pantai pun masih belum terlalu ramai orang, sehingga nggak terlihat kumuh kayak pantai-pantai yang udah populer di daerah-daerah lain.



[setelah capek membelah gunung, trus disuguhi pemandangan kayak gini, rasanya worth it banget laah.]


Sayangnya, karena tujuan utama ke Pantai Indrayanti, maka di Pantai Krakal kita nggak bisa lama-lama.
Mesin motor pun segera dihidupkan untuk melaju menuju Pantai Indrayanti.

Setelah tanya arah, kita pun melaju.
Sayangnya, belum juga melaju beberapa puluh meter, hujan mulai turun. Deras pulak.
Karena nggak mungkin nerusin perjalanan, plus bingung juga ke Pantai Indrayanti lewat mana [kambuh deh buta arahnya...], kami pun balik lagi ke Pantai Krakal dan nyari tempat berteduh.
Untungnya, nemu tempat berteduh yang lumayan nyaman, meski kudu bayar 20rebu rupiah-_____-

Sambil nunggu hujan reda, temenku sibuk selfie dan dendong, sedangkan aku pules tidur gegara capek nyetir dari tadi.

Hujan reda berbarengan dengan terbangunnya diriku dari lelapnya tidur.
Karena hari udah sore dan cuaca nampak nggak menunjukkan itikad baiknya untuk kembali cerah, kita pun memutuskan untuk kembali ke penginapan.
Maklum lah, pergi berdua cuman cewek-cewek pulak, membuat kita menghindari kemaleman di jalan.
Emoh banget lah kalo dua cewek ketje ini ditowel-towel di tengah jalan :D

Rupanya cobaan masih menghadang dua bolang ini, bahkan saat perjalanan pulang.
Baru aja beberapa menit melaju kendaraan menuju jalan pulang, hujan turun lagi.
Nggak tanggung-tanggung HUJAN GEDEE!!
Mana jas hujan cuma bawa satu pulak!!

Setelah menepi untuk pake jas hujan, ganti sepatu ke sendal [maklum, takut nggak ada lagi sepatu buat pulang besok], dan ngebungkus barang bawaan, perjalanan pun dilanjutkan.
Tapi rupanya hujan di sore itu nampak lagi kelebihan rejeki. 

Tanpa ragu dia tumpahkan semua airnya di sepanjang gunung, deraaaas bingiitss.
Kacamataku basah dan tertup air sampe nggak bisa ngeliat, muka peureus sakit kena air hujan, plus hari semakin gelap dengan penerangan gunung seadanya membuat jarak pandang makin terbatas.
Dengan amat sangaaaat pelan, aku melaju dan coba-coba melek-melekin mata supaya nggak nabrak atau tikusruk di jalan.

Setelah melewati Gunung Kidul, akhirnya kita memasuki kota dengan selamat dan nggak lupa isi bensin dulu sambil sekalian istirahat.

Karena jas hujan cuma satu dan dipake sama aku, temenku yang cuma pake baju tipis mulai menggigil dan mutusin buat beli jas hujan di minimarket pinggir jalan.
Sayangnya, di minimarket yang kita singgahi nggak nemu jas hujan murah.
Sambil nahan dingin dan menggigil, kita pun mau nggak mau memutuskan melanjutkan perjalanan.
Meskipun dengan laju pelan, setidaknya kita maju dulu deh, daripada diem di tempat dan nggak nyampe-nyampe.

Sekitar habis Isya, kita pun akhirnya tiba di penginapan dengan selamat.
Udah nggak tau deh waktu itu jam berapa, yang pasti udah malam, baju basah, badan menggigil dan yang ada di kepala kita saat itu cuma selimut hangat dan makanan enak!
Alhamdulilllaaaah ya, dua bolang ini bisa kembali dari petualangannya membelah gunung dengan selamat, sejahtera dan sentosa.

Selama perjalanan tadi, aku sampe putus asa dan terus bertanya-tanya, Ya Allah ini kapan nyampenyaaaa???
Begitu tiba di depan penginapan, nampak mamang-mamang penjual nasi goreng lagi mangkal, dan itu nggak disia-siain donk sama dua bocah kelaparan ini.

Langsung deh pesen dua porsi dan minta dianterin ke penginapan.

Nggak cukup cuma nasgor, mas-mas penjual sate ayam pun disambangi dan mesen 10 tusuk, plus minta juga dianterin ke penginapan, tapi bayarnya tetep pake uang kok, nggak pake daun #lu kate suzana...

Setelah mandi, ganti baju kering, dan makan sekenyang-kenyangnya, nggak perlu menunggu waktu lama dua bolang kecapean ini langsung pules dan menuju dunia mimpinya masing-masing.
Malam ini cukuplah sampai di sini petualangan kita, dan mari simpan tenaga buat hari esok supaya bisa menjelajah Borobudur dengan semangat.

Gud nite, eperibadih :)

PS : Foto lainnya bisa dilihat di sini :)





No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...