Kumiai

23-Feb-15

Sebelum mulai cerita, aku akan menjelaskan definisinya terlebih dahulu.

Dalam Bahasa Jepang, "KUMIAI" berarti Serikat.

Dan Serikat yang akan dibahas kali ini adalah Serikat Pekerja. Itutuh yang akhir-akhir ini banyak bertebaran, orang-orang yang hobinya demo, nuntut kenaikan UMK dengan alasan buat penghidupan lebih layak, buat beli susu anak, buat sekolah anak, tapi kenyataannya mereka itu orang-orang yang sebetulnya memiliki penghasilan amat sangat cukup sehingga bisa mampu beli smartphone yang cuanggih bahkan demo aja pake motor Ninja harga puluhan juta.

Untuk yang merasa sebagai buruh dan memang memiliki solidaritas tinggi dan berdemo dengan menjunjung tinggi kesejahteraan hidup bersama, no offense ya, guys. Aku sangat sangat menghargai kalian jika memang berdemo untuk tujuan baik. Kenapa aku berpendapat dan memiliki image buruh seperti di atas, karena buruh-buruh di sekelilingku hampir semua seperti itu. Ya ada sih yang memang pekerja keras dan berdemo dengan tujuan baik, bukan buat rusuh, ngerusak pabrik orang, bikin jalan macet dan menyusahkan orang-orang yang tidak ada hubungannya, tapi itu sedikiiiiiit banget^^

Oke, kita kesampingkan soal di atas, karena bukan itu yang akan dibahas. Walaupun yang dibahas temanya seputaran buruh, tapi dalam ruang lingkup lebih kecil yaitu di kantorku. Karena aku males menuliskan kata "serikat" (tapi ditulis juga karena kepaksa kudu ngejelasin sama kamyu-kamyu^^), maka aku ganti istilahnya jadi "kumiai"

Lumayan belajar kosakata baru, kan? :)

Jadi ceritanya beberapa minggu yang lalu aku kebagian translate meeting antara kumiai dan presdir di kantorku.

Berbeda dengan kantor lama yang BERSIH dari kumiai, kantor yang baru ini para anggota kumiai bertebaran dimana-mana dan kekuasaan mereka lumayan kuat dan hebat tapi dalam arti negatif.

Kenapa terbilang negatif, ya itu tadi, mereka memang menuntut kesejahteraan hidup yang lebih baik, tapi setelah dikabulkan oleh perusahaan, malahan nuntut yang lain alias plus-plusnya yang kalo dipikir secara logis amat sangat tidak masuk akal.

Bocoran dari orang HRD, selain menuntut kenaikan upah dan bonus, mereka pun menuntut tambahan 84 item fasilitas dan tunjangan lainnya. Yaa kalo tunjangan kesehatan, makan, melahirkan, kecelakaan dsb sih aku maklum. Tapi tahukah anda sodara-sodara, di dalam 84 item ini salah duanya adalah tunjangan karaoke dan tunjangan lipstik (make up).

Sarap nggak sih?! Kalian mau kerja apa mau jadi penjaga karaoke?

Kalo kalian jago karaoke-an dan dandan pake lipstik merah merona, trus ngaruh gitu sama produk yang kalian hasilkan?
Nggak mikir gitu ya ini yang bikin tuntutan...

Baiklah, kita kembali ke acara meeting tadi.

Tema meeting kali ini adalah negosiasi bonus tahunan.
Sebetulnya, saat itu ada staff Jepang yang mendampingi Presdir dan lumayan fasih dalam berbahasa Indonesia. Tapi, karena namanya negosiasi perlu permainan kata yang handal #caileh, maka diperlukan orang Indonesia asli supaya perkataan Presdir bisa tersampaikan dengan baik dan tidak menyinggung.

Aku sebetulnya emoh banget waktu disuruh translate meeting itu, karena udah tahu tabiat orang-orang Serikat yang ujung-ujungnya minta duit dan bilang biaya hidup kurang, tapi kenyataannya punya smartphone canggih dan motor racing. Tapi, berhubung aku yang paling lama mengenyam dunia terjemah-terjemahan ini, maka akulah yang ditunjuk 
#pasrah

Sore hari sekitar pukul 17.30 meeting baru dimulai. Terlambat 1 jam setengah karena Mbah Presdir tiba-tiba ada telecom dari luar.

Setelah salaman dan berbasa-basi, maka pihak Senior Manager HRD selaku mediator menjelaskan kondisi perusahaan saat ini, mulai dari sales, profit hingga kerugian perusahaan. Nah, setelah tung itung, keluarlah angka bonus yang akan dibagikan ke setiap karyawan di tahun ini.

Bukan Kumiai namanya kalo nerimo begitu saja [dan tentunya nggak bakalan ada cerita jadinya], mereka pastilah menolak dan berkilah kalo mereka punya data perhitungan sales & profit versi mereka, yang setelah dihitung rupanya angka bonus versi kumiai hampir 3 kali lipat dari pengajuan HRD.

Secara logika, pastinya penghitungan HRD lebih real donk. Lha mereka dapet data actual dari semua divisi yang tentunya top secret dan nggak bakalan di share ke sembarang orang. Kumiai? Cuma data prediksi sotoy versi mereka yang tentunya jumlahnya pun sudah dimodifikasi supaya angka bonus yang keluar nanti jadi gede. Pffftt.

HRD juga bisa aja sih kongkalikong dengan Presdir supaya memanipulasi data sales & profit, jadinya angka bonus yang keluar pun sedikit dan sisanya buat jajan-jajan mereka 
#piis ah pak manager, saya cuma berpendapat aja.

Karena nggak tahu mana yang berkata benar dan mana yang harus dipercaya, aku sih sebodo amat. Yang penting tugasku adalah menyampaikan komunikasi antar dua kubu dengan sebenar-benarnya menggunakan bahasa yang aku kuasai.

Pihak kumiai tetep keukeuh pengen bonus turun dengan angka fantastis yang mereka inginkan, plus karyawan kontrak pun kudu dapet bonus 1.5x dari salary mereka. Sedangkan Presdir dan management teuteup keukeuh dengan angka yang mereka keluarkan dengan pertimbangan order dan profit yang menurun, plus tidak ada namanya bonus-bonusan untuk karyawan kontrak. Karena menurut Presdir, karyawan kontrak ya kontrak, sudah risiko mereka kalo nggak dapet bonus. Tapi sebagai rasa terima kasih dari perusahaan kepada karyawan kontrak, maka mereka diberi tambahan uang yang besarnya satu kali gaji mereka. Kurang baik gimana, coba? [kata Mbah Presdir ini mah]

Setelah negosiasi alot hingga tiga jam dan kerongkonganku sampe kering kerontang kudu ngomong ampe berbusa, kata sepakat untuk angka bonus tahun ini masih belum deal. Aku yang udah ngebayangin kosan yang nyaman, selimut yang anget, makan malam yang enak ditemenin idola-idolaku yang rupawan di layar tipi, makin senewen aja ngeliat dua kubu yang nggak mau ngalah ini.

Pihak kumiai dengan diplomatisnya bilang kalau mereka hanya ingin KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK. Ya kalo istilah kasarnya sih, minta duit lebih kan ya. Catet dan inget-inget ya [ntar keluar di UAS] kalo mereka hanya minta kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik alias minta tambahan duit.

Akhirnya, tepat pukul 20.00 diputuskan karyawan kontrak akan diberikan uang terima kasih [tapi bukan bonus] sebesar satu kali salary mereka plus ditambahin 200rebu/orang oleh management. Mendengar nilai rupiah yang lebih besar 200rebu perak dari tahun kemaren, mata para wakil kumiai itu langsung berbinar-binar dan buru-buru ngabarin temen-temennya di luar sana sambil sibuk kasak-kusuk.

Padahal tadi sok-sok kul dan diplomatis waktu negosiasi, tapi gilirannya dikasih duit lebih aja ketahuan deh mata duitannya. Kalo mau akting, yang pinter dikit napa?!

Meskipun bagian karyawan kontrak udah deal, tapi angka bonus untuk karyawan tetap masih tarik ulur 
#kolor kali. Dan berhubung waktu makin malem plus aku juga makin senewen karena udah ngantuk, meeting pun dilanjutkan besok siang.

Besoknya, meeting diadakan kembali pada pukul 13.00 seperti yang dijanjikan kemarin.

Neraka tak berujung berkedok negosiasi picisan dan debat kusir pun harus kuhadapi untuk yang kedua kalinya.
Setelah basa-basi dan cengar-cengir, meeting pun memasuki intinya.

Seperti biasa, pihak Presdir dan management memberikan penawaran angka sesuai analisis data yang mereka punya.
Pihak kumiai teuteup keukeuh dengan pendirian mereka.
Kedua kubu pun saling tarik menarik tali kolor tidak mau kalah.
Karena nampaknya tidak akan mencapai mufakat, maka pihak HRD mengambil jalan tengah dari angka yang dikeluarkan kedua kubu tersebut. Pihak Presdir setuju selama angka bonus tidak melampaui jumlah bonus pihak customer. Di Jepang, ada peraturan tidak tertulis yang menyebutkan bahwa bonus yang kita terima tidak boleh lebih besar dari bonus pihak customer. Mungkin seperti menjaga etika lah ya, masa customer bonusnya lebih kecil ketimbang kita sebagai bawahan mereka. Kan lucu jadinya.

Di saat tari ulur masih berlangsung sengit, tiba-tiba ketua kumiai berkata, "Kami sebetulnya tidak terlalu memikirkan nilai rupiah yang diberikan, kami tidak terlalu menghiraukan jumlah bonus yang diberikan, yang penting setiap ada diskusi dan informasi harus selalu sharing dengan karyawan".

Bentar! Bentar!
Coba putar ulang sedikit di kalimat "Kami tidak terlalu memikirkan nilai rupiah dan jumlah bonus yang diberikan."

Lalu putar ulang agak banyakan ke percakapan semalam pada kalimat "Kami hanya menginginkan kehidupan yang lebih baik."

Masih belum menemukan titik terang?
Oke, kita ganti kalimatnya dengan yang lebih sederhana.

Siang ini kumiai bilang, "Kami tidak butuh duit".
Lalu, kemarin malam kumiai bilang, "Kami pengen tambahan duit".
Sudah paham dimana bedanya, mas-mas mba-mba?

Sebagai seorang interpreter alias penterjemah, kami memiliki harga diri, loyalitas, jaminan menjaga rahasia dan DAYA INGAT diatas rata-rata orang lain. Dan kami bangga dengan daya ingat kami. Mengapa? Karena daya ingat adalah faktor utama yang sangat diperlukan saat menterjemahkan percakapan apalagi on the spot alias tidak ada latihan atau gladi resik terlebih dahulu. Karena saat orang sedang berbicara kami harus mengingat dengan baik apa yang mereka bicarakan agar selanjutnya bisa disampaikan pada orang lain menggunakan bahasa yang berbeda pula. Kalau isi pembicaraan tidak diingat dengan baik, apa yang mau diterjemahkan?

Kesimpulannya, daya ingat yang kuat dibutuhkan untuk mengingat isi pembicaraan yang kemudian menggantinya dengan kalimat menggunakan bahasa yang berbeda. Untuk mengganti bahasa itupun perlu daya ingat yang baik agar setiap kata artinya tepat.

Trus, kumiai ini mau ngetes daya ingat aku dengan isi pembicaraan yang beda antara siang ini dan tadi malem?!
Hellooooo, aku masih ingat dengan jelas kata-kata kalian kemarin malam setiap jengkalnya. Ketika kalian bilang pengen duit tambahan, ketika kalian emosi saat Presdir bilang tidak ada uang bonus untuk karyawan kontrak, ketika kalian paciweuh teu puguh saat Presdir ngasih tambahan 200rebu.

Dan sekarang kalian dengan sok-nya bilang NGGAK BUTUH DUIT?!

Saat itu juga aku langsung muak dan rasanya pengen ngelempar kursi dan meja di ruang miting ke muka mereka, tapi langsung aku urungkan niatku.Karena aku nggak kuat ngegotong kursi dan meja miting segede gaban. Kalo di sebelahku ada Agung Hercules, mungkin aku bisa minta tolong dia. Tapi sebelum dilempar sama Agung Hercules, aku kabur dulu ke Arab.

Kalo memang butuh duit tapi nggak mau keliatan modus, ya pake kata-kata yang lebih wise donk masbrooo. Pakelah akting yang lebih meyakinkan.

Kalo memang mau bohong, bohong yang lebih profesional donk cyiiin.
Belajar dulu sama gue sini! *Eh

Disitu aku bisa menyimpulkan bahwa orang-orang kumiai di kantorku ini kurang pintar. Mungkin ketua mereka lulusan sarjana dan bagus dalam berdiplomasi, tapi itu hanya kulit luarnya saja. Isinya KOSONG. Terbukti dengan pernyataan mereka yang nggak konsisten dan kurang profesional waktu mau ngebohong. Perwakilan yang lain? Nggak perlu ditanya lah, liat mukanya aja langsung bisa ketebak kalo mereka ini cuma manut-manut aja sama ketuanya.

Meeting bersama kumiai ini nampaknya akan terus berlanjut hingga akhir hayat dan neraka tak berujung pun nampaknya makin menganga lebar. Semoga nanti aku bisa terbiasa dengan kondisi ini dan bisa stay cool menjaga emosi tanpa perlu senewen ngeliat orang-orang yang cuma mikirin duit tanpa bisa bekerja dengan baik.

Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari cerita ini adalah : Jangan coba-coba ngibulin Interpreter karena kami akan mengingat sampai sedetail mungkin kata-kata yang Anda ucapkan dan itu akan terus tersimpan di memori kami yang kapasitasnya lebih gede dari server kantornya pesbuk. Hoahahahahahaaa 
#ketawa antagonis.

Akhir kata, salam dari seorang Interpreter yang menikmati pekerjaannya apalagi kalo nerjemahin di sebelah orang ganteng :D




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...