peduli, haruskah?

21-Oct-14

Aku paling GEMEZ sama orang yang suka nyerobot antrian. Nggak peduli apakah dia cuma orang biasa, artis terkenal, pejabat, atau atasan dengan jabatan dan wewenang setingkat dewa. Bagiku, semua orang punya hak dan kewajiban yang sama ketika mengantri. Siapa yang antri duluan, dia yang dapat giliran duluan. Begitu pula sebaliknya, yang antri belakangan harus mau menunggu hingga gilirannya tiba. 
TIDAK TERKECUALI dan DENGAN ALASAN APAPUN.

Minggu lalu saat istirahat siang di kantor, seperti biasa aku ngantri di kantin untuk mengambil makanan catering. Sambil bercanda dan sesekali membalas chat di ponselku, antrian pun sedikit demi sedikit bergulir. Hari itu entah kenapa antrian cukup panjang, hingga mengular keluar kantin.

Ada salah seorang staff produksi [sebut saja namanya Mawar #bukan korban perkosaan loh yaa] yang kaget ketika melihat antrian catering yang tidak seperti biasanya. Karena di samping antrian itu ada kursi panjang yang biasanya dipakai karyawan saat melepas kaus kaki ketika mau masuk mushola [kebetulan mushola dan kantin bersebelahan], si Mawar pun duduk-duduk sambil memainkan hape-nya selagi menunggu antrian berkurang.

Alih-alih antrian berkurang, semakin lama malah semakin panjang. Tanpa basa-basi-busuk, Mbak Mawar yang duduk-duduk tadi tiba-tiba sudah berdiri di depanku [nggak di depanku banget sih, ada jeda dua-tiga orang]. Awalnya dia pura-pura ngobrol dengan temannya yang kebetulan dapet antrian di depan, tapi lama-lama malah ikut nyempil dan masuk barisan. Padahal seharusnya dia antri paling belakang.

Salah seorang karyawan dari Quality Control (QC) merasa terserobot dan sambil bercanda dia bilang, "Bu, tadi kan Ibu antri di belakang aku, jadi aku yang duluan donk aahh...". Tapi yang disindir seolah tidak punya malu malah ngakak dan bilang, "Alaaaah, gitu aja diributin. Ngga apa-apa lah yaa. Aku lagi sakit, pusing, mual nih. Nggak kuat berdiri lama-lama. Gila aja kalo kudu ngantri dari belakang panjang gitu..."

ALESAN!

Perasaan sepanjang pagi dia sehat-sehat aja tuh. Emang sih, kemarin dia nggak masuk karena sakit, tapi hari ini nampak fine-fine aja deh. Lagian, kalo memang nggak kuat berdiri nunggu antrian, kan bisa duduk dulu keleuss [pengen muntah deh pake kata-kata ini... #tapi dipake juga].

Situ nggak kuat berdiri apa nggak kuat NAHAN LAPAR?!

Karena merasa nggak bakalan menang berdebat dengan tukang nyerobot itu, karyawan QC itu pun cuma nyengir dan nyerah. Rupanya, temennya yang ada di depan dia pun ikutan sewot dan bilang nggak boleh nyerobot antrian [dengan agak bercanda juga bilangnya], tapi tetep nggak didenger.

Makin gemes, aku pun ikut-ikutan becandain sambil nyindir [eaakkk, nyindir apa nyinyir...]. "Hey! Hey! Hayoh, nggak boleh nyerobot. Yang lain udah pada laper tuh", sindirku. Bukannya TOBAT, malah nyengir kayak kuda. Lama-lama gue lempar juga deh itu mesin produksi di sebelah.

Ketika antrian mulai memasuki kantin dan hampir mencapai catering yang sudah ditunggu-tunggu [maklum lapar, jadi bahasanya pun lebay], aku melihat ada Badan Pengawas Makanan sedang memantau para karyawan di area kantin. Masih sambil bercanda, aku colek deh Mbak-mbak leader yang kebetulan lagi mengawas itu. Aku bilangin kalo ada yang nyerobot antrian sambil tunjuk-tunjuk orangnya langsung. Bukannya diringkus [lu kate maling ayam?!], Mbak leader itu malah senyum-senyum dan cuma bilang "Mana nih yang nyerobot?" dengan ogah-ogahan pulak. Dan yang disindir lagi-lagi tebal muka.

Cape dan bikin mood jadi jelek, aku pun nggak menggubris lagi kelakuan dua orang itu. Udahlah, sebodo amat deh. Ribet amat ngurusin orang nggak tau aturan gitu.

Yang makin bikin kesel adalah nggak ada satu karyawan pun yang berani negur ketika antrian mereka diserobot. Padahal aku yakin, mereka jelas-jelas ngeliat dan bisa saja saling bahu membahu nyurakin tukang serobot itu. Dan aku tahu alasan kenapa mereka hanya diam membisu [walaupun di belakang pasti ngomongin sih...hhhh, manusia!] ketika hak mereka direbut.

Karena orang yang nyerobot itu adalah atasan mereka, Jendral! 

Jumlah karyawan produksi di kantorku melebihi setengah jumlah karyawan alias yang paling banyak. Itu artinya, yang antri di kantin dan jadi saksi bisu [karena pada nggak berani ngomong] paling banyak adalah karyawan produksi. Dengan memboyong jabatan Assistant Supervisor Production Departement mungkin membuat nyali semua karyawan disitu ciut dan berprinsip "cari aman" aja daripada elu bonyok dan besok malah dirumahkan.

Ya sudah lah ya, toh aku udah negur baik-baik, lapor ke Badan Pengawas Makanan juga, meski tetep nggak digubris #garuk-garuk tembok kantin

Tadinya, aku bermaksud nggak peduli dengan kejadian di kantin itu. Tapi entah kenapa rasanya jadi kepikiran banget. Bukan soal diserobot atau nggak digubrisnya itu. 
Aku udah biasa kok dicuekin dan dicampakan.... 
#lalu nangis di pojokan.

Tapi yang bikin gerah adalah kelakuan atasan yang seharusnya jadi contoh untuk bawahannya. Kalau misalnya suatu hari nanti ada karyawan yang nyerobot antrian, trus dia berkilah dan bilang "Lha, atasan saya juga nyerobot, ya saya cuma niru dia aja."

DZIGHHH!!!
Mamam deh mamam.

Guru kencing berdiri, murid kencing berlari, 
dan saya kebelet kencing #halah

Ditambah lagi, kalo Badan Pengawas Makanan aja nggak bisa negur orang yang melanggar peraturan, trus apa donk fungsi mereka? Jadi PATUNG PANCORAN?!

Ya mending nggak usah jadi pengawas aja, mending duduk manis aja deh ya #esmosi

Darpada galau [masih musim galau, mbak?] dan kepikiran terus, akhirnya aku pun lapor ke HRD dan Production Departemen Head tentang kelakuan anak didiknya. Dalam isi curhat by e-mail itu [karena aku lagi males ngomong #alah], aku berpesan supaya mereka jangan bilang kalau info ini didapat dari aku. Bilang aja ada hamba Allah karyawan yang lapor.

Iya, iya, silakan cacimaki saya dan bilang kalau saya ini CEMEN dan nggak GENTLE [ekeu kan ladies, cyiinn...bukan gentleman], karena takut ketahuan dan disangka tukang ngadu. Aku hanya bermaksud supaya orang itu nggak mengulangi kelakuannya dan menjadi contoh yang nggak baik untuk orang lain. Kan nggak penting ya siapa yang lapor. Anggap aja orang tak dikenal yang biasanya apatis dan skeptis, tiba-tiba TOBAT jadinya mendadak peduli sama sekitar, gicuu.

Aku yakin kalau pejabat HRD bakal silent dan jaga rahasia. Tapi, yang dikhawatirkan adalah Production Departemen Head yang kadang suka keceplosan kalo ngomong........dan kekhawatiran itu pun terjadi.

Beberapa hari yang lalu, saat lagi-lagi ngantri catering di kantin sambil bercanda-canda sama temenku, Leader yang jadi Badan Pengawas Makanan saat itu kebetulan adalah orang yang sama saat terjadi "insiden" serobot-menyerobot kemarin. Entah dia kesel karena ditegur [ya salah sendiri] atau entah nggak suka ngeliat aku ribut-ribut ketawa-ketiwi sambil ngantri [lagian suka-suka sini donk, kan yang penting kagak nyerobot yee].

Dia tiba-tiba nyelutuk, "Ayo cepetan, ntar ada yang nyerobot lagi." katanya sambil ngeliatin aku.

HALOH!

Ini maksudnya nyindir apa nyepet?! [eh, sama aja ya...]

Jadi situ kagak suka kalo ditegur sama atasan gegara jadi pengawas nggak bener makanya ada yang nyerobot antrian?
HALOH! HALOH! HALOH!
Tuh kan, tuh kan, meski udah wanti-wanti supaya laporanku nggak bocor ke orang bersangkutan, teteup aja meleber kemana-mana 
#GembokManaGembok

Yang paling bikin GONDOK itu bukan masalah dia nyindir [aku udah kebal disindir sih...], tapi sebelnya adalah karena beberapa waktu lalu aku pernah nolongin dia ketika dia kesusahan ngurus proses produksi dan ngatur operator.

Saat itu, banyak operator cewek mengeluhkan kudu ngangkat-ngangkat benda berat sampe 20 kilo-an. Dan meski dia sebagai leader udah lapor ke atasannya, tetep nggak digubris. Akhirnya, sebagai sesama kaum perempuan yang nggak tega ngelihat para cewe kece ini disuruh angkat-angkat benda berat [kan bahaya juga buat peranakan], aku pun ngebantu dia dengan laporan ke Big Bos langsung. Hasilnya, hanya dengan menjentikan jari #alah, Bos pun memberikan instruksi supaya cuma cowok-cowok perkasa yang boleh angkat benda-benda berat, sedangkan yang cewek ngerjain hal yang lebih ringan.

Aku sih nggak minta imbalan apa-apa. Sueerrr! Toh sebagai sesama karyawan, dan kebetulan aku punya akses langsung ke Bos, bantuin temen sendiri nggak ada salahnya, kan?
Gicuuuu.

Karena aku nggak minta imbalan apapun, jadinya ya setidaknya nggak usah pake acara NYEPET gitu napa?

Tau gitu, kemaren-kemaren kagak usah dibantuin deh."Peduli amat deh, toh bukan anak buah guwee, bukan kerjaan guwee, bukan urusan guweee...", kan nggak mungkin aku bilang gitu ya.

Entah memang orang-orang disini yang nggak tau cara berterima kasih, atau memang mereka nggak tau apa itu namanya menghargai sesama, peduli sesama, menempatkan orang lain di posisi sendiri, endeswey, endesbrew, tralala, trilili atau apalah itu namanya. Tiap kali ditolong atau dibantu, ya walaupun nggak minta imbalan, setidaknya nggak usah ngebales dengan cara gitu lah, nggak usah nyerang atau nusuk dari belakang lah.

Ini bukan yang pertama kali, tapi BANYAK banget kejadian kayak gini, yang kalo diceritain satu persatu nampaknya bakal ngabisin kapasitas server di blog ini #alahlebay.

Baiklah.
Kalau itu memang mau kalian, IT'S OK!

Jadi, mulai saat ini, mulai detik ini, setelah saya selesai ngedip sekarang juga, SAYA NGGAK AKAN PEDULI LAGI.

Ketika ada karyawan yang ngeluh dengan fasilitas perusahaan, dengan peraturan yang nggak pada tempatnya, dengan atasan yang sewenang-wenang dan nggak peduli, dengan makanan catering yang tidak layak, dengan kerjaan yang nggak dimengerti, dengan temuan kerusakan apapun, SAYA NGGAK PEDULI.

Iya. Mulai detik ini saya akan jadi manusia yang nggak peduli sekitar, yang pundungan, yang apatis dan skeptis, yang autis [eh, itu mah dari dulu sih...]. Kalau mau toyor saya, boleh loh :)

Pokonya mulai detik ini, saya hanya akan mengerjakan job desk saya sebagai interpreter, translator, secretary dan Japanese speaking. Di luar itu, I'm sorry goodbye 
#lalu duet dengan KD

Toh sekuat dan segigih apapun usahaku buat lebih peduli dan mendengarkan semua keluh kesah orang-orang disini supaya disampaikan ke Bos langsung, dan setelah semua usaha juga bantuan itu dilakukan, balasannya malah ditusuk dari belakang. disilet-silet, didorong ke dalem sumur yang isinya Sadako.

Untuk kesekian kalinya, aku katakan kalau aku nggak tertarik dengan jabatan atau wewenang yang diiming-imingi Bos. Aku cuma senang melakukan pekerjaan yang kusukai. Bisa dapet penghasilan lebih dari yang karyawan lain dapatkan, aku anggap itu bonus dari Tuhan karena aku melakukan semua itu dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Bukan hasil dari nusuk orang dari belakang atau menjatuhkan karyawan lain dengan cara-cara kotor.

Saya cinta damai.
Piiiss ah! 
#lalu nyanyi bareng Alam 
#halah




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...