Kopi Pembawa Petaka (New Version)

16-Feb-12

Setelah beberapa waktu lalu aku pernah posting dengan judul sama, kini kasus baru muncul kembali dengan topik yang sama yaitu : Gara-gara kopi!!! 
Yup, kopi sodara-sodara!! Pada kasus baru ini ternyata pelaku alias si culprit pembawa petaka yang bikin heboh orang-orang sekantor tak lain dan tak bukan adalah orang yang sama dengan kasus sebelumnya. (lebaaaayy~ haha)

Yaitu Nyonya Besar yang Terhormat alias Kanjeng Mamih Ibu Akunting Sang Manager yang Sangat Diagungkan. *waduuhhh itu nama udah ngelantur ajeh..hohoho*


coffee2


Kalau sebelumnya si Nyonya Besar itu ribut gara-gara kopi dengan salah satu staff HRD yang memang keduanya sama-sama ngotot, sekarang nampaknya kasusnya lebih parah lagi. Karena cerita ini kudengar langsung dari temanku yang berada di TKP saat itu, jadi postingan ini pun berdasarkan cerita temanku itu. Kurang-lebihnya mohon maaf. Hohohohooo....

Cerita bermula dari pihak resepsionis dan OB yang mengganti kopi di pantry kantor. Biasanya kopi yang disediakan adalah kopi Nescafe dengan kemasan toples. Namun, karena kalau setiap kali beli harus yang toples, tentunya anggaran membengkak. Karena itulah pihak HRD mengganti dengan yang kemasan sachet. Karena kalau dipikir-pikir tidak ada bedanya. Toh, mereknya sama, rasanya sama, ukurannya sama, takarannya sama bahkan pabrik yang bikinnya juga sama, bukan? Hanya berbeda kemasan. Karena kalau beli yang sachet lebih murah, hanya saja memang agak repot memindahkan refill kopi ke dalam toples. Yahhh, kan nggak sampai berjam-jam kalau hanya untuk memindahkan kopi, bukan?

Semua orang yang biasa menikmati kopi pun tidak ada yang protes dan semua berjalan seperti biasa. Tapi tidak dengan si Nyonya Besar. Dia menolak mentah-mentah, tidak setuju dan TIDAK SUDI kopinya diganti. Alasannya adalah kalau kopi kemasan sachet TIDAK ENAK. Katanya lagi, kalau saat kopi kemasan sachet dipindahkan ke dalam toples, udara akan ikut masuk sehingga membuat rasa kopi jadi nggak enak.

Helloooooooooooooo.....baru denger tuh sodara-sodara. Seperti sudah aku sebutkan di atas tidak ada yang berubah dari kopi itu baik merek, rasa, takaran, dan pabriknya. Hanya KEMASAN, sodara-sodara. Emang ngaruh yah?? Ato itu cuma alasan si nyonya aja yang mengada-ada....
*Bagi yang ahli dalam per-kopi-kopi-an, mohon dikoreksi. Kalau-kalau memang udara yang masuk saat isi kopi dalam sachet berpindah ke dalam toples mempengaruhi rasa kopi.*

Dan sebagai bentuk penolakan dan ketidak-sudi-an si Nyonya Besar, ia pun mengambil tindakan. Untuk para bos di kantorku, setiap pagi OB cewek akan membuatkan kopi. Tentunya Nyonya Besar pun tidak terlewat. Tapi, karena dia tetap keukeuh bahwa rasa kopi itu tidak enak, kopi yang setiap pagi dibuatkan oleh OB itu dia buang. Dan parahnya lagi dia buang di depan mata OB cewek tersebut. Kebayang donk, gimana sakit hatinya OB tersebut?? Jahat banget, udah susah payah dibikinin kopi tiap pagi, tapi yang ada malah dibuang-buang, di depan matanya pulak!!! Ckckckckck...

Akhirnya karena merasa tidak enak hati dan tentunya mubazir banget kalau kopinya dibuang-buang terus, OB itupun berbicara dengan manager HRD yang sekaligus Assisten GM di kantorku. OB itu meminta saran apa yang sebaiknya dia lakukan. Dan manager HRD itupun menyarankan agar besoknya si Nyonya Besar itu tidak usah dibuatkan kopi. Karena untuk apa dibuatkan kopi, kalau ujung-ujungnya hanya untuk dibuang. OB cewek itu pun menuruti saran atasannya.

Besoknya, seperti saran manager HRD, OB tidak membuatkan kopi untuk si Nyonya Besar. Tapi apa yang terjadi, sodara-sodara???!!!! Jeng...jeng...Eng..ing..eng.... (kelamaan ah...emang sinetron??!! Hahaha..) Yang terjadi adalah si Nyonya Besar malah ngamuk-ngamuk. Dia merasa TIDAK DIHARGAI saat OB tidak membuatkan kopi untuknya. Dia merasa tidak dianggap sebagai seorang atasan dan Manager yang Agung saat OB tidak membuatkan kopi seperti biasanya. Masih mending kalau dia marah secara baik-baik dengan cara bicara baik-baik pada OB tersebut. Tapi, tidak begitu kenyataannya.
"Kamu ini apa-apaan sih?! Kenapa saya tidak dibuatkan kopi seperti biasa?!!! Kamu ini cuma bawahan, saya ini ATASAN!! Saya Manager!!!" 
kira-kira seperti itu yang dikatakan Nyonya Besar sambil tereak-tereak nggak karuan.

OB yang kebingungan karena tidak tahu harus berbuat apa hanya bisa bengong. Lha, kalau dibuatkan kopi malah dibuang. Giliran nggak dibuatkan (daripada mubazir dibuang-buang) malah mencak-mencak marah-marah sambil bawa-bawa jabatan pulak!!! Siapa yang nggak bingung?! Lagipula OB dan resepsionis juga sudah minta saran pada atasan mereka (yang tentunya jabatannya lebih tinggi dari Nyonya Besar), dan mereka tidak mengambil keputusan sendiri.

OB dan resepsionis yang kaget karena tiba-tiba didamprat seperti itu tidak tahu harus berbuat apa-apa dan hanya bisa menangis. Padahal mereka sudah berusaha bekerja sebaik mungkin, saat ada masalah mereka konsultasi dan meminta saran pada atasannya. Dan mereka pun menuruti saran dari atasan mereka. Tapi apa yang mereka dapat? Malah cacian dan makian seperti itu. Bukannya berterima kasih karena OB itu sudah sengaja nyubuh (pagi-pagi banget.red) datang ke kantor dan membuatkan kopi, tapi malah diperlakukan seperti itu.

Siapa pun pasti sakit hati, bukan? Jujur saja kalau aku jadi OB atau resepsionis itu, aku pasti langsung balas itu cacian si Nyonya Besar. Nggak peduli walaupun besok aku dipecat (lagian dia nggak berhak mecat aku, yang bisa cuma Big Bos seorang...hohohohhoooo!!).

Kini, setelah cerita menyebar ke seluruh penjuru kantor (emang cepat banget gosip menyebar, yah?!) semua orang pun menaruh simpati pada OB dan resepsionis itu. Dan berbalik mencibir perlakuan si Nyonya Besar. Rasanya tinggal menunggu waktu saja sampai masalah ini terdengar Big Bos. Walaupun aku setiap hari duduk di sampingnya, aku nggak mau ikut campur dengan menceritakannya pada si Bos. Biar saja, toh nanti dia juga tahu sendiri.Nampaknya, kalau tidak salah assisten GM sudah menyampaikan ke si Bos. Nggak tahu juga sih.... Soalnya tadi si Bos keburu pergi dinas luar dan nampaknya langsung pulang. Yahh....biarlah...Mudah-mudahan si Bos nggak nanya-nanya ke aku...males jawabnya. Hihihihihihi....

Yang namanya pekerjaan, mau semarah atau se-emosi apapun pada rekan kerja atau bawahan, tetap saja harus profesional. Jangan bawa-bawa perasaan atau masalah pribadi. Walaupun marah atau mau komplain, kan bisa dibicarakan baik-baik, ada etikanya, ada sopan-santunnya, ada bisnis manner-nya. Kita hidup berdampingan, bersosialisasi dan pasti selalu membutuhkan satu sama lain, tidak bisa hidup sendiri. Kalau tidak bisa menjaga hubungan baik dengan rekan kerja satu kantor saja, gimana kalau dengan orang luar?

Ternyata jabatan dan kekuasaan tidak menjamin seseorang bisa lebih baik daripada yang tidak memiliki apa-apa. Manusia akan selalu dinilai hatinya, bukan luarnya....
*sorry, endingnya aga berat...hehehe*




No comments:

Post a Comment

Shinjuku yang melelahkan

Beberapa waktu lalu saya pergi nonton Kimetsu no Yaiba movie di bioskop Shinjuku.  Saya pergi dengan 3 orang teman, sebut saja Intan, Eti da...