#JuliNgeblog #Day3 : Someday You Will Miss Today

3-Jul-13

Kusambar jaket kesayangan yang dari tadi tergantung manis di balik pintu kamarku. Setelah mengecek isi tas agar tidak ada yang ketinggalan, matikan lampu, laptop, kipas angin dan membawa sampah yang akan kubuang di depan, aku pun langsung melesat menuju tempat kerja. Tidak lupa kututup pintu kamar kosan dan menyapa kucing liar yang selalu tidur bermalas-malasan di teras kamarku setiap pagi.

Tidak sampai 5 menit, aku tiba di kantor. Pagi itu seperti biasa, kerja dari pagi hingga sore. Rutinitas yang sebetulnya membosankan, tapi entah kenapa aku senang menjalaninya. Hari ini kantorku kedatangan tamu engineer dari Jepang. Profesiku sebagai interpreter dan translator mengharuskan aku menemani para tamu itu untuk membantu mereka berkomunikasi. Suaraku serak karena harus menyampaikan semua pembicaraan dan penjelasan yang disampaikan para tamu itu, belum lagi jika ada staff kantorku yang bertanya, otomatis aku pun harus menyampaikan balik pada mister-mister dari Negeri Sakura itu. Jadi porsi bicaraku menjadi dua kali lipat.

Saat melihat sekeliling ruang kerjaku, entah kenapa aku seperti kembali ke masa-masa SMA-ku dulu. Masa ketika aku tak pernah berpikir soal pekerjaan, dan hanya memikirkan tentang ulangan yang sulit, guru yang galak, PR yang belum dikerjakan dan gebetan dari kelas sebelah. Setiap hari hanya diisi dengan bersenang-senang tanpa harus memikirkan tanggung jawab pekerjaan.
"Ntar pada mau kuliah dimana nih?" salah seorang temanku, Ratna, nyelutuk saat kami sedang istirahat siang di kantin.
"Aku disuruh mama sama papa harus ke jurusan teknik informatika, katanya masa depannya cerah. Padahal aku kan nggak minat." temanku yang seorang lagi, Intan, ikut menimpali.
"Kalo aku, disuruh jadi PNS, katanya supaya tenang dan kerjaannya stabil. Plus dapet pensiun juga." Anita ikut nimbrung dalam percakapan kami.
"Kamu gimana?" Anita bertanya padaku diiringi tatapan semua temanku.

"Aku pengen kuliah jurusan bahasa Jepang." aku berkata santai sambil menyeruput es jeruk.
"Tetep ya, kamu dari dulu suka banget ama yang berbau Jepang. Dari animasi, komik, sampai bahasanya juga. Nggak bosen tuh?" Intan terkekeh.
"Lagian kalo kuliah ntar, mending cari yang prospeknya bagus, gampang cari kerja, masa depan terjamin, dan punya pensiun. Lagian kalo kuliah jurusan bahasa, ntar paling jadi guru kursus. Sayang banget..." Anita berceloteh panjang lebar.

Sambil tetap menikmati es jeruk, aku menjawab santai "yang penting aku melakukan apa yang aku suka, nggak dipaksa ortu atau siapapun."
Memang, semua temanku akhirnya masuk kuliah dengan jurusan yang diharuskan orang tua mereka agar masa depan mereka cerah. Sedangkan aku tetap tidak bergeming dengan keputusanku sejak awal. Aku suka dengan segala hal yang berbau Jepang, dari mulai budaya hingga bahasa. Aku ingin mempelajari semua itu dengan lebih serius. Aku ingin kelak bisa menghasilkan pendapatan dari hobi yang kusukai itu.

"Dokumennya sudah selesai diterjemahkan?" seorang rekan kerja bertanya padaku, aku sedikit tersentak dan lamunanku akan masa SMA pun buyar.

Kini aku sudah bekerja, bekerja seperti yang kuinginkan sejak dulu. Bekerja dengan melakukan hal yang kusuka tanpa paksaan dari siapapun. Teman-teman SMA yang dulunya disuruh ini-itu oleh ortu mereka, kini memang sudah lulus kuliah dan bekerja. Tapi, entah kenapa aku sering mendapat kabar dari mereka kalau ternyata mereka tidak betah bekerja.Anita yang bekerja di bidang industri sudah berkali-kali ganti perusahaan. Dalam 3 tahun terakhir ia sudah 5 kali pindah kerja. Dengan alasan tidak betah, rekan kerja yang menyebalkan, bos yang bikin ubun-ubun keluar semua dan hal-hal lainnya. Sedangkan Intan yang memilih kuliah dengan jurusan populer yang katanya masa depannya cerah, ternyata hingga saat ini belum lulus kuliah. Entah apa penyebabnya, Intan tak pernah mau bercerita padaku. Padahal dulu ia termasuk siswi pandai dan aktif. Sedangkan Ratna, kini sudah menikah karena (lagi-lagi) suruhan ortunya yang mengharuskan ia segera berkeluarga. Padahal setahuku, Ratna ingin sekali kuliah dan meniti karirnya.

Yang setiap hari selalu kusyukuri adalah orang tuaku tak pernah memaksakan kehendak mereka. Mereka selalu membebaskanku melakukan apa yang kusuka. Dari mulai jurusan kuliah, pekerjaan hingga hobiku sendiri pun tak pernah mereka campuri.

Meski beberapa tahun lalu teman-temanku tak percaya dengan jalan hidup yang kupilih, tapi aku tidak ambil pusing dan tetap pada pendirianku. Aku ingin melakukan apa yang aku suka. Itu saja. Dan inilah yang aku suka, setiap hari aku bergelut dalam pekerjaan yang berhubungan dengan bahasa Jepang, bertemu banyak orang Jepang yang bisa kuajak ngobrol dan sharing soal kebudayaan mereka. Terkadang mereka pun memiliki rasa ingin tahu soal kebudayaan Indonesia.Selain itu, aku bisa mendapatkan penghasilan dari hobiku. Penghasilan yang amat sangat cukup bagi cewek single sepertiku, karena ternyata profesi penterjemah tidak bisa dianggap enteng dan berpenghasilan cukup tinggi. Aku pun pernah dikirim ke Jepang untuk membantu komunikasi staff lokal yang training ke sana. Impianku sejak kecil ingin menginjakkan kakiku di Negeri Sakura pun terwujud berkat hobiku.Terkadang kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita 5 atau 10 tahun ke depan. Tapi aku percaya, jika aku melakukan apa yang kusuka dengan sungguh-sungguh, pasti hasilnya pun akan baik. Aku suka dengan pekerjaanku, aku suka dengan kehidupanku sekarang, walau terkadang aku ingin kembali lagi ke masa-masa sekolah dulu. Masa dimana tidak ada beban dan hanya bersenang-senang. Masa dimana aku bisa selalu berkumpul bersama teman-teman dan membicarakan banyak impian.

*Cerpen ini ditulis untuk #JuliNgeblog #Day3 tantangan dari @NitaSellya dan @AlanalokaShop yang terinspirasi dari lagu Arashi - LIFE *



No comments:

Post a Comment

Nomikai

N omikai dalam bahasa Jepang secara harafiah berarti Drinking Party.  Biasanya diadakan di lingkungan kerja, kuliah, circle/club/community ...