Sayonara...

6-Jan-12

Pagi ini aku sedikit shock begitu melihat e-mail kantor. 
Disitu ada e-mail dari teman kerjaku dengan judul "Pamit". 
Dari judulnya aku sudah bisa menebak apa isi e-mail tersebut. Posisi dia di kantorku adalah sebagai Spv. HRD & GA. Aku sudah mengenalnya semenjak pertama kali masuk ke perusahaan ini. Dia banyak membantuku, baik dalam hal pekerjaan ataupun hal-hal yang bersifat pribadi. Dia sudah kuanggap seperti kakakku sendiri.Tapi, hari ini adalah hari terakhir dia bekerja di sini...

Sebetulnya sejak beberapa hari yang lalu aku sudah agak curiga kalau dia mau resign. 2 hari lalu ia tidak masuk karena sakit. Dan lagi, dia juga sekarang sedang mengandung anak ke-2 nya, jadi kupikir mungkin sakit karena itu. Lalu, besoknya ada e-mail yang mengabarkan kalau bakalan ada tamu dari Jepang yang akan datang ke kantorku. Biasanya untuk urusan booking hotel, pick-up airport, dan tiket penerbangan semuanya diserahkan ke temenku itu. Tapi, entah kenapa si Bos malah nyuruh staff HRD yang baru.

Aku sih waktu itu cuma bisa positif thinking, mungkin karena temenku itu lagi sakit jadinya nyuruh staff yang lain. Tapi, kalau dipikir-pikir, tamu dari Jepang itu kan datangnya akhir bulan, masa sih kalau temenku itu nggak biasa handle? Lalu, di hari yang sama pun, aku mendengar dari Spv. produksi (temenku juga) kalo temenku itu kontrak kerjanya cuma diperpanjang 3 bulan. Dengan alasan karena dia lagi hamil.

Yeeeee...bilang aja perusahaan nggak mau rugi kalau harus bayar cuti hamilnya temenku itu. Dasar pelit!!!
Dan yang kudengar juga, temenku itu nggak terima dengan perpanjangan kontraknya. Bayangin aja, dia udah kerja dan mengabdi di perusahaan selama 3 tahun, dan hingga kini statusnya masih pegawai kontrak. Lalu, saat sedang mengandung, kontraknya hanya diperpanjang selama 3 bulan. Yang tentunya dengan alasan yang dibuat-buat. Padahal, dari pendapat teman-temanku yang lain, kinerjanya sangat bagus, orangnya ramah, responnya cepat, bisa dipercaya bahkan terkadang jadi tempat curhat karyawan yang lain (termasuk aku), dan lagi dia sudah banyak melakukan banyak kaizen (improve) untuk perusahaan.

Tapi, perusahaan tidak memberikan feed back yang layak baginya. Siapapun pasti tidak akan terima jika diperlakukan seperti itu. Sudah mengabdi segenap hati, tapi yang didapat malah seperti itu. Memangnya orang-orang atas (management-red) nggak punya perasaan yah?? Coba bayangkan kalau seandainya Ibu atau istri mereka sendiri yang diperlakukan seperti itu, bagaimana rasanya? Pasti nggak terima, kan? Hhhhh....nggak ngerti deh.

Aku sendiri pun nggak bisa berbuat apa-apa. Ketika aku tanya alasan temanku itu resign, dia hanya menjawab karena ingin istirahat dulu sambil menunggu kelahiran bayinya, sambil dibarengi senyum yang dipaksakan. Aku sendiri sudah tahu sih, alasan sebenarnya. Tapi, yah sudahlah. Mungkin ini keputusan yang terbaik untuk temanku.

Dan kini, saat aku ingin curhat baik itu masalah pekerjaan atau hal pribadi, aku tidak bisa diskusi lagi dengan temanku itu. Memang sih, masih ada teman-temanku yang lainnya, tapi temanku yang satu ini menurutku yang paling dewasa dan orangnya asik, jadinya enak diajak curhat. Dia juga selalu bisa menghibur dan menyemangatiku saat aku sedang down....Besok pasti sepi sekali tanpa kehadirannya.


PS : Special for Ibu Tri Wahyuni, good luck and do your best. We'll miss u.... Thanks for everything.




No comments:

Post a Comment

Shinjuku yang melelahkan

Beberapa waktu lalu saya pergi nonton Kimetsu no Yaiba movie di bioskop Shinjuku.  Saya pergi dengan 3 orang teman, sebut saja Intan, Eti da...