hard lense

4-Oct-13

Setelah beberapa waktu lalu mataku meradang akibat penggunaan contact lense yang kurang bersahabat, akhirnya aku memutuskan buat coba pakai hard lense.

Sebetulnya, waktu itu meradang nggak parah-parah amat, cuma berair dan belekan *halah*. Itu juga dikarenakan soft lense yang dikira hard lense. Waktu itu penjualnya bilang kalo yang aku pakai adalah hard lense karena ukurannya lebih tebal dan harganya juga lebih mahal ketimbang soft lense biasa.

Aku yang cuma orang awam ini mangut-mangut aja percaya bahwa benda yang kupesan ampe berbulan-bulan itu adalah hard lense.

Begitu check up ke dokter mata dan soft lense yang biasa aku pakai dicek, ternyata lensa yang kupercaya dan kudewakan sebagai hard lense itu hanyalah soft lense biasa, pemirsah! Bahkan kata dokternya, harganya terlalu mahal untuk ukuran softlense biasa.

Aku ditipuuuu!!! *cih

Nggak cuma diboongin bahwa itu hard lense dan harganya selangit pulak, ibu dan bapak dokter *gaya ya, dokternya aja ampe dua* bilang kalo ukuran lensa dengan bola mataku nggak pas. Sehingga menyebabkan adanya ruang kosong antara bola mata dan soft lense yang jadi sarang kuman. Itulah yang bikin mataku meradang dan belekan tadi.

Nggak mau ambil risiko lagi, aku pun langsung ganti soft lense dan cek ukuran bola mata, sekaligus pesen hard lense langsung di salah satu rumah sakit mata terbesar di Bandung itu. Prosedurnya ribet dan lamaaa, tapi demi mata yang sehat dijabanin juga deh.

Setelah nunggu sekitar 3 bulan, akhirnya hard lense ku jadi juga. Kenapa jadinya lama? Soalnya barangnya improt dari luar dan harus pesan khusus. Nggak bisa beli sembarangan di pinggir jalan kayak soft lense-soft lense biasa. Tapi harganya juga selangit, bok! Awalnya berasa dirampok, tapi setelah lihat masa pakainya yang ampe 3 tahun *itu kalo pakenya apik dan nggak males bersihin ya*, ternyata lumayan hemat juga^^

Punya hard lense baru, pastinya pengen langsung coba donk. Begitu lensa di tangan, langsung deh dipake. Ternyata oh ternyata, adaptasi hard lense amat sangat berbeda dengan soft lense. Kalo soft lense cukup 2-3 hari udah langsung terbiasa, beda dengan hard lense yang makan waktu ampe 2 minggu bahkan 4 minggu untuk adaptasi.

Awalnya, mata bakalan "menolak" kehadiran hard lense yang sifatknya keras sebagai benda asing. Seperti kalo mata kita kelilipan debu, pasti langsung ditolak dan berasa perih bahkan sampai mengeluarkan air mata. Sama seperti hard lense. Ampe beberapa hari mataku perih dan berasa kemasukan pasir 5 kilo *lebay ah*.

Setelah adaptasi perih-perihan beres, berikutnya adaptasi pergerakan bola mata. Awalnya sama sekali nggak bisa lirik kiri-kanan apalagi ke atas. Cuma bisa memandang lurus. Begitu mau lirik ke atas, rasanya beraaat dan lengket. Rempong deh.Tapi, selang seminggu lama-lama mata mulai terbiasa dan bisa lirik-lirik kemana pun aku suka.*apalagi lirik cowok ganteng #plaakk*

Takut kenapa-napa, aku pun cari-cari info seputaran hard lense. Dan ternyata gejala yang aku alami itu memang normal. Bahkan ada yang perlu adaptasi hingga 1 bulan. Pokonya selama beberapa minggu ini wayahna weh lah, sabar aja...

Pake hard lense ribet, mahal dan penuh derita *hadeuh* tapi kenapa masih juga dipake?
Kan mending soft lense aja yang simple dan murmer.

Ini nih alasan aku pakai hard lense :

1. Selain minus, mataku punya kelainan astigmatis alias silinder. Itutuh, kalo liat huruf atau benda kecil dari jauh, suka keliatan kayak ada ekornya alias berbayang. Kalau pake softlense, kelainan astigmatis ini nggak bisa dikoreksi dan jadinya malah makin pusing. Dengan menggunakan hardlense, penghilatan pun jadi lebih tajam.

2. Atas saran dokter, mata minusku yang cukup besar akan lebih baik kalau pakai hard lense. Yah, nurut aja deeehh.

3. Hard lense nggak mudah robek karena bahannya yang lebih keras ketimbang softlense. Jadinya dampak iritasi akibat softlense yang robek pun bisa diminimalisir.

4. Perawatan lebih simple dan nggak seribet softlense. *tapi teuteup kudu apik*

5. Masa pakai yang lebih lama. *jajan awet, jajan aweeett*Intinya sih, aku memilih yang aman dan nyaman, serta sesuai saran dokter yang notebene lebih tahu dibandingkan aku yang awam. Lagian dokter juga nggak akan menyesatkan pasiennya kan :))

Oia, ada happening nih pas kemaren pertama kali nyoba hard lense.

Setelah puas coba-coba, aku bermaksud mau lepas hard lense soalnya udah malem dan mau tidur. Etapi...etapi...baru keingetan deh kalo aku nggak tau gimana caranya melepas hard lense *dudul*. Meski udah hatam cara melepas softlense, tapi melepas hard lense caranya beda dan nggak bisa dilepas begitu aja.

Setelah berjam-jam berkutat di depan kaca, sampe putus asa dan berniat begadang semalaman trus besok paginya langsung ke dokter mata buat minta dilepasin hard lense-nya *sekalian minta diajarin cara lepasinnya juga*. Akhirnya, teringat mbah gugel yang hebad tea. Langsung deh gugling dan cari-cari cara or tutorial melepas hard lense. Untungnya nemu dan ternyata caranya pun amat sangat simple.

Fiuhhhh, bisa juga deh dilepas lensa-nya dan aku terhindar dari begadang semalaman :D



No comments:

Post a Comment

Shinjuku yang melelahkan

Beberapa waktu lalu saya pergi nonton Kimetsu no Yaiba movie di bioskop Shinjuku.  Saya pergi dengan 3 orang teman, sebut saja Intan, Eti da...