#Day20 : Menyerah? Atau Lanjut?

5-Sep-13

Kemarin malam aku nonton TV Show Jepang berjudul 24 Hours Television .
Acara ini adalah acara rutin setahun sekali tiap musim panas di Jepang yang diadakan untuk charity. Karena acaranya untuk charity, isi acara pun tidak jauh dari tema kemanusiaan dan kepedulian pada sesama. Di acara itu ada satu segmen dimana seorang selebritis Jepang (FYI, selebritis Jepang itu adalah Matsujun-nya Arashi^^) mengadakan latihan Tap Dance bersama anak-anak yang nantinya akan ditampilkan di Budokan-Tokyo.

Anak-anak yang ikut Tap Dance ini bukanlah anak-anak biasa, melainkan para penderita tuna rungu yang otomatis tidak dapat mendengar suara apalagi musik dance. Mungkin banyak orang meragukan bahwa penderita tuna rungu bisa menari dengan baik bersama-sama, sedangkan irama musik dan hentakan saja mereka tidak dapat menangkapnya.

Tapi dengan latihan intensif, dibimbing oleh pelatih handal serta tentunya semangat yang tak kenal menyerah dari semua anak-anak penderita tuna rungu itu, Tap Dance pun dapat ditampilkan dengan baik. Pada awalnya banyak hambatan dan rintangan yang mereka hadapi. Yang paling utama adalah menyelaraskan irama agar nada Tap Dance mereka sama. Satu orang saja salah dan keluar dari irama, maka dipastikan Tap Dance yang akan mereka bawakan jadi amburadul.

Satu-satu peserta dance diberikan arahan dengan sabar, ditanyakan apa kesulitan mereka, dan selalu disemangati. Bagaikan ada dinding besar berdiri di hadapan mereka, tapi mereka tak kenal menyerah dan terus berusaha menghancurkan dinding itu. Hasilnya, mereka semua dapat menampilkan Tap Dance dengan sangat baik dan begitu memukau di hadapan pemirsa di seluruh Jepang. Aku sampai terharu dan banjir air mata melihatnya.

Begitu TV Show selesai, aku jadi sedikit merenung *halah, gaya euy pake acara merenung*. Di situ kulihat anak-anak tuna rungu begitu semangat dan nggak kenal menyerah. Meski banyak yang meragukan dan hampir mustahil, tapi mereka terus maju.Entah kenapa, aku jadi teringat acara belajar nyetir mobil yang baru dua minggu ini aku lakonin. Padahal baru saja dua minggu belajar dan hasilnya memang kacau alias amburadul, tapi begitu mudahnya aku menyerah, pundung dan berniat nggak mau belajar nyetir lagi. Dibujuk seperti apapun aku tetep keukeuh nggak mau meneruskan belajar nyetir.

Rasanya, kok aku cemen banget ya. Rasanya kok aku begitu kerdil. Baru gagal belajar nyetir dua minggu aja udah nyerah dan pundung. Bandingkan sama para peserta Tap Dance yang sampe jatuh bangun belajar dance. Aku yang baru dimarahin guru nyetir nyebelin itu aja udah galau setengah mati, bandingkan sama para peserta dance yang tiap hari digembleng dengan keras oleh para pelatihnya.

Aku yang memiliki tubuh sempurna ini saja gampang menyerah, padahal mereka yang tidak memiliki kemampuan mendengar saja nggak kenal menyerah. Asli deh, rasanya kok kayak ditampar gitu. Rasanya maluuuu banget sama anak-anak tuna rungu itu.So, mau lanjut belajar nyetir?

Pastinya.Tapiiiii, teteub GANTI GURU! Pokonya aku nggak mau ngeliat wajah songong guru nyebelin itu. Ganti! Ganti! Ganti! Titik.

Ganti sama babeh juga nggak apa-apa.

Masih ada sisa dua kali pertemuan lagi di tempat kursus. Semoga aku bisa semakin lancar nyetir mobil dan dapet SIM A. Dan tentunya, semoga guru nyebelin itu hilang dari muka bumi hadapanku.

Amiiin.



No comments:

Post a Comment

Shinjuku yang melelahkan

Beberapa waktu lalu saya pergi nonton Kimetsu no Yaiba movie di bioskop Shinjuku.  Saya pergi dengan 3 orang teman, sebut saja Intan, Eti da...