3-Jan-14
Setiap awal tahun, di kantorku pasti ada hajatan, eh...acara penilaian
karyawan. Penilaian dilakukan dengan melihat hasil KPI (Key Performance
Indicator) setiap karyawan. KPI ini berisikan target-target selama
setahun ke belakang (sesuai dengan job desk-nya), kaizen
(improvement) yang sudah dilakukan (baik itu dari segi pekerjaan hingga
cost down), dan tentunya absensi kehadiran. Pokonya, isi KPI ini murni
hasil kerja karyawan yang dapat diukur dengan angka alias riil. Nggak
ada campur tangan esmosi, rasa belas kasihan, apalagi dendam kesumat.
Semua pake angka riil. Jadi kalo targetnya 100% terpenuhi, cost down
bisa sampe 50%, tapi absensinya anjlok di bawah 50%, ya tinggal
hitung-hitung sesuai rumus deh.
Dan voilaa, keluar tuh nilai keseluruhan
untuk kinerja kita selama setahun itu.Biasanya nilai itu akan
berpengaruh pada salary yang akan diterima di tahun berikutnya. Apakah
naik, tetap atau malah dipotong.
Karyawan yang kebagian kudu ngisi KPI
adalah para petinggi *halah* yang punya jabatan. Dari mulai Leader
hingga General Manajer. Aku sendiri sebetulnya hanya rakyat biasa tanpa
jabatan yang tugasnya melototin hurup kanji dari Planet Namec dan
terjemahin bahasa Naruto kalo si Bos lagi uring-uringan di ruang miting.
Tapi, entah kenapa si Bos keukeuh pengen aku bikin KPI.
Supaya kerjanya
punya target dan motivasi, cenah...
Akhirnya dibuatlah KPI dan
dilakukan monitoring selama setahun itu, agar ketahuan apakah
target-target kerjaan aku sesuai dengan KPI atau tidak.
Setelah setahun
berlalu, biasanya ada interview untuk membahas KPI yang akan dilakukan
oleh Bos-ku selaku Director dan wakilnya alias Bapak Asst. GM.
Para
karyawan disini biasanya menyebut istilah interview ini sebagai EKSEKUSI
*cadass, mameeen...*
Kenapa disebut eksekusi, karena seorang karyawan
nampak tidak berdaya berhadapan dengan dua petinggi perusahaan sambil
dibombardir dengan beragam pertanyaan terkait KPI yang dibuatnya.
Apalagi kalo KPI-nya jauh dari target, pasti diinterogasi terus-terusan
ampe berbusa.
Kemarin aku pun kebagian eksekusi oleh para petinggi itu.
Mana waktu eksekusinya pas bel pulang lagi. Kirain nggak bakalan jadi,
udah beres-beres laptop, dokumen dan siap-siap ngacir, tiba-tiba si Bos
nelepon dan manggil aku ke atas *nelen ludah*.Tiba di ruang eksekusi,
langsung duduk rapi, tegang dan pandangan lurus ke depan *nggak pake
kedip-kedip manja, tentunya*.Para petinggi itu langsung mengeluarkan dan
baca-baca KPI punyaku.
Gaswaaatt!
Data-data penunjang KPI lupa dibawa.
Padahal udah disiapin saban hari, tapi gara-gara kaget dan buru-buru
tadi, malah kelupaan.
Seperti yang sudah diperkirakan dua bos besar dan
bos kecil mengajukan beberapa pertanyaan mengenai KPI yang aku buat. Ada
1 item yang tidak memenuhi target. Untungnya aku udah latihan vocal
ngejawab kalo-kalo ditanya soal target yang belum tercapai itu, berikut
alasan ngelesnya dan tindakan perbaikannya. Pokoknya semua bahasa dan
kata-kata diplomatis dikeluarin deh, biar gaya gituh.
Pak Bos pun
berkata, "Hmmm, begitu ya. Jadi yang ini karena masih progres makanya
kasusnya belum close. Jadi berpengaruh pada targetnya. Oh, yang ini
melebihi target. Ok. Hmm, kaizen-nya sedikit ya. Harus ditingkatkan.
Oke. (itung-itung pake sempoa
kalkulator). Jadi nilainya segini, ya? (lirik Big Bos)."
Aku pun
menunggu wejangan, nasihat, masukan, saran, umpatan, cacian dan makian
yang akan dilemparkan Bos padaku *pengennya sih nunggu lemparan THR,
tapi nggak mungkin lah ya...*"Ok. Cukup. Terima kasih. Silakan kembali
ke tempat kerja anda." Asst. GM itu mempersilakan aku kembali. Sedangkan
Big Bos cuma ngangguk-ngangguk.
Masih melongo. Nggak percaya. Dan aku
masih bengong di kursi."Oh...Oh iya, Pak. Terima kasih. Selamat sore."
*perlu cipika-cipiki, nggak?*
That's it?
Cuma itu?
Trus, kata-kata
diplomatis yang udah aku siapin dari tadi buat apa?
Kata-kata ngeles dan
beribu alesan yang aku latih saban hari buat mengelak kalo aku ditanya
macem-macem itu buat apa?
Mental baja, hati batu dan seribu tameng yang
udah aku pasang buat persiapan kalo disemprot dan dimarahin sama bos,
dikemanain nih?
Keluar dari ruang eksekusi, aku cuma mangap *awas, ada
laler masuk!* dan bengong.
Kirain bakal digimanain.
Ternyata.....
Atau
jangan-jangan, si Bos udah eneg dan puyeng ngeliat aku, jadinya disuruh
cepet-cepet keluar ruang eksekusi.
Watir amat....
Yah, sudahlah ya.
Mungkin hari itu dua bos besar dan bos kecil baru dapet arisan, jadi mood-nya lagi bagus dan nggak mau marah-marah.
Haha.
No comments:
Post a Comment