#JuliNgeblog #Day12 : Penghapus Ingatan

12-Jul-13

Kemarin aku buka-buka blog lama edisi jaman jebot dan menemukan beberapa postingan yang sedikit lebay campur 4l4Y dan lumayan cetar membahana, yang ternyata kalau dibaca ulang amat sangat tidak membangun apalagi mendidik bagi generasi selanjutnya *Aishh, baru opening udah bikin enek..*

Akhirnya tanpa pikir panjang *sebetulnya dipikir dulu dari kemarin-kemarin sih, tapi yah sudahlah..* akhirnya aku hapus deh postingan-postingan gajebo itu. Isinya? Kebanyakan curcol nggak penting soal cerita cinta gila *halah* dan masa-masa indah *halah (lagi)*. Tadinya nggak niat dihapus buat nostalgila dan lucu-lucuan, tapi ternyata tidak ada satu pun isi dari postingan itu yang bisa membuat aku introspeksi dan membangun diri di masa yang akan datang "tsaahh, gaya amat bahasanya*

Setelah semua postingan gajebo itu dihapus, aku sempat berpikir entah kenapa beberapa bulan terakhir ini rasanya begitu mudah menghapus atau membuang sesuatu. Dulu nih ya, waktu masih zaman SMA dan kuliah *nggak dulu-dulu amat sih, keliatan ntar tua-nya*, aku termasuk tipe yang susaaahhhh menghapus atau membuang sesuatu. Mulai dari SMS lucu atau iseng, ucapan ulang tahun dari temen atau kata-kata indah pasti lama tersimpan di memori HP. Apalagi SMS dari gebetan. Bok, walaupun cuma SMS nyapa dari sang idola sekolah or kampus, teteeeuup disimpen di memori HP dan memori hati tentunya #uhuk. Apalagi kalo gebetan ngucapin ulang tahun, duhhhh nggak bakalan dihapus seumur hidup kayaknya.

Dulu aku juga sering nulis pengalaman seru bareng gebetan di komputer jadulku. Tapi, berhubung komputer-nya sudah tua dan harus hibernasi panjang, maka semua file ikutan ngilang. Anehnya aku cuma lempeng dan nggak berusaha nyari file-file kenangan yang ngilang itu (dulu belum kenalan sama blog, jadinya cuma ngetik di Word komputer).

Memasuki dunia kerja, entah kenapa jadi nggak begitu ngebet sama hal-hal yang aku sebutkan di atas. SMS langsung dihapus (karena menuhin inbox), bahkan e-mail dan postingan blog pun kadang aku hapus. Awalnya sih, postingan blog biasanya aku posting privat, tapi dipikir-pikir buat apa? Langsung hapus aja deh. Pernah juga sih dapet SMS dari gebetan atau partner yang teruuuss aku simpen. Tapi begitu gebetan itu ngilang dan aku udah nggak berminat lagi *beuuh* atau partnerku yang sudah tidak jadi partner lagi, langsung dihapus aja. Saat kemarin ngehapus postingan gajebo itu pun, aku nggak merasakan rasa bimbang atau ragu sedikitpun. Tinggal klik-klik postingan yang mau dihapus dan delete. Selesai deh.

Begitu ringan tanpa beban.

Apakah aku yang sekarang ini kelewat cuek dan tidak peduli? Sifat cuek sih dari dulu udah mendarah daging, mungkin sekarang malah tambah parah. Jujur saja, dulu aku pernah suka sama seseorang dan bertahan hingga 6 tahun lamanya, bahkan hingga orang itu pergi jauh dan aku (dengan bodohnya) tetap menunggu. Tapi sekarang? Pas lagi ngeceng atau suka ama seseorang, tapi ternyata nggak bersambut, ya udah lupain aja dan cari yang lain. Toh, masih banyak yang lebih baik, kan? Masih banyak ikan di laut sana *lalala*

Se-simple itu pikiranku sekarang. Entah ini perubahan menuju arah yang baik atau mungkin sebaliknya.Pernah terpikir nggak kalau saja otak dan pikiran kita punya suatu program atau alat yang bisa membuat kita dengan mudahnya menghapus segala ingatan, kenangan atau hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti sebuah PC yang tinggal klik dan semua file yang tidak diinginkan dan dianggap cuma sampah bisa kita buang dan hapus.

Dihapus untuk selama-lamanya.Terkadang kalau lagi galau *masih musim?* pengennya sih punya penghapus ingatan. Tinggal delete ini-itu, yang nyebelin dihapus, yang bikin nyesek dibuang dan yang bikin kesel hingga ubun-ubun langsung didepak dari dalam hati, otak dan pikiran. Tapi itu saat pikiran dan hati lagi nggak stabil yang seringnya nggak bisa berpikir panjang. Yang penting lepas dari semua hal-hal yang bikin nggak enak tanpa tahu dampak kedepannya. Titik!

Tapi, gimana kalau semua yang menyebalkan dan menyesakkan itu justru yang bisa bikin kita introspeksi di kemudian hari? Kalau udah terlanjur di delete dan nggak ada recycle bin yang bisa restore lagi file yang udah dihapus, ya udah hilang entah kemana. Kita nggak bisa belajar dari kesalahan masa lalu, karena apa yang mau dipelajari toh "bahan materi"nya udah dihapus. Boro-boro mau dipelajari, lha inget juga kagak. Dan akhirnya, malah berbuat kesalahan yang sama lagi dan lagi. Terus dan terus tanpa bisa belajar dan memperbaiki diri.

Jadi, mungkin ada baiknya ingatan dan kenangan masa lalu yang menyakitkan itu tidak bisa dihapus. Tujuannya untuk introspeksi dan agar tidak membuat kesalahan yang sama. Saat akan mengulang hal tidak baik, pasti keingetan kalau dulu juga pernah berbuat hal yang sama dan hasilnya nggak bagus, maka nggak akan dilakukan lagi deh.

Misalnya, ketemu orang nyebelin dan pengennya ngehapus semua ingatan tentang dia. Mending nggak usah kenal aja deh. Atau pengen menghapus mantan dari ingatan? *ada yang kesindir? Ada yang kesindiiirr?* Tapi, kalau dihapus ntar malah ketemu lagi dengan orang yang sama nyebelin atau bahkan lebih. Kalau udah pernah kenal orang yang nyebelin, pasti lama-lama tahu bagaimana menghadapi orang kayak gitu.

Bagaimana kalau dibalik? Kita *ih, elo aja kali...* dianggap menyebalkan oleh seseorang dan ingin menghapusnya dari ingatan dia. Saat ketemu di jalan, tiba-tiba kita nyapa dan dia jawab, "Siapa elo? Nggak kenal." Mending kalo kitanya juga sama-sama sebel. Tapi kalau ternyata kita suka sama dia? Nangis darah deh...

Atau saat kita mengalami kecelakaan di jalan. Trauma dan pengennya ngelupain momen buruk itu. Saat ingatan akan momen tersebut dihapus, memang trauma akan hilang. Tapi kita jadi nggak tahu gimana rasanya kecelakaan itu. Gimana rasa sakitnya. Gimana rasa kagetnya. Dan gimana rasa khawatirnya. Kalau ingatan tidak dihapus, kita tahu bahwa kecelakaan itu sangat sakit, takut dan khawatir. Makanya, supaya tidak terjadi lagi, harus lebih hati-hati. Kalau ingatan dihapus, lempeng-lempeng aja deh. Kan ada tuh orang yang baru bisa bersikap hati-hati setelah ada kejadian buruk menimpanya. Kalau belum ngerasain sih, cuek aja *hoho*

Begitu juga patah hati *pisomanapiso*. Pengennya sih semua rasa sakit akibat patah hati ini dihapus hingga bersih..sih..sih...sih. Padahal patah hati itu sebuah proses. Proses dimana kita bisa membuat diri kita lebih kuat. Saat perasaan tidak bersambut, saat perasaan dilukai, saat perasaan hancur lebur dan saat terpuruk, kita jadi belajar bagaimana keluar dari semua itu, belajar memperbaiki sikap, dan belajar menghibur diri. Kalau tiap kali patah hati dihapus, tiap kali ditolak dihapus, lalu sewaktu-waktu alat penghapus itu rusak dan tidak bisa dipakai lagi? Bisa langsung down dan kehilangan arah....

Eeehh...kenapa postingannya jadi panjang melebar kemana-mana ginih?

Intinya sih, aku bersyukur masih bisa mengingat dengan baik semua momen dan kenangan yang pernah terjadi. Baik itu momen indah ataupun menyakitkan. Banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran dan introspeksi diri. Semoga momen-momen yang menyakitkan itu tersimpan di suatu tempat dan saat mengingatnya kembali, aku bisa mentertawakan diriku yang begitu bodoh saat itu :-)



ac368430773a9a5fea4d4afcf0c6458c_255130_1672111016617_67955_n 


(Nandomo nandomo keshite sugite yaburete shimatta, shita no peeji ni kimi no kimochi kakushite atta)
 Berkali-kali kuhapus dan terus kuhapus hingga kertasnya robek, padahal perasaanmu yang sebenarnya tersembunyi di balik kertas itu.)
*Ninomiya Kazunari - Himitsu*



No comments:

Post a Comment

Nomikai

N omikai dalam bahasa Jepang secara harafiah berarti Drinking Party.  Biasanya diadakan di lingkungan kerja, kuliah, circle/club/community ...