9-Sep-13
Setelah 3 hari ke belakang posting rada-rada gajebo, hari ini aku mau
posting rada seriusan *emang situ pernah posting serius? *.
Lanjut.Satu
hal yang selalu aku kagumi dari ibuku adalah beliau ini sukaaa banget
menolong dan memberikan bantuannya, terutama sama adik-adik atau
sodara-sodaranya.
Kemarin ibuku cerita kalo salah satu kakaknya, suaminya
(Pamanku) nggak kerja lagi karena di berhentikan dari perusahaannya.
Kakaknya Ibu ini (alias bibiku) lagi sakit-sakitan. Beberapa waktu lalu
bibiku terkena stroke dan sekarang masih dalam masa pemulihan. Singkat
cerita, Pamanku diberhentikan karena ia jarang masuk, soalnya harus
mengurus bibiku yang sakit. Anak tertuanya kerja dan yang bungsu masih
sekolah. Otomatis harus bergantian merawat bibiku yang sakit.
Ibuku
adalah anak ke-9 dari 12 bersaudara *Emak-emak jaman dulu rajin bikin
anak, ya*, dan dia sangat dekat dengan bibiku ini dibandingkan dengan
kakak atau adik yang lainnya. Makanya, sebisa mungkin Ibuku ingin
membantu semampunya. Belum lagi, beberapa tahun yang lalu anak ke-2 dari
bibiku ini meninggal, yang kemungkinan menjadi salah satu penyebab
bibiku sakit-sakitan sekarang ini.
Mungkin tidak banyak, tapi Ibu selalu
berusaha meringankan beban bibiku. Mulai dari kasih kue lebaran
buatannya, bantu-bantu kasih uang jajan untuk anak bibiku yang bungsu,
sampai selalu menengok bibiku dikala Ibu senggang.
Sebelumnya juga ada
adik Ibuku (Tante) yang kesulitan uang. Suaminya nggak pulang-pulang
*Bang Toyib, donk* dan masih harus mengurus serta membiayai keempat
anaknya. Kadang Ibu membantu memberikan uang belanja, atau menyekolahkan
anak-anak tanteku, atau sekadar memberikan mereka uang jajan dan baju
baru. Kini, Tanteku sudah mempunyai pekerjaan tetap dan cukup untuk
biaya sehari-hari, jadinya Ibu pun mengalihkan bantuannya pada
bibiku.
Padahal, aku tahu Ibu tidak setiap saat memiliki kelebihan uang.
Terkadang beliau juga harus membayar cicilan ini-itu, biaya sehari-hari
dan banyak lagi. Tapi, beliau tidak pernah mengeluh apalagi
menelantarkan adik dan kakaknya. Ibu juga tidak pernah meminta tambahan
uang padaku untuk menutupi kekurangan atau biaya yang lainnya. Selama
masih bisa membantu, pasti Ibu bantu. Apakah dibalas atau tidak, Ibu
tidak pernah memusingkannya.
Kadang aku berpikir, bisa tidak ya aku
seperti Ibu, yang selalu tulus menolong orang lain tanpa memikirkan
dirinya sendiri. Kadang saat mau menolong orang lain, bahkan saudara
sekalipun, aku masih berpikir panjang. Memikirkan untung-ruginya, apakah
saudara/teman yang kita bantu akan membalas kebaikan kita juga atau
tidak, apakah nanti akan ada ganti dari hal baik yang kita lakukan, dan
sederetan pikiran-pikiran lainnya *mau nolong orang aja pake mikir ya
-iya, itu saya pemirsa-*
Kadang kita *kita? elo aja kali* masih terlampau
egois, terlalu memikirkan diri sendiri, dan tutup mata pada kesulitan
orang lain. Kadang masih terpikir, "Ngurus diri sendiri aja udah susah,
gimana harus bantuin orang lain?" Duh, egois banget ya. Padahal bantuan
sekecil apapun, justru sangat berarti buat mereka yang membutuhkan.
Walau
kecil dan nampak sepele, tapi kalau bisa bikin orang lain tersenyum,
bukankah itu juga kebahagiaan kita?
Seseorang pernah bilang, "Jika kamu
melakukan sesuatu hal yang baik, percayalah bahwa balasan baik pun akan
datang padamu."Jadi, nggak ada salahnya kan berbuat baik :))*
PS : Meski tidak pernah mengajarkan dan mengguruiku, tapi terima kasih untuk Ibu yang selalu memberikan contoh baik padaku.
No comments:
Post a Comment