#Day24 : Just Give

9-Sep-13

Setelah 3 hari ke belakang posting rada-rada gajebo, hari ini aku mau posting rada seriusan *emang situ pernah posting serius? *.

Lanjut.Satu hal yang selalu aku kagumi dari ibuku adalah beliau ini sukaaa banget menolong dan memberikan bantuannya, terutama sama adik-adik atau sodara-sodaranya.

Kemarin ibuku cerita kalo salah satu kakaknya, suaminya (Pamanku) nggak kerja lagi karena di berhentikan dari perusahaannya. Kakaknya Ibu ini (alias bibiku) lagi sakit-sakitan. Beberapa waktu lalu bibiku terkena stroke dan sekarang masih dalam masa pemulihan. Singkat cerita, Pamanku diberhentikan karena ia jarang masuk, soalnya harus mengurus bibiku yang sakit. Anak tertuanya kerja dan yang bungsu masih sekolah. Otomatis harus bergantian merawat bibiku yang sakit.

Ibuku adalah anak ke-9 dari 12 bersaudara *Emak-emak jaman dulu rajin bikin anak, ya*, dan dia sangat dekat dengan bibiku ini dibandingkan dengan kakak atau adik yang lainnya. Makanya, sebisa mungkin Ibuku ingin membantu semampunya. Belum lagi, beberapa tahun yang lalu anak ke-2 dari bibiku ini meninggal, yang kemungkinan menjadi salah satu penyebab bibiku sakit-sakitan sekarang ini.

Mungkin tidak banyak, tapi Ibu selalu berusaha meringankan beban bibiku. Mulai dari kasih kue lebaran buatannya, bantu-bantu kasih uang jajan untuk anak bibiku yang bungsu, sampai selalu menengok bibiku dikala Ibu senggang.

Sebelumnya juga ada adik Ibuku (Tante) yang kesulitan uang. Suaminya nggak pulang-pulang *Bang Toyib, donk* dan masih harus mengurus serta membiayai keempat anaknya. Kadang Ibu membantu memberikan uang belanja, atau menyekolahkan anak-anak tanteku, atau sekadar memberikan mereka uang jajan dan baju baru. Kini, Tanteku sudah mempunyai pekerjaan tetap dan cukup untuk biaya sehari-hari, jadinya Ibu pun mengalihkan bantuannya pada bibiku.

Padahal, aku tahu Ibu tidak setiap saat memiliki kelebihan uang. Terkadang beliau juga harus membayar cicilan ini-itu, biaya sehari-hari dan banyak lagi. Tapi, beliau tidak pernah mengeluh apalagi menelantarkan adik dan kakaknya. Ibu juga tidak pernah meminta tambahan uang padaku untuk menutupi kekurangan atau biaya yang lainnya. Selama masih bisa membantu, pasti Ibu bantu. Apakah dibalas atau tidak, Ibu tidak pernah memusingkannya.

Kadang aku berpikir, bisa tidak ya aku seperti Ibu, yang selalu tulus menolong orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri. Kadang saat mau menolong orang lain, bahkan saudara sekalipun, aku masih berpikir panjang. Memikirkan untung-ruginya, apakah saudara/teman yang kita bantu akan membalas kebaikan kita juga atau tidak, apakah nanti akan ada ganti dari hal baik yang kita lakukan, dan sederetan pikiran-pikiran lainnya *mau nolong orang aja pake mikir ya -iya, itu saya pemirsa-*

Kadang kita *kita? elo aja kali* masih terlampau egois, terlalu memikirkan diri sendiri, dan tutup mata pada kesulitan orang lain. Kadang masih terpikir, "Ngurus diri sendiri aja udah susah, gimana harus bantuin orang lain?" Duh, egois banget ya. Padahal bantuan sekecil apapun, justru sangat berarti buat mereka yang membutuhkan.

Walau kecil dan nampak sepele, tapi kalau bisa bikin orang lain tersenyum, bukankah itu juga kebahagiaan kita?

Seseorang pernah bilang, "Jika kamu melakukan sesuatu hal yang baik, percayalah bahwa balasan baik pun akan datang padamu."Jadi, nggak ada salahnya kan berbuat baik :))*

PS : Meski tidak pernah mengajarkan dan mengguruiku, tapi terima kasih untuk Ibu yang selalu memberikan contoh baik padaku.




No comments:

Post a Comment

Shinjuku yang melelahkan

Beberapa waktu lalu saya pergi nonton Kimetsu no Yaiba movie di bioskop Shinjuku.  Saya pergi dengan 3 orang teman, sebut saja Intan, Eti da...