15-Dec-11
Sejak sore kemarin, hujan deras turus mengguyur dan air pun tampak nggak bisa terbendung lagi.
Dan sudah bisa ditebak, halaman kantorku banjir. Memang sih, banjirnya cuma setinggi betis orang dewasa, tapi cukup mengkhawatirkan. Karena kalau sampai masuk, produk-produk yang mau di ekspor di kantorku terancam bahaya. Tapi, untungnya menjelang maghrib hujan sudah berhenti. Tinggal terlihat sisa-sisa hujan dan air di halaman kantor.
Setelah hujan reda, tinggal para engineer di kantorku yang kalang kabut. Mereka mengecek semua mesin, elektrik dan berusaha agar air tidak masuk ke dalam. Dan tentunya berdoa agar hujan tidak turun lagi dalam waktu dekat, karena air tinggal beberapa senti lagi masuk ke dalam. Kalau sampai dikasih hujan lebat lagi, nggak tau deh...Selama 2 hari air terus menggenang di halaman kantor. Padahal sudah disedot, tapi tampak tidak mau surut.
Dan saat aku mau pulang kantor, air masih terlihat menggenang. Wah, kudu nyeker nih. Soalnya aku harus absen dulu. Dan mesin absennya ada di depan. Yang otomatis aku harus jalan sambil basah-basahan ke depan.Saat sudah siap dengan segalanya, dari mulai naikkin celana, jinjing sepatu, lepas kaos kaki dan tentunya persiapan mental (hahahahaha), tiba-tiba datang temanku sambil bawa motor. Dia menawarkan tumpangan sampai tempat absen. Wah, lumayan jadi nggak usah basah-basahaan. Ketika aku mau naik motor dan siap-siap menopang tanganku di bahunya, aku baru ingat kalau temanku itu baru saja kecelakaan dan kakinya masih agak pincang.
Aku pikir kalau aku sampai loncat ke motor dan dia menahanku dengan kakinya yang sakit, plus di atas banjir pula, uwaaahhh, kasian banget. Akhirnya aku urungkan niatku dan bilang nanti aja nunggu orang lain yang lewat. Tapi, dia bersikeras dan bilang nggak apa-apa. Dia juga bilang di belakang udah nggak ada orang. Tapi aku juga tetap bersikeras nggak mau mengorbankan temanku itu. Hehehehhee....
Ketika sedang saling ngotot-ngotot-an, aku lihat ada gebetanku di belakang lagi pake motor juga. Dan sesaat terlintas lah rencana licik cerdik di otakku. Aku bilang pada temanku kalau aku takut dia jatuh lagi, dan bilang juga kalau di belakang ada orang lagi yang bisa ngangkut aku.
"Nggak usah, makasih...tuh di belakang ada si itu (nggak akan disebutin namanya ah, ahahahhaha...)"
Temanku pun akhirnya setuju dan pergi duluan. Sementara aku menunggu dia menghampiriku. Saat udah dekat, aku langsung memanggilnya dan minta tumpangan. Dengan senyumannya yang khas (maniiiiis banget...haha) dia pun langsung menepikan motornya. Tanpa basa-basi lagi, aku pun langsung memegang bahunya dan naik ke motornya. Selang beberapa detik, kita pun tiba di tempat absen.
Selesai gesek absen, aku lihat sekeliling, temanku yang tadi nawarin tumpangan ternyata udah pergi. Dan aku kebingungan mau pulang dengan siapa. Ketika kulihat dia tampak mau pulang dan nggak ada yang numpang motornya, sekali lagi terlintas rencana licik cerdik di otakku. Kenapa nggak coba pulang bareng dan nebeng motor dia aja? Akhirnya aku pun memberanikan diriku.
"Mau pulang, ya? Lewat ke daerah XXX nggak?" aku bertanya.
"Oh, iya...lewat, kok", dia menjawab.
"Bareng, donk..."
"OK"
Yatta~!!! My lucky!! Dan setelah beres absen, aku pun langsung naik ke motornya. Dia pun langsung melesat membawa motor matic-nya keluar gerbang kantor. Sepanjang jalan, aku pikir kita berdua akan berdiam diri aja, karena yang aku tahu dia orangnya pendiam. Aku jaraaaaang banget ngobrol dengannya, dan cuma melihat dia tersenyum.
Tapi, entah kenapa sepanjang jalan itu dia terus nanya macam-macam. Percakapannya kurang lebih seperti ini:
"Emang rumahnya di daerah situ yah?"
"He-Eh, ngekost"
"Emang asli mana, sih?"
"Bandung"
"Eeehhh, jauh juga yah..."
"Haha.."
"Trus, pulang ke Bandung tiap minggu?"
"Nggak 2 minggu sekali aja."
"Masih kuliah? Sambil kerja?"
"Nggak. Udah lulus."
"Udah wisuda?"
"Yup."
"S1? D3?"
"S1""Ooh.."
Dan perjalanan singkat yang hanya memakan waktu 5 menit itu pun hampir berakhir. Untungnya dia bawa motornya pelan-pelan, jadi agak lamaan. Hahaha... Sampai di jalan dekat kosanku, dia pun berbelok."Masih jauh? Yang mana rumahnya?""Dikit lagi. Itu tuh.. yang itu...yang pagar ijo."Dan sampailah aku di depan kosan. Saat turun, aku kembali menopangkan tanganku di bahunya. Sebetulnya sih, nggak pegang bahunya juga bisa turun sendiri, tapiiiiiiiii kapan lagi kesempatan ini datang, coba!!! Hahahahahaa... bener-bener deh, kalau urusan kayak gini, rencana licik cerdiknya lancar keluar.
Setelah turun dari motor, nggak lupa aku ucapkan terimakasih. Dan dia pun menganggukan kepalanya sambil memberikan senyumannya yang khas...yang manissssss banget... yang kakkoooiiiiii banget. Sampai sekarang aku nggak lupa senyumannya itu. Haduuuuhh.... *lebay-mode-on*
Lalu aku pun lari menuju kamarku sambil ketawa-ketiwi. Senangnyaaaaaaaaaaa!!!!! Thank, God... hari ini walaupun banjir, harus basah-basahan, pulang agak telat, tapi aku bisa pulang bareng dengannya sungguh suatu kemajuan pesat!! Hohohohohoho....Dan sudah dapat ditebak, sepanjang malam aku nggak bisa tidur. Gulatak-gulitik di lantai sambil cekikikan dan cengengesan membayangkan kejadian tadi sore. Untung di kosan nggak ada siapa-siapa, jadinya aku nggak dianggap orang gila. Hahahaha.
Mungkin kejadian tadi nggak akan terulang, kalau bisa terulang lagi aku pasti bersukur banget. Entah kapan lagi aku bisa pulang sama-sama dengannya. Aku benar-benar bersukur dan senang hari itu. Entah kenapa timing-nya pas banget. Mungkin itu hadiah dari Alloh dengan memberiku kemudahan agar lebih dekat dengannya.
Sekali lagi, thanks God...
No comments:
Post a Comment