7-May-13
Di surat ini aku akan memanggilmu dengan panggilan : A.
Dear A,
Aku sudah
mengenalmu sejak beberapa tahun lalu. Pertemuan pertama kita biasa saja,
bahkan waktu pertama kali melihatmu, aku seolah nampak tidak begitu
peduli apalagi berminat padamu. Aku hanya menganggapmu sebagai teman
atau kenalan karena kita sering bertemu di satu tempat yang sama.
Seiring
berjalan waktu, frekuensi pertemuan kita pun semakin sering. Aku jadi
lebih mengenalmu, kebiasaanmu, kelebihanmu bahkan kekuranganmu.
Aku
senang saat bisa ngobrol denganmu. Kamu selalu mendengarkan ocehanku
dengan sabar. Bahkan ketika aku sewot, kamu selalu berkata dengan
tenangnya, "belum tentu kayak gitu....tenang aja..." Dan aku pasti
langsung diam. Aku paling senang saat bercanda denganmu. Sejail apapun
aku padamu, kamu tak pernah marah. Sepedas apapun aku menyindirmu, kamu
hanya membalas dengan senyum atau bahkan tertawa sangat keras. Dalam
berkirim pesan singkat pun, kamu selalu menyelipkan humor dan candaan,
dimana aku pasti tersenyum saat membacanya.
Saat aku terpuruk, kamu tidak
pernah bertanya padaku. Kamu hanya diam di sebelahku sambil tetap
melempar candaan khas-mu. Mungkin kamu tahu kalau aku sedang down,
dan berusaha menghiburku dengan mengajakku ngobrol ringan sambil
bercanda seperti biasanya.
Seiring berjalannya waktu, aku dan kamu
semakin dekat. Dulu, aku hanya mengganggapmu kenalan biasa. Begitu mulai
dekat, aku merasa kamu seperti sahabatku, lalu lambat laun kamu seperti
sosok seorang kakak di mataku.
Saat berada di depan orang lain, aku
selalu ingin tampil yang terbaik. Tapi anehnya, saat di depanmu, aku
bisa tampil apa adanya. Rambut acak-acakan dan basah sehabis mandi, muka
berminyak habis bangun tidur, bahkan dengan cueknya aku hanya
mengenakan pakaian biasa sambil makan dan nonton di sampingmu. Aku tidak
malu saat tertawa keras, tidak takut image-ku jelek saat marah dan
ngambek. Semuanya terasa nyaman kulakukan saat di sampingmu.
Dear
A,
Apakah aku menyukaimu?
Yang pasti aku tidak membencimu, walaupun ada
beberapa bagian dalam dirimu yang kadang membuatku sedikit
mengerenyitkan dahi. Well, manusia tidak ada yang sempurna, bukan?
Lagipula aku tidak begitu suka manusia perfectionist.
Diriku bertanya
lagi,Apakah aku menyukaimu?Dan aku masih belum menemukan jawabannya. Aku
tidak membencimu dan merasa nyaman saat berada di dekatmu.Kenapa aku
masih belum tahu apakah aku menyukaimu? Entah aku memang belum tahu,
atau aku menolak mengakui kalau aku menyukaimu.
Karena jika aku
menyukaimu, banyak hal yang akan berubah, banyak hal yang harus
dikorbankan, dan banyak hal yang sebetulnya belum aku ketahui
tentangmu.
Ah, walaupun aku berkata kalau aku dan kamu sangat dekat
hingga tidak sungkan lagi saat saling melempar ejekan, tapi sebenarnya
aku tidak tahu apa-apa tentangmu. Mungkin itulah yang membuatku masih
tidak mau mengakui kalau aku menyukaimu, dan berkilah bahwa aku HANYA
merasa nyaman berada di dekatmu.
Atau, mungkin aku masih belum berani
menyukaimu, karena takut tersakiti lagi seperti kisah-kisahku yang
dulu.
Dear A,
Satu hal yang selalu ingin kusampaikan adalah, terima kasih
untuk selalu membuatku nyaman dan tertawa....
No comments:
Post a Comment