[Work] : New Face (again)

(lagi-lagi) di kantorku kedatangan new face untuk posisi interpreter.
Nggak tanggung-tanggung, dua orang sekaligus, dua-duanya cowok pula dan dua-duanya usianya di atasku.

Keduanya nggak datang sekaligus dalam satu waktu, tapi berselang sekitar satu minggu.
New face yang pertama, katanya udah lama tinggal di Jepang, bahkan ada yang bilang bahasa Jepangnya udah selevel native.
Hmm, boleh tuh.
Berarti beban kerja ane bisa lebih ringan dengan adanya interpreter baru yang katanya huebaaat itu, dan katanya dia bakal ditempatkan di bagian control (Sales, Purchase, Ware House, Material Control, HRD dan sejenisnya).

Minggu pertama, dia masih gelagapan.
Okelah, namanya juga orang baru, mungkin masih grogol dan belum terbiasa dengan istilah teknik di kantor, apalagi urusan mesin dan produksi.
Minggu kedua, masih sama aja kayak ketika pertama kali masuk kantor.
Meeting masih belepotan, orang Jepangnya ngomong panjang lebar, dia nerjemahin cuma dua kalimat pendek.

WHAT?!!

Bahkan, assistant manager IT pernah ngeluh kalau isi terjemahannya nggak sesuai.
FYI, Interpreter boleh saja memperhalus bahasa yang disampaikan dari sumber, tapi tidak MENGURANGI apalagi MENAMBAHKAN.
Memperhalus disini misalnya si orang asing itu bilang bego, gublok, idiot, dan kata-kata sejenis yang nggak enak didengar, sebagai penterjemah kita nggak sepantasnya menyampaikan mentah-mentah, tapi kudu puter otak supaya bisa diperhalus, tetapi maknanya tetep nyampe.

Kan baru dua minggu masuk kantor, mungkin masih perlu penyesuaian.

Tapi nggak buatku.
Aku aja waktu pertama masuk ke kantor yang sekarang, dua hari kemudian disuruh nerjemahin meeting bareng supplier [suppliernya ganteng dan masih muda sih, jadinya semangat..hahaa]. Dua minggu kemudian, tanpa pemberitahuan apapun, disuruh nerjemahin auditor yang notabene bahasanya aneh-aneh.
Tapi demi profesionalitas, mau nggak mau kudu belajar dan berusaha supaya hasil terjemahan bisa diterima dan dimengerti semua orang.
Bahkan aku harus keliling pabrik hampir tiap hari, nanyain staff dan engineering, nulis dan ngapalin tiap dapet kosakata baru, mantengin proses produksi dan quality demi bisa memahami proses serta nerjemahin dengan baik dan cepat.

Apalagi si orang baru ini katanya lama tinggal di Jepang.
Berarti, boleh donk orang-orang di kantor berekspektasi lebih tinggi sama dia dibandingkan ane yang cuma dua minggu di Jepang, itupun cuma buat convention dan travelling :(

Buatku sih nggak masalah ya, toh yang penting dia "berguna" bagi nusa dan bangsa dan bisa meringankan beban kerjaku.
Jadinya kalo ada terjemahan dokumen atau meeting diluar area job desk-ku, aku nggak usah manyun dan misuh-misuh gegara terpaksa ngelakuin kerjaan yang bukan bagianku #ternyataperhitungan
Terjemahan dia nyambung atau nggak, bener atau nggak, itu urusan dan risiko dia sih ya.
Kalau ngakunya profesional, ya harusnya tahu kudu gimana.

Satu hal yang aja sih yang bikin kepikiran : model rambutnya.
*sorry, gue mau ketawa dulu*

Mungkin awalnya dia pengen keliatan gahol dengan model rambut yang lagi ngetren sekarang.
Itutuh, model rambut yang bagian sampingnya dicukur abis dengan meninggalkan beberapa senti aja, tapi di bagian depannya tetep gondrong atau dibiarkan panjang, trus disisir ke belakang atau dibikin jambul ke atas.
Kalo di Indonesia mungkin kayak style-nya Stand up comedian Ernest Prakarsa.

Atau kalau di Jepang kayak si mas-mas ganteng ini :

[Tosaka Hiroomi - Sandaime J Soul Brothers]



Kalo Kang Omi [gambar di atas] nggak perlu ditanya lagi lah ya.
Udah pasti ganteng *sakuin bawa pulang*
Tapi si new face ini : NGGAK PANTES!

Padahal wajahnya nggak jelek-jelek amat, lumayan lah untuk ukuran cowok di akhir usia 20-an, tapi dia kadang suka pake minyak rambut berlebihan *mungkin sebotol dipake sekaligus, atau minyak jelantah di rumah dia embat*, jadinya si rambutnya itu kelimiiiiiis banget, sampe rambutnya basah kayak abis kehujanan di tengah jalan, tapi bukannya lepek malah jadi kaku.

Udah gitu, entah karena minyak rambutnya kebanyakan sehingga netes ke jidat dan mukanya, atau memang dia males cuci muka, jidatnya mengkilap banget, sampe silau meeen! *siapin sunglass*

Jadi, bayangin aja rambut Omi-kun di atas itu, warna item mengkilap CLING banget, kaku, dibelah pinggir, dengan jidat yang nggak kalah mengkilapnya.

Meski nggak harus bergaya heboh dan perlente, tapi yaa nggak lebay juga kali cyiin.

Oke, kita tinggalkan si rambut mengkilap ini.
Kita beralih ke new face yang kedua.
Dia datang seminggu kemudian, orang Medan [ketahuan langsung dari marga-nya ketika dia memperkenalkan diri], dan usianya sekitar 36 tahun.

Tapi jangan bayangin om-om 36 tahun yang sama kayak om-om di bawah ini!

[Satoshi Ohno - Arashi]


Kalo yang atas sih om-om jejadian ya, karena entah kapan tuanya XD

Aku nggak masalah sih dia orang Medan, Sulawesi atau Jawa.
Toh yang penting kinerja dan skillnya, bukan masalah dia berasal dari suku mana.

Hari pertama dia kerja, ya pastinya grogol lah.
Untungnya hari pertama dia cuma perkenalan trus langsung pergi ke ruang training buat dikasih pelatihan tentang peraturan perusahaan.

Hari kedua, dia nggak nongol di meeting pagi. Mungkin masih training sama HRD #positipthinkingaja
Hari ketiga, keempat, kelima.....entahlah dia mangkal dimana.
Nggak keliatan dimana pun.
Pas kutanya ke manager yang mejanya satu office dengan dia, semua cuma angkat bahu.

Hari berikutnya, aku ngeliat dia lagi sama auditor.
Oh, mungkin dia 'ditugaskan' untuk nerjemahin auditor, secara dia memang rencananya mau ditempatkan di Accounting & Finance.

Eh, eh, eeeh tunggu dulu!
Kok auditornya asik sendiri ngetik laporan, trus dia?
ASIK MAEN HAPE.

Hei, mas! Om! Pak! or whatever!
Akika puyeng di pingpong disuruh nerjemahin kesana kemari, belum lagi tumpukan terjemahan dokumen sama e-mail yang kayaknya baru bisa kelar ntar pas Firaun hidup lagi.
Situ enak-enaknya maen hape?

Nice!

Okelah, aku juga nggak munafik.
Aku juga pernah maen hape, tapi ya nggak pas lagi bareng auditor juga kali! [kecuali pas kebetulan lagi jam break sih cuek aja ya].

Aku tahu salary kalian berdua itu nggak murah, bahkan hampir selevel sama junior manager.
*soalnya beberapa waktu lalu, abah Presdir pernah nggak sengaja ngebocorin...huahaha*, apalagi dengan history kalian pernah kerja dan tinggal lama di Jepang, pastinya ngasih offering salary yang WOW dibandingkan staff biasa, donk.

Jadi pelislah, berguna dikit kek buat perusahaan yang ngebayar kalian itu.
Jangan gara-gara kalian, image interpreter jadi tercoreng dan orang-orang berkomentar, "Interpreter dibayar mahal, tapi kerjanya nggak becus."

Saya bukan interpreter kayak gitu, kakaak.


Oiya, katanya tanggal 1 Feb nanti, bakal datang lagi satu orang new face interpreter buat ditempatkan di Engineering
*karena yang sebelumnya kabur*
*kantor gue kayaknya tajir banget ye, ampe datengin banyak interpreter kayak gini, padahal di produksi lagi rajin-rajinnya ngurangin karyawan*

Well, aku sih nggak masalah ya mau interpreter dari kalangan mana, suku mana, lulusan mana, dan berapa lama dia tinggal di Jepang, yang penting gimana skill, attitude dan sekuat apa dia menahan terpaan angin yang bakal berhembus kencang di depan wajahnya #ehgayaa

Kita liat aja, dari ketiga new face itu, siapa yang bakal bertahan paling lama?
Atau....
malah kabur duluan.
Muahahahaaa *ketawa antagonis*

Salam dari salah satu interpreter yang sedang rehat sejenak dari tumpukan terjemahan :)






No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...