[Slice of Life] : Musim favorit

Tahun ini adalah tahun keempat gue tinggal di Jepang,
yang mana gue pun mengalami seluruh 4 musim di Jepang hampir 4 kali
(musim panas dan gugur belum datang tahun ini). 

Ketika masih tinggal di Indonesia, yang hanya memiliki 2 musim,

ditambah lagi dengan suhu yang nggak beda jauh setiap harinya sepanjang tahun,

membuat gue mendapat banyak pengalaman baru dari 4 musim yang ada di Jepang ini.

 

Dari 4 musim di Jepang, yakni musim semi, panas, gugur dan dingin,

musim yang jadi favorit gue adalah musim dingin.

Tepatnya di bulan Januari-Februari.

 

Brrrr, itu kan masa-masa paling dingin dari semua musim,

bulan paling dingin pulak dalam satu tahun!

 

Dari sekian banyak orang Jepang yang gue temui dan gue tanya,

sebagian besar dari mereka nggak suka musim dingin.

Alasannya selain dingin cencunya, udara kering bikin kulit nggak sehat,

harus pake jaket setebel karpet yang beratnya naujubilah itu,

belum lagi ditambah syal, sarung tangan, kupluk dan aksesoris lainnya buat nahan dingin.

Ada juga yang bilang nggak bisa pamer body, karena tertutup sama baju tebel itu,

kalo musim panas kan bisa pake hot pants atau tengtop yang bisa memperlihatkan

lekukan badan atau roti sobek mereka :D

 

Intinya, rangorang di negara subtropis ini justru banyak yang mendambakan

iklim hangat kayak di Indonesia,

bisa pake t-shirt dan celana tipis doang sepanjang tahun,

nggak khawatir masuk angin meski tidur pake singlet doank semaleman,

dan bermandikan cahaya matahari hangat tanpa mengenal musim.

 

Sebaliknya, gue yang udah kenyang tinggal di Indonesia dengan iklim hangatnya,

yang kadang ngeluh karena gue benci panas #HAHA

menjadikan gue sukaaaa banget ketika musim dingin datang.

 

Suhu dingin yang cuma satu digit, bahkan di siang hari,

pake jaket di siang bolong, gue yang biasanya keringetan tiap bangun pagi

sekarang malah kedinginan dan menggigil,

bisa pake jaket dan parka kesukaan gue setiap hari,

pake kaos kaki dan baju anget berbulu unyu-unyu di dalam rumah,

adalah suatu pengalaman yang nggak bakalan gue dapatkan ketika tinggal di Indonesia.

 

Pun udara musim dingin yang bersih dan segar,

semilir angin yang merembes masuk ke dalam kulit hingga menusuk ke dalam tulang,

membuat gue selalu merindukan musim dingin setiap tahunnya.

 

Ketika gue pergi tidur, menutup badan dengan berlapis-lapis selimut,

ketika rasa dingin berangsur-angsur tergantikan dengan rasa hangat

dari selimut, blanket, kaos kaki dan baju hangat yang gue pakai,

rasanya ada kebahagiaan kecil yang gue temukan di sana.

 

Ketika bulan Februari yang dingin banget datang, gue percaya musim semi akan datang sesudahnya.

Dari cuaca dingin ini, sedikit demi sedikit akan menjadi hangat.

Perjuangan bangun pagi di udara yang dingin dan bikin emoh keluar dari selimut ini

akan segera terbayar dengan datangnya musim semi yang hangat.

Peralihan musim inilah yang bikin gue suka sama musim dingin.

 

Istilahnya apa ya...

kalo boleh sedikit puitis dan lebay baday,

ibaratnya sedingin apapun saat ini, musim semi yang hangat pasti akan datang.

Seberat apapun yang gue jalani hari ini, jalan keluar pasti akan datang.

Semua akan indah pada waktunya #uhuk
Itulah yang gue suka dari perumpamaan musim dingin.

 

Eniwey, postingan ini ditulis di awal bulan Maret,

dimana dalam beberapa minggu ke depan Jepang akan menghangat

dan sakura pun siap bermekaran.

Agak sedih sih ketika gue berpisah dengan musim dingin.

Apalagi musim dingin tahun ini gue nggak bisa pulang ke Indonesia karena pandemi.

 

Tapi, meski gue harus menunggu banyak purnama,

gue yakin musim dingin akan datang lagi

dan memberikan udara sejuknya sebagai sambutan.

 

See you again, my lovely winter(。・ω・。)




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...