[Work] : Training Karyawan Baru di Jepang


Di Jepang, jika kita diterima jadi karyawan baru, baik itu fresh graduate ataupun pindahan dari perusahaan lain, maka hari-hari pertama kerja akan diisi dengan berbagai macam training.
Lamanya training tergantung dari kebijakan perusahaan itu sendiri, tetapi biasanya makan waktu 3 sampai 7 hari, bahkan ada yang training di luar kota kayak sekalian outbond gitu.

Awal bulan Agustus lalu, aku diwajibkan mengikuti training karyawan baru di tempat kerjaku yang baru. Lama training-nya 7 jam sehari selama 3 hari berturut-turut.

Selama training kita diwajibkan berpakaian formal, pake kemeja lengan panjang plus blazer atau suit style dan bawahan celana formal atau rok untuk perempuan (tapi cewek-cewek yang ribet pake rok kayak sayah bisa pake celana juga).

Bulan Agustus lalu, musim panas lagi ganas-ganasnya menghampiri Jepang terutama Tokyo dan sekitarnya. Pagi-pagi berangkat training aja udah keringetan, padahal masih jam 7-an. Ditambah lagi kudu pakai pakaian formal yang puanaas beud. Jadi kebayang lah ya betapa menderitanya diriku yang benci udara panas ini.

Lokasi training tidak dilakukan di kantor atau head office, mengingat jumlah peserta training cukup banyak sekitar 40 orang dari berbagai cabang kantor, sehingga pihak perusahaan menyewa sebuah ruangan yang biasa dipakai training/presentasi di area sekitar Kinshicho, Tokyo.

Begitu tiba di tempat training, aku disambut oleh beberapa orang panitia serta trainer yang mempersilakan aku untuk duduk di tempat yang sudah disediakan, namun bebas pilih mau kursi yang manapun.
Setelah dapet posisi kursi dan meja yang dirasa cucok, yaitu paling pojok dan paling belakang #nyahahaha, aku pun langsung mengeluarkan alat tulis.

Di meja tertulis instruksi untuk menuliskan nama lengkap (beserta cara bacanya, jika nama kamu menggunakan huruf Kanji) di sebuah kertas, kemudian kertas tersebut dilipat membentuk segitiga dan dipajang di atas meja. Fungsinya adalah agar semua peserta training dan trainer bisa tahu nama kita dan siapa yang duduk di meja tersebut.

Hari pertama training diisi dengan perkenalan dan pelatihan mengenai manner, etos kerja, sopan santun dalam bekerja, dan hal-hal mendasar dalam etika bekerja lainnya. Seperti cara memberi salam, mengangkat telepon, mengirim e-mail, bertukar kartu nama, hingga cara berkomunikasi dengan rekan kerja, senior, dan atasan.

Bahkan ada juga pembahasan Sexual Harassment dan Power Harassment yang kerap kali terjadi di lingkungan kerja. Mulai dari cara mendeteksi gangguan-gangguan tersebut, cara menyikapi, contoh-contoh kasus hingga cara lapornya kalau-kalau ada karyawan yang mengalami gangguan tersebut.

Hebat beud!!!
Ini baru namanya training karyawan baru.
Bukan cuma kerja, kerja dan kerja yang ditekankan dan bikin stress karyawan, tapi etika dan sopan santun yang kadang kita anggap remeh justru jadi materi training yang paling awal diberikan.

Setelah itu, pihak trainer memberikan materi berupa profil perusahaan dan peraturan perusahaan.
Yang ini udah pasti disimak
sambil ngantuk 
#dilempar spidol

Training hari kedua diisi dengan materi Carrier Design.
Intinya, ketika nanti udah masuk kerja, kita nggak cuma kerja pagi pulang sore (atau malam bagi penggila lembur bagai qudaaaa), ngerjain laporan, patuh sama atasan lalu terima gaji setiap bulan.

Pihak perusahaan tentunya kepengen karyawannya berkembang dan punya skil yang baik dan bisa terus diasah.
*pisau kali ah diasah* “ABAIKAN
Untuk itu, pihak trainer memberikan saran supaya kita bisa mengembangkan karir sesuai dengan minat dan keahlian, yang dimulai dengan menganalisis apa minat dan kelebihan yang kita punya, dan memahami kekurangan bisa kita perbaiki.

Di sesi ini sang trainer pun mengajak para peserta training untuk menganalisis situasi dan kondisi di lingkungan kerja, misalnya menganalisis rekan kerja atau atasan kita, bagaimana karakternya, bagaimana cara menghadapinya, serta trik bagaimana supaya kalau suatu saat nanti punya junior atau bawahan, kita bisa ngasih mereka kerjaan dan kepercayaan yang tepat sesuai dengan skill dan karakter mereka masing-masing.

Sekali lagi, gue salut deh sama Jepang!
Belum kerja aja udah diberikan pelatihan kayak begini #TEPOKTANGAN

Selain cuap-cuap ngajar dan memberikan materi, sang trainer juga mengadakan diskusi kelompok, dimana aktivitas diskusi ini lebih banyak ketimbang dia ngasih materi, ibaratnya 20% materi dan 80% diskusi aktif, sehingga nggak ada lagi trainee yang ngantuk-ngantuk di belakang sambil bengong #SAPA TUUH #TUNJUNKDIRISENDIRI dan setiap trainee bisa lebih aktif dalam mengungkapkan pendapatnya sendiri, bahkan berani untuk bicara di depan banyak orang.

Kan ada tuh orang yang kerjanya cuma mangut-mangut aja setuju ketika disuruh diskusi atau takut memberikan pendapat, apalagi bagi fresh graduate yang baru banget menginjakkan kakinya di dunia kerja.

Selain diskusi kelompok, kami pun diajak untuk saling menghargai lawan bicara dan orang sekitar. Salah satu yang paling berkesan adalah ketika dalam kelompokku kita diminta menuliskan setiap kelebihan yang dimiliki masing-masing anggota kelompok.
Padahal baru kenal dua hari, tapi disitulah kita diajarkan harus bisa mengamati orang dan karakternya, melihat dia bukan dari segi negatif dan nyinyirin orang mulu, tapi justru lihat dari segi positifnya dan berikan dia pujian.

Selain itu, kita juga diajak untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara, terutama mendengarkan pendapat orang lain. Di sini tiap anggota kelompok akan menceritakan soal dirinya, minatnya, hobi, kesukaan atau apapun itu. Dari cerita dia, nanti anggota kelompok lainnya akan memberikan tanggapan atau pertanyaan.
Nah, kan bisa ketahuan mana yang cuma sok-sok dengerin cerita orang sambil mangut-mangut dan bengong doank dan mana yang bener-bener menyimak pembicaraan orang.

I like this training!!!!

Setelah sesi ini selesai, berikutnya sang trainer meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk merangkum apa saja yang tadi dibicarakan dan disampaikan setiap anggotanya, lalu menceritakan kembali di hadapan semua peserta training.
Secara nggak langsung, disini kita dilatih untuk bisa merangkum poin-poin penting dari hasil diskusi, mempresentasikan sesuatu dengan baik serta belajar mengusir demam panggung.

Perwakilan setiap kelompok ini digilir tiap tema diskusi, jadi nggak orang itu-itu mulu yang presentasi, tapi tiap orang pasti dapet giliran dan nggak bakalan lolos. Supaya setiap orang bisa merasakan gimana tegangnya bicara di depan banyak orang yang baru dikenal dan melatih untuk melawan demam panggung.

KEREN!!!

Hari ketiga alias hari terakhir training masih diisi dengan sebagian besar sesi diskusi. Oiya, setiap harinya kita bakal diminta untuk mengambil nomor undian sebelum training dimulai, yang akan menentukan dimana kita duduk dan dengan siapa. Jadi, tiap hari nggak diskusi sama orang itu-itu mulu, tapi kita juga dilatih untuk menghadapi berbagai macam orang dengan karakternya masing-masing.

Di dunia kerja pun kan gitu, bakal banyak karakter orang yang bakal kita hadapi, dan tentunya nggak semuanya nyenengin. Hoho.

Materi di hari ketiga dimulai dengan tata cara berbicara yang baik, apalagi di Jepang memilliki tata bahasa yang berbeda ketika menghadapi orang seumuran, yang lebih tua, bahkan saat menghadapi customer. Jangankan ane yang bukan orang Jepang, bahkan hampir kebanyakan orang Jepang kesulitan di sesi ini.

Yah sama kali ya kayak orang Indonesia yang malah kesulitan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar :D

Sang trainer ampe nyindir : “Kalian orang Jepang bukan siiih? Malu ah!”
Dan gue serta beberapa peserta training dari negara lain cuma bisa nyengir.

Keren ya!
Sampai tata Bahasa pun mereka perhitungkan, padahal kalo di Indonesia boro-boro dapet training kayak begini. Malah gue pernah ketemu ada manager yang Bahasa Indonesianya paraaah, dia ngomong aja kadang gue nggak ngerti.
Ngomong aja masih belepotan, kok bisa orang kayak begini jadi manager. Hahay!

Sesi terakhir diisi dengan menuliskan harapan dan target kita dimasa depan. Dengan skill dan minat yang sekarang dimiliki, apa sih yang mau kamu capai? Kalaupun target kamu masih jauh dari skill yang kamu punya sekarang, usaha nyata apa yang bakal kamu lakukan untuk mewujudkannya?
Lagi-lagi di sini para trainee dilatih agar memiliki target dan tujuan, nggak cuma kerja datang-pulang-terima gaji dan gitu seterusnya sampai pensiun.

Setelah menuliskan target dan ambisi #CAILEH dalam sebuah kertas, rupanya kita diminta untuk keliling ke setiap kelompok dan membaca setiap target dari anggota kelompok lain.
Diharapkan dengan melihat target orang lain, siapa tahu kita bisa lebih termotivasi, atau bahkan yang saat ini belum kepikiran bikin target, bisa jadi salah satu inspirasi.

AMAJING!!!

Training 3 hari berturut-turut selama 7 jam sehari pun tidak terasa sudah selesai.
Rasanya pengen teruuuus training kayak gini, nggak bosen dan malah dapet banyak ilmu sih. Apalagi trainer nya juga asik dan humoris, serta bisa menguasai kelas dengan baik.

Mungkin salah satu rahasia Jepang bisa maju dan para social person-nya bekerja dengan professional adalah karena mereka menerima pelatihan yang begitu baik dan detail seperti ini.
Kapan ya di Indonesia ada perusahaan yang mengadakan training kayak gini?

Dua perusahaan Jepang di Indonesia yang pernah gue ‘singgahi’ sekalipun hanya memberikan training satu hari (itu pun nggak full karena setengah harinya abis buat keliling tempat kerja dan nyobain seragam, hahaa).
Training satu hari itu pun cuma diisi dengan penjelasan peraturan perusahaan, pengertian ISO dan endeswey endesbrey yang sebetulnya nggak usah dijelasin, cukup baca di buku panduan pun bisa.

Justru pelatihan kayak manner, etos kerja, target di masa depan hingga cara menghadapi orang-orang di lingkungan kerja nggak pernah aku dapatkan.
Begitu selesai training satu hari, besoknya dilepas begitu aja kerja seperti biasa, meski sambil cengo karena masih bingung.

Memang sih dari bagian HRD suka ada periodical training, seperti training leadership atau sejenisnya. Tapi, dari beberapa perusahaan yang pernah jadi tempat kerja gue, trainernya cuma cuap-cuap di depan proyektor berisi power point presentasi materi training, dan udah pasti para trainee dengerinnya sambil ngantuk, apalagi kalo training-nya diadakan setelah makan siang, sekitar jam 2-an, perut kenyang trus dikasih dongeng yang mendayu-dayu di dalam ruangan ber-AC, dalam hitungan menit udah ada di alam mimpi deh #PENGALAMAN #HAHA

Oiya, di tempat kerjaku yang dulu ada sih yang ngadain training yang menurutku bagus banget, yaitu Training Business Manner dengan berbasis pada manner-nya orang Jepang, karena mereka perusahaan Jepang. Training-nya juga nggak cuman sekali dan angin-anginan, tapi dilakukan rutin beberapa bulan sekali, supaya bisa me-refresh para karyawan dan nggak cuma sekadar angin lalu.

Baidewey,
selidik punya selidik, ternyata kalau kita mau mendapatkan pelatihan lengkap kayak ceritaku di atas dengan biaya sendiri, bisa memakan biaya hingga 3 juta rupiah perorang lho!
Set dah!

“Perusahaan sangat menghargai karyawannya dan mengganggap kalian adalah aset yang berharga, sehingga mereka rela mengeluarkan biaya besar untuk training karyawan ini agar bisa membentuk karyawan yang baik secara etika dan unggul dari segi kemampuan.”
Itulah kalimat penutup dari Mbak Trainer yang gokil abis dan sering menyelipkan cerita lucu disela-sela beliau memberikan materi pada kita.





No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...