[Slice of Life] : setengah hati

Duuh, itu judulnya nggak ada yang lain apa? Kayaknya berat banget.
Haha.
Biarin aja deh ya.
*blogger yang paling males mikirin judul posting*
#bloggernggakniat


Di postingan beberapa waktu lalu, aku pernah cerita kalau kemarin coba-coba ikut interview untuk kerja penempatan di Jepang.
Jujur saja, waktu ditelepon oleh pihak perusahaan yang bersangkutan untuk datang interview dan mengikuti beberapa test, aku agak-agak setengah hati *lalu nyanyi bareng Ada Band*.
Pergi pagi-pagi dengan agak emoh, karena maleeees banget kudu panas-panasan naik bis plus bau rokok pulak, mana kudu naek angkot yang ngetemnya lebih lama daripada nungguin kepastian dari gebetan #eehcurhat, pokonya hari itu aku hanya berpikir,

"Yang penting datang dulu, karena nggak enak udah janji."

Iya, sodara-sodara.
Saya datang memenuhi undangan interview hanya sekadar NGGAK ENAK kalau melanggar janji.
Nggak ada harapan sedikit pun untuk lulus apalagi keterima.

Ketika tiba di office, aku bertemu beberapa kandidat lain.
Begitu tahu kalau kandidat lain rata-rata pernah tinggal di Jepang untuk waktu lama, makin setengah hati aja deh ikutan interview.
Apalah aku ini, meski bolak-balik ke Jepang ampe tiga kali, tapi paling lama disana cuma seminggu. Itupun cuma dinas luar sama jelong-jelong. Berbeda dengan mereka yang bertahun-tahun tinggal di sana dan kayaknya udah hatam banget dengan seluk-beluk soal tinggal di Jepang.

Meski setengah hati, tapi saat interview aku tetap berikan yang terbaik, pokonya nothing to lose-lah. Semua kemampuan bahasa Jepang kukerahkan sampai maksimal, semua pertanyaan kujawab sebaik dan sediplomatis mungkin, pokonya jangan sampai malu-maluin deh.

Begitu juga saat test tertulis dan terjemahan dokumen, aku kerjakan sama seperti saat sedang menterjemahkan kerjaan sehari-hari.
Bahkan sampai kepala berasap, aku selesaikan semua test sekuat tenaga.

Selesai interview dan test, tanpa ba bi bu aku langsung pulang.
Entah karena udah puyeng dengan serentetan test, entah pengaruh dari cuaca panas waktu itu, aku pulang tanpa mikir apapun.
Sebodo amat lah mau lulus atau nggak, aku nggak berharap banyak, yang penting pulang ke kosan, nyalain kipas angin dan bobo cantik, begitu pikirku.

....................

Empat hari kemudian, salah seorang staff mengirimkan SMS dan bilang kalau aku lulus interview plus diterima kerja untuk jadi staff representatif di Jepang.

*kucek-kucek mata, takut salah baca*
*apa perlu loncat dulu dari atap gedung, nih?* #serahlodeh

Masih belum cukup kaget, staff tersebut langsung meneleponku sebelum aku sempat membalas pesannya.
Tanpa basa basi, mas-mas baik hati ini bilang kalau aku diterima bekerja di tempat mereka *loncat-loncat kegirangan #tapicumadalamhati*

Segera, setelah proses pengurusan dokumen yang diperlukan selesai, pihak perusahaan akan membicarakan mengenai benefit yang akan didapat dan job desk.
Kalau nggak ada masalah dan semuanya lancar *amiiiin*, keberangkatan ke Jepang diperkirakan paling cepat pertengahan Mei atau paling lambat akhir Juni.

Horeeee~
Bisa sering-sering nonton konser donk di Jepang ntar.
*woooi, gawee wooi! malah mikirin konser*

Disaat aku ngotot dan keras kepala, ngubek-ngubek loker, job seeker, komunitas, sampai social media demi mendapatkan pekerjaan di Jepang, bahkan sampai hampir putus asa dan menyerah dengan keadaan yang sekarang, semua HASILNYA NIHIL.
Nggak ada satu pun yang nyangkut, semua gagal.

Dan di saat yang bersamaan saya pun merasa gagal menjalani hidup #HALAH.

Mungkin benar kata orang *entah orang mana*, "Kalau setiap keinginan kita langsung terkabul, kita tidak akan mengetahui arti dari BERSABAR".

Sekali lagi, semoga semoga semoga segalanya dilancarkan hingga keberangkatanku nanti buat hijrah ke Jepang.
Amin.





No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...