[Slice of Life] : keras kepala

Minggu lalu ada panggilan interview (lagi) dari salah satu perusahaan yang biasa meng-handle pemagang ke Jepang yang bertempat di Cikarang.
Undangan interview yang mendadak amat sangat ini (si pengundang menelepon hari Kamis dan minta datang di hari Jumat #AMAJING), sempat saya tolak karena nggak mungkin minta ijin ke Bos secara mendadak.
*apalagi cari alasan bohon untuk interview itu amat sangat bikin nggak enak hati*
*sun tangan minta maaf sama Bos*

Tapi, ketika si pengundang memohon dengan sangat supaya saya bisa datang sampai meminta maaf berkali-kali karena mendadak, apalagi pekerjaan yang ditawarkan adalah untuk penempatan di Jepang, akhirnya setelah saya putar otak dan menimbang-nimbang selama 3 jam, saya pun menyanggupi undangan interview tersebut.

Interveiw (untuk kerja ke Jepang) ini entah yang keberapa kali dan hampir semua gagal di interview tahap kedua.
Sebut saja saya keras kepala, ambisius, keukeuh atau mungkin cuma penasaran *arwah kali, penasaran*, karena meski gagal berkali-kali dan dengan sederetan saingan plus test yang menguras tenaga dan pikiran *kepala saya pasti langsung sakit setiap kali selesai interview*, saya tetap keukeuh ikut interview.

Sebut saja saya over Pe-De, ke-Ge-Er-an, atau apapun itu ketika yakin BISA LULUS meskipun awalnya sempat down melihat para pesaing dengan pengalaman, jam terbang bahkan kemampuan bahasa Jepang level dewa.

Saya awalnya pesimis dengan tawaran job ini, karena jika saya diterima bekerja di Jepang, saya harus 'mengurus' para pemagang yang jumlahnya tidak sedikit itu. Istilahnya saya harus seperti Ibu yang mengurus anak-anaknya pergi bekerja, mendengar keluh kesah mereka, membantu saat mereka menghadapi kesulitan, bahkan bersedia dipanggil larut malam ketika ada 'anak' yang terlibat masalah di Jepang, plus sebagai penengah untuk komunikasi antara si anak dengan perusahaan tempat dia bekerja.

Selama ini saya terbiasa mengurus keperluan orang-orang Jepang dan berkomunikasi dengan mereka. Asalkan kita mau disiplin, sebetulnya tidak sulit menghadapi orang Jepang.
Tapi ketika harus dihadapkan dengan anak-anak yang masih hijau dan (maaf) dengan pendidikan yang tidak terlalu tinggi, saya langsung ketar-ketir duluan membayangkan bagaimana attitude mereka ketika dalam keadaan terjepit atau di bawah tekanan.

Tapi, yang namanya bekerja pasti tidak ada yang mudah dan perlu pengorbanan.
Apalagi dengan iming-iming kerja di Jepang sebagai representatif, pastinya salary & fasilitas yang didapat harus setimpal dengan beban kerja.

Well, jika memang tawaran job ini rejeki saya dan diterima bekerja disana, pastinya saya akan menghadapi banyak hal baru dan tentunya tidak mudah.
Tapi, bukankah di situ seninya?
Jika semua terasa mudah, bukankah akan terasa membosankan?
Jika semua terasa mudah, bukankah saya tidak akan tumbuh dan berkembang serta mendapat pengalaman baru?
*kalau tumbuh disini maksudnya tinggi badan, itu sih saya sudah menyerah dari dulu* #abaikan

Kalau ditanya apa alasan saya ingin bekerja di Jepang?
Biasanya saya jawab : UANG.
Sebut saja saya mata duitan *padahal iya*, tapi itu satu-satunya jawaban singkat dan akan membuat si penanya berhenti bertanya *memang pada dasarnya males basa-basi, sih*
Padahal, kalau boleh jujur, karena saya ingin lebih dekat dengan hal-hal yang saya sukai.

Lebih dekat dengan idola saya *dadah-dadah sama Matsujun dan Gun-chan*, konser, film, makanan, traveling, musim semi, jalanan sepi dan bersih, cafe-cafe imut, orang-orang yang ramah dan tertib, cuaca yang sejuk (atau dingin), dan (mungkin) dengan orang yang saya sukai #uhuk.
Saya sadar kalau semua hal yang saya sukai, hampir semuanya ada di Jepang.

Saya ingin merasakan yang namanya "Kangen Indonesia" ketika berada jauh di negeri orang^^
Saya ingin mengetes diri sendiri, apakah bisa bertahan jauh dari orang tua dan tanah air.
Saya ingin bertemu lebih banyak orang dan mengenal banyak budaya lainnya.
Dan saya ingin menambah tabungan saya *teuteup* supaya bisa mengadakan resepsi pernikahan di Maldives traveling ke tempat-tempat lainnya yang lebih jauh dan indah.

Then, meskipun nantinya tawaran pekerjaan ini belum bisa saya dapatkan, saya tetap tidak akan menyerah dan akan terus mencari, interview, mengikuti berbagai macam test dan tentunya memikirkan alasan bolos ke Bos. Haha.




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...