[Work] : TC Circle - Day 2

Agenda hari ini adalah : JELONG-JELONG!

Seperti pada hajatan rutin TC Circle tiap tahunnya, selain acara convention, presentasi dan sederetan acara serius yang bikin ngantuk, nguap lebar dan dahi berkerut-kerut, semua peserta TCC diberikan entertainment berupa sightseeing atau wisata ke tempat-tempat terkenal di negara penyelenggara.

Karena kali ini Indonesia sebagai tuan rumah, maka sightseeing pun diagendakan menuju Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang kemudian lanjut belenjong oleh-oleh menuju Blok M.

Pagi itu seluruh peserta TCC berkumpul di area loby tepat jam 07:00 pagi.
Lagi-lagi aku kebagian memandu team Thailand sebanyak 12 orang.
Set dah! Mau wisata apa mau ngangon nih *kambing kali*? Banyak amiiir.

Setelah team Thailand dipastikan berkumpul semua di loby dan nggak ada yang nyangkut di kamar, aku pun memandu mereka menuju Bis yang akan membawa kami ke TMII.
Bis yang kami naiki tidak hanya berisikan member Thailand, tapi ada juga dari UK dan Hungaria plus panitia tentunya.
Sebagai koordinator Bis, akika mau nggak mau kudu duduk paling depan sebelahan ama driver bis.
*om telolet om*
*halah*

Pagi itu keberangkatan kami diiringi hujan rintik-rintik yang membuat kota Jakarta sedikit basah. Agak was-was juga sih, soalnya TMII kan luas dan outdoor gitu, gimana kalo hujannya nggak berhenti? Basah-basahan donk jelong-jelongnya....
Meskipun kami sedia payung sebanyak mungkin, tapi sightseeing akan lebih nyaman kalo udara cerah kan ya^^
Setelah mengabsen satu persatu member yang ada di bis, kami pun melaju menuju TMII sambil terus berharap hujan cepat berhenti.

Hanya berselang 40 menit, kami tiba di pintu masuk TMII dengan cuaca sedikit mendung dan jalanan basah sehabis hujan pagi ini.
Hujan udah berhenti sih, tapi beberapa area masih basah, terutama Welcome Stage buat menyambut para peserta TCC harus dibersihkan dulu dari bekas air hujan.
Sambil menunggu para petugas membersihkan sisa air hujan, seorang pemandu dari TMII masuk ke dalam bis dan memandu kami sambil mengelilingi TMII.

Setelah puas berkeliling TMII dan menjelaskan beragam rumah adat khas Indonesia serta fasilitas lainnya, kami pun digiring *Nidji kali* menuju Museum Indonesia sebagai spot pertama sekaligus lokasi penyambutan.

Setelah turun dari Bis, seluruh peserta TCC berkumpul di pintu masuk museum yang mengambil bangunan bergaya Bali.
Beberapa sambutan dari pihak TMII menjadi pembuka acara kami pagi itu, dilanjutkan dengan pemberian akesoris kepala (ane lupa namanya) untuk cowok-cowok dan selendang berwarna kuning buat prempewi, sekaligus foto bersama setiap negara di depan pintu masuk museum.

[Team from Thailand]




[Cowok rambut coklat : "Mbakeeee, ekeu juga pengen donk dikasih selendang, jangan temen ane doank. Sini dooonk si mbak nyaa."
Baidewey, cowok ini kok ngingetin sama versi itemnya si....... ah, sudahlah]



Acara dilanjutkan dengan memasuki Museum Indonesia.
Seluruh peserta TCC dipandu ke dalam untuk melihat keragaman Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke, mulai dari pakaian adat, upacara adat, kebiasaan, budaya, hingga alat-alat rumah tangga yang biasa digunakan.

Seneng deh ngeliat turis asing yang antusias dengan budaya kita, terlihat dengan antusiasme mereka saat pemandu menjelaskan satu persatu.
Sayangnya, karena waktu kita terbatas, isi Museum Indonesia tidak dapat dijelaskan secara menyeluruh.

Guide : "Jadi arca ini memiliki makna bahwa para hanoman sedang berburu sambil berjodeg mengelilingi pohon. Nggak cuma kalian, monyet-monyet juga punya hasrat jadi artis Bollywood, cyiin."

Orang India : "Dan gue sebentar lagi bakal jadi ARCA juga gegara kelamaan nunggu ngana ngemeng kagak penting. Yang begini mah di gang deket rumah gue banyaaak keleus."



Secara keseluruhan, Museum Indonesia ini lengkap banget! Bahkan sampai 3 lantai isinya semua tentang Indonesia.
Tapi, entah karena pengunjungnya sedikit dan sepi, entah kurang pencahayaan, atau entah emang dari sananya udah serem, aku kurang suka lama-lama di sini.
Pokonya bikin perasaan nggak enak deh.
Apalagi banyak boneka dan patung lilin, pojokan yang suram, gelap dan dingin, bikin buru-buru pengen keluar dan menghirup udara segar serta limpahan cahaya matahari di luar sana
*ngibrit takut ketemu uka-uka*

Dari Museum Indonesia, sightseeing dilanjutkan menuju Rumah Adat Kalimantan Barat.
Kami disambut dengan welcome drink berupa minuman yang terbuat dari cinnamon, jahe dan beberapa rempah lainnya plus manisan lidah buaya.
*bungkus yang banyak buat di kosan*
#ternyatarakus

Di sini selain bisa memasuki rumah adat, peserta TCC bisa mencoba langsung baju adat dari Kalbar dan berfoto bersama.
Karena nampak ribet dan makan waktu, panitia merencanakan hanya dua orang cewek-cowok yang nyoba baju adat sebagai perwakilan lalu berfoto bersama member dari negara masing-masing.
Tapi, begitu mereka melihat temennya nampak ketjeh pake baju adat Kalbar, eeeh temen yang lainnya juga ikutan mupeng. Apalagi begitu dikasih senjata tombak dan tameng sebagai pelengkap baju adat, pada rebutan pengen nyoba.

Alhasil, SEMUA peserta pun ikutan nyoba baju adat^^

Acara menengok Anjungan Kalimantan Barat selesai, kita pun lanjut menuju Museum Reptil atau lebih terkenalnya dengan Museum Komodo.
Oia, sebelum lanjut menuju Komodo, rupanya member Thailand yang ane pandu malah nyasar ke tempat oleh-oleh dan pengen beli beberapa cinderamata.
Karena schedule kali ini nggak ada acara belenjong dan takut molor dari jadwal gegara kelamaan belanja, maka aku pun bilang sama orang-orang Thailand itu kalau acara belanja bakal diagendakan terpisah setelah pulang dari TMII, plus di luar sana harganya lebih murah ketimbang disini.

Setelah membujuk orang-orang Thailand dan beberapa orang Indihe yang teuteeuup bandel dan susah diatur, akhirnya seluruh peserta TCC ngesot untuk bertemu si Komo.

[Orang-orang India : "Ini Komodo apa Teletubbies? Pake PELUKAN segala."]



Agenda di Museum Komodo ini adalah selain melihat-lihat koleksi reptil dan amphibi yang diawetkan, kita pun berkesempatan melihat langsung Komodo asli dan bisa pegang langsung. Kebetulan, hari itu ada jadwal feeding si Komo, jadi sekalian bisa ngeliat atraksi si Komo lagi mamam chantieq.

Karena si Komo ini pemakan daging, maka buat prempewi yang lagi datang bulan, sebaiknya nggak deket-deket dese kalo nggak mau dicapluk gegara si Komo mencium bau darah.

Setelah melihat keseluruhan koleksi museum, kami pun dipandu menuju bagian luar museum dimana si Komo udah menunggu dengan manisnya di kandang. Si Komo berdiam diri di sebuah kandang yang dikelilingi kaca, sehingga semua pengunjung bisa melihat dengan jelas dari luar.

Entah karena lelah dan kepanasan akibat udara Jekardah yang lembab, entah kelaperan karena disuruh puasa seharian demi acara feeding hari ini, entah mungkin dia kelamaan jomblo, si Komo kelihatan memble dan nggak semangat.
Mungkin si Komo yang biasanya hidup di alam bebas dan kesana kemari mencari alamat palsu menerkam mangsa, sekarang cuma tidur-makan-melek-tidur lagi, jadinya nampak kurang bergairah.

Setelah peserta TCC berkumpul semua di depan kandang kaca, petugas pun bersiap memulai acara feeding.
Semula kupikir makanan yang bakal dikasih ke si Komo adalah sejenis ayam yang masih hidup, jadinya bisa ngeliat si Komo kejar-kejaran sama si Ayam, terus si Ayam ngumpet di balik pohon, trus si Komo ngejar lagi sampai pohon, trus si Ayam lari lagi, trus mereka kejar-kejaran di tengah hujan sambil joged india.
Terus aja gitu sampai si Komo ngalangin jalan dan bikin macet.
*trus lapor Kak Seto*

Ternyata, makanan yang dikasih ke si Komo adalah hewan yang udah mati.
And you know what kind of feed?
A baby goat!!!!
Bayi kambing.
Beneran bayi kambing yang masih keciiiil dan unyuuu banget.
Gile, ampe nggak tega ngeliat bayi kambing sekecil itu dilempar, dikoyak-koyak dan dilahap si Komo.

Dan acara feeding ini berlangsung dua kali.
Alias dua porsi orok mbee dilempar ke kandang si Komo.
*dan untuk beberapa waktu gue jadi nggak tega makan sate maranggi kambing*
*tapi kalo ditraktir nggak nolak sih*
#ternyatamukagratisan

Setelah acara feeding selesai, lanjut acara grepe-grepe si Komo alias boleh foto deket Komodo sambil pegang-pegang, tentunya didampingi petugas.
Ya siapa tau aja, si Komo tiba-tiba sensi digrepe-grepe sama orang asing.
Atau malah terlalu excited dan malah napsu ketika ada bule ketjeh deketin dia.
#ternyatadoyanbulejuga


[Komodo : "Eh, Mas Bule situ abis grepe-grepe akika kudu tanggung jawab yey. Di Indonesia kalo bukan muhrimnya ngegrepe-grepe, kudu dikawinin loooh."]




Cewek 1 : "Jadi menurut kamyu ini Komodo asli apa palsu? Gimana ngebedainnya ya?"
Cewek 2 : "Gampang, Say! Coba masukin aja tangan kamyu ke dalam mulut Komodo selama 5 detik, trus keluarin lagi. Kalo tanganmu masih utuh, berarti Komodo-nya palsu. Gampang kan, cyiin?"




Cowok : "Ayo, Dek! Sini ikutan elus-elus Komodo juga. Kapan lagi loooh."
Cewek : "Mbuh ah, Bang. Mending Adek ngelus-ngelus perut buncit yang di belakang, lebih empuk kayaknya. Komodo mah keras, nggak ada gregetnyaa."



Setelah kunjungan di Museum Komodo selesai, kami lanjut menuju anjungan Irian Jaya.
Disini seperti biasa kita bisa melihat seluruh kebudayaan mulai dari rumah asli Papua, ornamen tradisional hingga koteka.

Karena hari semakin siang, maka dari anjungan Irian Jaya, kami cuss menuju tempat makan siang yaitu sebuah restoran di tengah-tengah TMII yang namanya ane lupa *dipelototin petugas TMII*
Setelah berjalan kesana kemari jagain anak orang dari Thailand, gempor naik turun bis, sampe keringetan dan badan berbau nggak jelas, acara makan siang ini seolah-olah menjadi oasis di tengah padan gurun yang gersang dan memberikan kesegaran tersendiri *lebay*.

Kelar makan siang, masih ada satu anjungan lagi yang bakal kita kunjungi, yaitu Provinsi Bali.
Untungnya dari restoran cuma lima langkah, jadi tinggal ngesot dan nggak perlu naik-turun bis.
Setelah poto bareng, penjelasan mengenai adat-istiadat Bali dan meneguk farewell drink berupa es kelapa yang suegeeer, kami pun keluar meninggalkan TMII.

[Hope you enjoyed Indonesia, guys!]



FINISHED?
Oh ternyata tidak, pemirsah.
Meski kaki udah gempor dan keringat bercucuran sebadan-badan, masih ada satu agenda lagi yang kudu dilakukan : BELENJONG.

Kalo belanja dengan badan fit, kantong penuh, dan nggak perlu jagain anak orang sih, pastinya kita lakukan dengan senang hati sampai lupa waktu ya.
Tapi ini mah, udah badan dan kaki gempor, belom gajian plus honor panitia belom turun *ini yang paling nyesek sebetulnya*, dan kudu jadi pemandu juga.

Dari TMII kami menuju Blok M, tepatnya ke area cinderamata khas Indonesia.
Temenku bilang kalau yang murah dan lengkap adanya di Pasaraya, tapi risikonya adalah di sana banyak orang, padat dan potensi kepisah atau ketinggalan sangat tinggi, sodara-sodara.
Karena akika buta soal Jekardah dan nggak mau sampe kehilangan anak-anakku (baca : member Thailand yang ane guide), maka untuk lebih amannya kita tetap pada rencana semula : ke Blok M sajah!

Rupanya, di Blok M ini cinderamatanya MUAHAAAL!
Masa sendok dari kayu yang kecil aja harganya 75rebu, gantungan kunci sebungkus harganya 60rebu, gasing mainan dari kayu 30rebu. Kalo kayak gitu, apa kabar harga baju batik???
Rasanya jadi malu dan kesian sama member Thailand dan peserta dari negara lain, soalnya tadi waktu di TMII aku bilang kalau beli oleh-oleh di luar TMII bakal lebih murah.
Ternyata sama sajah!

Sekitar 90 menit kami habiskan untuk keliling mall dan supermarket buat beli oleh-oleh.
Untungnya, di lantai paling bawah ada supermarket yang jual camilan-camilan khas Indonesia dengan harga murah *standar harga Indomaret laah*, apalagi ada beberapa cinderamata khas Indonesia yang dijual lebih murah dari toko di atas tadi.
Salah seorang member Thailand sampe girang dan menunjukan gasing yang dia beli ke aku dengan harga muraaah banget, cuma 12rebu! *alhamdulillah ya, Mas dapet yang murah*

Melihat banyak turis asing belanja di supermarket, seorang staff supermarket *mungkin managernya* langsung menghampiriku dan ngasih sekotak kue khas Bali. Katanya, "Terima kasih ya mba, sudah belanja di sini."
Wewww! Rejeki anak soleh ;D
Nggak cuma dari staff supermarket, salah seorang member Thailand ngasih sebungkus Chitato sebagai ucapan terima kasih karena udah nganter *weew! life is never flat yo!*

Karena sebentar lagi waktu belanja habis, aku pun mengajak semua member Thailand buat kembali ke bis. Satu keuntungan yang amat sangat kusyukuri adalah orang-orang Thailand ini baeeek banget dan tertib alias gampang diatur.
Meski jumlah team mereka paling banyak dan awalnya aku rada khawatir takut nggak bisa megang orang sebanyak itu, tapi ternyata mereka kooperatif banget dan nggak nyusahin.
I love you, Guys!!! *peyuuk*

Beda banget dengan member India yang padahal cuma dua orang, tapi REMPONG AMIR!
Ngilang mulu, kayak anak kecil yang nggak bisa diatur, bahkan perlu dikasih guide 1 orang untuk 1 member India.
Bahkan mereka ngotot pengen ke tempat diving, ke tempat wisata lainnya yang lebih jauh, pokonya bikin capek deh. Temenku yang kebagian nge-guide India sampai ngeluh dan give-up.
*iketin orang-orang India biar kagak kabur lagi*

Sekitar jam 17:00 kami kembali ke hotel.
Setelah menyampaikan kalau kita bakal dinner jam 19:00, semua member Thailand dan negara lainnya, mereka pun kembali ke kamar masing-masing.
Fiuhh!
Selesai deh acara hari ini.
Alhamdulillah, semua lancar. So far so good.
Tinggal makan malam lalu bobo chantieq supaya besok bisa tampil prima untuk acara utama.

God nite and sleep well, guys :)

See you tomorrow at convention.




No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...