Traveling : Tunda Island

Awalnya hanya iseng-iseng dengan teman kantor yang bilang kalau ada open trip di salah satu komunitas backpacker dengan tema Liburan di Indonesia dan mengkhususkan pada destinasi ke Pulau Tunda, yaitu sebuah pulau kecil yang terletak di Laut Jawa, yakni di sebelah utara Teluk Banten.
Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang - Banten.

Berhubung aku memang rikues pengennya ke Pulau yang masih sepi, jadinya destinasi ke Pulau Tunda ini amat sangat pas.

Awalnya rencana ngetrip ini hampir gagal. Pasalnya, ada saja halangan dan rintangan yang bikin males dan mules buat ngetrip. Mulai dari transportasi menuju meeting point (MP) yang tidak jelas. Karena waktu janjian di MP adalah pagi-pagi buta, sedangkan bis paling pagi baru berangkat jam 5 [belum ngetemnya, belum macetnya], maka kita pun berencana sewa mobil.
Namanya ngetrip ala ransel, ya kudu hemat ya, jadinya sewa mobil pun batal karena biayanya hampir 5 kali lipat dari naik bis.

Untungnya, ada temannya temanku [halah, ribet] yang bersedia menampung 2 bolang ini untuk menginap di kosannya yang kebetulan dekat dengan meeting point.
Alhamdulillah ya, sesuatu banget.

Meeting point pertama di Terminal Kp. Rambutan.
Bersama rombongan yang lain, kami menuju meeting point berikutnya yaitu Terminal Pakupatan - Serang. Setelah kenalan dengan rombongan lain plus trip leader-nya [hai, mas-mas dan mbak tour guide yang gokil abis!], kami pun melanjutkan perjalanan menuju Dermaga Karang Antu untuk menyebrang menuju Pulau Tunda.

Rencana awal menyebrang dari dermaga menuju pulau sekitar jam 09:00 pagi.
Jadi sekitar jam 11:00 direncanakan tiba di pulau lalu lanjut snorkeling.
Tapi, berhubung ada gangguan teknis waktu mau menyebrang, rencana pun bergeser dari jadwal semula.
Kita harus nunggu sekitar 1 jam di dermaga karena katanya harus mengurus izin menyebrang ke Dinas Perhubungan.

Kalo ngurus-ngurus izin ke Pemerintah itu pasti lelet sih. Jadinya pasrah deh dan nggak bisa berbuat apa-apa.
Setelah semua urusan teknis beres, kami segera menuju Pulau Tunda dengan menggunakan perahu boat yang masih sangat tradisonal.
Terasa banget terombang-ambing di lautan luas dengan perahu kecil. It's so excited!

Rombongan saat itu berjumlah sekitar 30 orang dengan dua kapal, plus panita dan guide lokal.
Karena rencana yang bergeser, kami baru tiba di Pulau Tunda tepat siang hari. Acara snorkeling pun batal dan diganti dengan makan siang, istirahat dan sholat. Cuaca saat itu panas dan terik banget.
Tapi tentunya tidak membuat para pelancong ini kehilangan semangat.
Yang ada justru tambah excited begitu melihat wisata alam yang kaya akan hamparan laut, terumbu karang dan pemandangan alam yang seru.

Pulau Tunda ternyata memang masih belum banyak terjamah.
Berbeda dengan pulau-pulau lain di Kepualaun Seribu yang sudah tersedia beragam macam fasilitas seperti hotel dan penginapan ber-AC, kapal yang gede dengan jadwal penyebrangan yang pasti, tempat belanja oleh-oleh, dan banyak fasilitas lainnya.
Di Pulau Tunda, suasananya masih berupa desa yang alami. Penginapan ala homestay di rumah-rumah penduduk dengan kipas angin seadanya, tanpa tempat jualan oleh-oleh, dan kapal penyebrangan pun hanya ada jika ada yang request.
Tapi justru itu yang dicari!
Aku lebih suka tempat wisata yang masih sepi dan belum banyak terjamah.

Setelah beres makan siang, rapih-rapih dan istirahat, acara snorkeling yang tadi tertunda pun bisa terlaksana. Dan ini adalah pengalaman pertama aku snorkeling [haha].



6df17f8ec57cd91862393c253cd9c7ca_img-20140609-wa0030



Awalnya takut-takut dan bingung harus gimana, ditambah susah sekali saat mengendalikan fin (kaki katak) dan cara bernapas menggunakan mask. Awal-awal snorkeling hanya sibuk menyesuaikan badan dengan pelampung dan fin.
Hanya berani di pinggir kapal sambil pegang-pegang tali pembatas [lama-lama jadi penjaga tali deh saya].

Tapi begitu melihat pemandangan bawah laut yang penuh dengan terumbu karang yang elok dan ikan warna-warni yang berenang kesana kemari, lupa deh semua keribetan dan ketakutan itu.
Langsung keasikan snorkeling dan melihat-lihat pemandangan bawah laut.

Setelah puas snorkeling [belum puas sih sebenarnya], kami semua kembali ke kapal sekitar pukul 05:00 sore. Berikutnya adalah acara melihat sunset di tepi pantai.
Seluruh rombongan langsung menuju ujung Pulau dengan berjalan kaki. Hebatnya, meskipun masih berupa perkampungan alami, jalan-jalan setapak yang hanya bisa dilalui motor, sudah dipasangi paving block hingga ke ujung pantai. Jadinya, tidak ada acara bechek-nggak-ada-ojheck, dan jalan-jalan pun terasa menyenangkan. Setelah foto-foto di pantai, melihat sunset, plus makan bakso dengan ditemani pemandangan laut yang indah, aku pun sempat mencoba naik ke mercusuar yang ada di dekat pantai.
Tangga mercusuar yang curamnya naudjubilah ini tidak menyurutkan semangatku untuk terus mendaki.

Sayangnya, belum juga setengah jalan menuju puncak mercusuar, bapak-bapak petugasnya nyuruh kita turun karena mercusuarnya mau dinyalakan.

Pulang dari pantai, langsung bersih-bersih, mandi dan rapih-rapih untuk makan malam.
Sayangnya, di homestay yang kita tempati cuma ada 1 kamar mandi plus kamar mandi tambahan dengan pintu yang cuma pake gorden. Padahal orang yang menginap ada lebih dari 15 orang!
So, bisa dipastikan ngantri mandi pun lama. Bahkan kita harus mandi berdua-dua supaya nggak nambah antrian. Tentunya dengan sesama jenis lah yaw.

Selesai mandi, acara barbeque pun dimulai. Karena kelamaan mandi, tahu-tahu barbeque pun sudah matang dan ikan-ikan bakar yang bikin air liur menetes sudah siap disantap.
Entah karena capek habis snorkeling atau memang pada dasarnya rakus [HA!], ikan bakar pun habis dilahap oleh semua orang.

Perut kenyang, berikutnya adalah acara pelepasan lampion.
Acara pelepasan lampion ini awalnya lancar-lancar saja ketika tour guide memberikan tutorial cara menyalakan dan melepaskan lampion ke laut.
Tapi, begitu tiap kelompok dibagi lampion, kacau deh.
Ada yang lampionnya terbakar, ada yang begitu dilepas ke laut langsung nyebur [bukannya terbang], dan banyak lagi.
Kelompokku sendiri gagal sampai dua kali. Dua lampion berturut-turut nyebur dengan cantiknya ke laut.

Acara hari pertama pun ditutup dengan tidur, sekaligus simpan tenaga untuk snorkeling besok.

Besok paginya, pagi-pagi sekali aku dan temanku pergi mengejar sunrise di ujung dermaga.
Pemandangan laut lepas dengan ditemani matahari yang masih malu-malu muncul, betul-betul membuat semakin excited!
Berhubung angin gelebug yang terus bertiup dan khawatir masuk angin, kami pun pulang dan bersiap-siap untuk snorkeling.
Karena mau snorkeling pagi-pagi jadinya tidak usah mandi.
Sarapan tentunya wajib, supaya snorkeling makin semangat.

Satu yang membuat betah saat ngetrip kemarin adalah masakannya yang enak.
Entah memang lagi lapar atau memang makanannya yang enak, tapi beneran nikmat deh. Semua makanan dimasak oleh Ibu-ibu penduduk lokal yang ada di Pulau Tunda.
Tentunya masakannya tidak jauh dari masakan rumah, tapi asli enak lho.
Mulai dari menu ikan bumbu balado, sayur sop, ikan bakar & asap, tempe goreng, nasi goreng, hingga sayur asem plus buah semangka sebagai penutupnya.

Terima kasih untuk semua Ibu-ibu yang sudah masak makanan yang enak-enak ini.

Sarapan beres, lanjut menuju kapal untuk snorkeling bagian kedua.
Saat perjalanan menuju spot snorkeling, beruntung kami bisa melihat lumba-lumba berenang bebas di lautan. Lucunya!
Senang dan excited banget deh melihat lumba-lumba di laut bebas begitu, kan biasanya juga hanya lihat di sea world atau sirkus.

Begitu tiba di spot snorkeling, langsung nyebur deh.
Kali ini karena sudah terbiasa menggunakan fin dan mask, snorkeling pun jadi terasa amat sangat menyenangkan. Malahan, sampai lepas pelampung karena pengen bebas bergerak.
Temanku yang awalnya mengira aku tidak bisa berenang, langsung panik begitu lihat aku nyebur tanpa pelampung. Katanya, takut aja begitu aku nyemplung nggak keluar lagi malah blup..blup..bluppp [kelelep maksudnya].

Tapi ternyata, yang dikhawatirkan malah cuek dan anteng berenang kesana kemari sampai lupa waktu saking senangnya melihat pemandangan bawah laut.
Laut di Pulau Tunda sangat bersih, meskipun di pesisir pantainya cukup banyak sampah.
Tapi, di sekitar spot snorkeling lautnya bersih dan airnya pun jernih. Foto-foto underwater pun bisa diambil dengan jelas dan cantik! Terumbu karangnya bagus, terawat dan banyak ikan tropis yang tidak malu-malu berenang bersama.



2fee0cb36b2b158fa95a9920840fc87b_10388594_801034566582954_9010653546634524081_ncopy
(ada ikan Nemo juga)



Snorkeling di hari kedua amat sangat menguras tenaga, karena memang sengaja dipuas-puasin untuk menjelajah bawah laut Pulau Tunda. Sekitar tengah hari kami semua kembali ke homestay untuk bersih-bersih dan persiapan packing untuk pulang.

Karena kemarin sempat rebutan kamar mandi dan mengantri lama untuk dapat giliran mandi, aku, temanku dan genk-nya menggunakan strategi yaitu begitu kapal berlabuh di dermaga, kami semua buru-buru turun dan ngacir ke kamar mandi tanpa ba-bi-bu.
Yang bikin ngakak adalah ketika temanku dan temannya yang lain lari-larian dan susah payah sampai keringatan tiba di homestay, ternyata pintu depan dikunci pleh pemilik rumah.
Melihat jendela yang terbuka, orang-orang kalap ini pun tanpa pikir panjang masuk rumah lewat jendela [untung nggak dilemparin dan disangka rampok].
Aku yang baru masuk belakangan untungnya ngeh pintu samping tidak dikunci, jadinya tidak perlu jadi perampok dadakan. Haha.

Selesai mandi, langsung makan siang, sholat dan packing untuk persiapan pulang.
Sekitar pukul 14.00 kami semua mulai naik ke kapal masing-masing untuk siap-siap menyebrangi lautan menuju Pulau Jawa lagi. Karena sudah kecapean snorkling plus digoyang-goyang di kapal dengan semilir angin laut, semua orang pun tepar dan ketiduran di kapal.

Pukul 17.00 kami kembali ke Dermaga Karang Antu, lalu menuju Terminal Pakupatan - Serang.
Setelah sambutan akhir, salam-salam, briefing penutupan, cipika-cipiki, semua rombongan pun bubar dan menuju rumah masing-masing.

Anyway, secara keseluruhan aku puas dengan trip kali ini. Panitia tour amat sangat ramah dan gokil abis, mereka pun selalu melayani dengan senang hati. Tentunya masih banyak kekurangan di sana sini, tapi secara keseluruhan aku benar-benar menikmati trip kali ini.



f41598d7ca8c60eb053f1871f4e11782_10426725_801036393249438_1928184337896348252_ncopy


Meski hanya traveling ke tempat yang tidak terlalu jauh, tapi Pulau Tunda bisa menjadi salah satu rekomendasi untuk liburan.
Kalau kalian ingin coba berlibur ke tempat lain, dan bingung mau cari info tour kemana, bisa loh coba ke HIS Travel Indonesia apalagi di HIS ada Domestic Tour Package. Dijamin pasti liburan kalian akan seru!
Kalau di Tunda hanya ada penginapan homestay penduduk lokal, di destinasi liburan lainnya tentu kalian perlu hotel kan?
Bisa ke sini juga.



And last, thank you so much to all crew tour guide yang gokil [Mas Sobar dan Mbak Aghi yang keren abiss], Mas Alay yang penduduk asli Tunda, thanks atas privat kilat snorkelingnya, Ibu-ibu yang sudah memasak makanan enak selama kami homestay, dan tentunya seluruh penduduk desa di Pulau Tunda yang tidak keberatan tempatnya kami acak-acak.

Semoga bisa kembali ke sana lagi.


Blog ini diikutsertakan pada Blogger Competition yang diadakan oleh HIS.





No comments:

Post a Comment

Are you listening?

 “Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut, bukankah itu berarti kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada bicara?” Saya sering deng...