近況報告(kinkyou houkoku)

近況報告 (kinkyou houkoku) atau current situation report
alias update status terkini saya
hahah
#PENTING

Tidak banyak yang berubah, hidup saya masih seperti biasa, random.

Beberapa bulan terakhir ini saya mulai mengurangi beli anime goods dan pergi ke anime event kayak pop up store atau collabs café dan sejenisnya.
Kalau pergi ke Seiyuu (voice actor) event masih tetap saya lanjutkan, karena dapet tiketnya saja harus bertapa di Gunung Galunggung, jadi ngga bisa sering-sering pergi.

Satu bulan saya ngga jajan anime goods atau ke collab café saja, bisa nabung cukup banyak ternyata! 
Apalagi saya berencana pengen ngebolang ke Kyushu dan Shikoku di akhir tahun ini.
Bukan ngebolang miskin, tapi pengen yang rada-rada fancy.
Nginep di Ryokan (penginapan tradisional Jepang) yang ada onsen-nya (hot spring), nginep di hotel yang breakfast dan dinner-nya enak dan pergi dengan moda transportasi yang bagus, cepat dan nyaman.
Pokoknya manjain diri setelah satu tahun ini berjuang keras bertahan hidup #TSAH!

Saya juga mulai belajar Bahasa Jerman sejak April lalu pakai aplikasi di smartphone.
Karena belajarnya kayak main game, alhamdulillah saya bisa belajar lebih dari 200 hari nonstop tanpa pernah bolos seharipun
#potong tumpeng

Kenapa Bahasa Jerman?
Ngga tau. Haha.
Rasanya pengen nambah lagi satu Bahasa aja.
Setelah Bahasa Indonesia, Inggris lalu Jepang dikuasai, mungkin otak saya yang jarang dipake ini bakal lebih hidup kalau ditambahin belajar Bahasa asing lainnya.
Tetiba saya teringat teman lama yang sekarang menetap di Jerman, mungkin karena itu saya pilih Bahasa Jerman, dan woila tau-tau saya jadi cuap cuap ich bin Izumi, tchuss! haha.

Saya masih menyimpan Impian saya untuk pergi ke Eropa, entah itu England, German, Prancis, Belgia, dsb.
Meski makan waktu bertahun-tahun, pelan tapi pasti saya akan menabung dan mewujudkannya.
Supaya bisa menginjakkan kaki di salah satu atau beberapa negara itu.
Siapa tau ada rejeki ke German, kan setidaknya saya bisa pesan kopi pake Bahasa lokal #penting

Tapi sebelum itu, saya ingin mengajak Ibu saya ke Jepang.
Menikmati keindahan dan keunikan Jepang, melihat bagaimana keseharian dan lingkungan tempat saya tinggal, serta membawa banyak cerita dan pengalaman (dan oleh-oleh pastiny)
Semoga dalam waktu dekat bisa terwujud.
Amin.

Ayah saya beberapa bulan lalu terkena stroke, dan sampai sekarang belum bisa bicara.
Jalan pun susah, ke kamar mandi pun harus dibantu, walaupun makan bisa sendiri.
Jujur, saya tidak merasakan apa-apa saat tahu ayah saya kena stroke.
Apalagi dengan semua yang sudah dia perbuat, mungkin itu karma untuk dia…
Tapi, yang saya khawatirkan justru Ibu saya, padahal saya ingin Ibu saya bebas dan menikmati hari tuanya dengan tenang dan nyaman, bukannya harus ngurus orang sakit yang sudah banyak menyakiti kami.

Anyway, Ibu saya juga bilang ingin umroh.
Saya berikan semua tabungan saya (untuk ke Eropa) supaya Ibu bisa umroh.
Tadinya beliau akan umroh dengan ayah, tapi dengan kondisi ayah yang tiba-tiba seperti itu, nampaknya Ibu akan umroh bareng temannya.

Kalau Allah mengijinkan, mungkin tahun depan setelah Ibu pensiun, beliau akan pergi umroh.
Dan kalau ada rejekinya, semoga setelah itu saya bisa mengajak beliau liburan ke Jepang.
Amin.

Anyway, kembali ke hobi anime, saya juga mulai mengurangi atau mungkin tepatnya menghentikan pergi ke event anime dengan teman-teman saya yang biasa pergi bareng.
Entah kenapa saya lagi ngga mau ketemu mereka.
Mungkin saat terakhir kami hengot waktu nonton Kimetsu no Yaiba movie bulan Juli lalu, masih menyisakan rasa nyesek dan sakit hati.
Males aja ketemu dan hengot sama mereka, lagian kalo pergi bareng pun palingan mereka ngobrol di dunianya mereka, membahas tempat kerja mereka yang saya sama sekali ngga kenal dan bingung harus nimbrung gimana, dan mereka menghubungi saya kalau lagi ada maunya dan ada perlunya saja.
 
Males.

Lagian, saya lebih suka pergi sendiri.
Bebas mau lama-lama di satu spot, bebas mau ngambil foto/video bareng nendroid saya berlama-lama, ngga harus sungkan karena ada yang nungguin saya ngambil foto, saya juga bebas kalau tiba-tiba mengubah plan.
Ngga usah dengerin ocehan dan curhatan mereka yang kebanyakan julidin teman-teman kerja mereka di dunia yang saya ngga tau sama sekali.
Memang lebih enak pergi sendiri kemana-mana.

Mungkin sampai akhir tahun ini saya ngga mau ketemu mereka dulu.
Kalau nanti berganti tahun, kalau saya masih males ketemu mereka, ya udah ngga usah ketemu seterusnya.
Toh saya ngga rugi, malahan saya jadi merasa lepas beban.

Then, kondisi kesehatan saya alhamdulillah tidak begitu menghawatirkan.
Saya masih menjalankan aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Saya masih minum obat untuk menekan fibroid rahim di badan saya.
Bulan Desember nanti saya akan istirahat minum obat, karena kata dokter setelah 6 bulan berturut-turut minum obat, harus rehat dulu beberapa waktu.
Setelah itu baru lanjut lagi minum obat.

Saat saya berencana operasi bulan Agustus lalu, salah satu teman kuliah saya mengirim LINE karena menghawatirkan saya.
Dan ketika operasi saya tidak jadi, dia yang saya kabari paling dulu setelah ibu saya.
Rasanya saya kangen main dengan teman yang seumuran.
Teman kuliah, teman SMA dan teman kerja di tempat lama.
Main dengan orang yang lebih muda, saya tidak mengerti dunia mereka.
Main dengan orang yang lebih tua pun, saya terlalu sungkan untuk masuk ke dunia mereka.
Capek.
Jadinya saya kangen dengan teman-teman seumuran saya, dimana saya bisa menikmati dunia yang sama dengan mereka.

Tucchan, Oeng, Bulan, Chori, Miho, Adock, Ika, Icha, Niet dan tentunya Ibu saya.
I miss you all so much.



A quiet morning walk in Kamakura

Saya cukup sering ke Kamakura karena tidak jauh dari rumah, sekitar 1 jam 30 menit ditempuh dengan kereta.
Tapi saya baru sadar kalau belum pernah menulis tentang Kamakura di blog.
Mungkin karena sudah posting di Instagram yang sat set dan singkat, jadinya agak malas kalau harus menulis dan posting di blog. Haha.

Padahal banyak sekali yang bisa diceritakan tentang Kamakura, yang tidak pernah membuat saya bosan meski sering pergi kesana.

Beberapa hari yang lalu, saya pergi (lagi) ke Kamakura.
Berbeda dengan jalan-jalan ke Kamakura yang pernah saya lakukan, kali ini saya ke Kamakura di pagi hari.
Beneran pagi hari, bahkan saat matahari belum terbit, saya sudah ngejar kereta pertama!
Tujuan saya ke Kamakura pagi-pagi buta adalah untuk menghindari kerumunan orang dan over tourism, yang akhir-akhir ini jadi issue di Jepang setelah pandemi korona berakhir.
 
Sekitar jam 5:40 AM, saya sudah standby di stasiun terdekat dari rumah, menunggu kereta datang. Sebenarnya saya tadinya mau pergi dengan kereta paling pertama yang berangkat jam 5:24 AM, tapi karena kereta ini adalah kereta local alias berhenti di tiap stasiun yang mana bakal lama banget nyampenya, maka saya putuskan menunggu kereta berikutnya yang Express.

Sekitar jam 6:43 AM saya tiba di Fujisawa Station dengan kereta Odakyu-Line. Dari sini saya ganti kereta yaitu Enoden Train, kereta lokal yang iconic banget dengan warna hijau-nya (ada yang warna ungu juga sih) yang akan membawa saya ke Kamakura.
FYI, Kamakura terletak di Kanagawa Prefecture, berada di sebelah kota Tokyo.

                                                  (Fujisawa Station at 6:43 AM)
                    
Hari Sabtu pagi, Enoden Train masih kosong, suatu pemandangan yang sangat langka.
Saya pun masuk ke gerbong paling belakang dan memilih kursi di sisi kiri, supaya bisa melihat jendela di sisi kanan.
Kenapa? Karena di jendela sisi kanan nanti, kita bisa melihat laut!

Tadinya saya mau langsung ke Kamakura Station, tapi mumpung sudah naik Enoden, saya berhenti dan mampir dulu di Kamakura Koukoumae Station.
Ada apa di sana?
Ada tempat legendaris bagi pecinta anime, khususnya anime Slum Dunk!

Yup!
Tidak jauh setelah keluar dari Kamakura Koukoumae Station, dengan berjalan kaki sekitar 50 meter, kita akan melihat perlintasan kereta api dengan view laut di seberangnya, yang juga akan kita lihat di opening anime Slam Dunk.
Dimana sang tokoh utama, Hanamichi Sakuragi melambaikan tangannya dengan view perlintasan kereta api, laut, lengkap dengan Enoden Train warna hijau melintas.

Bagi penggemar Slam Dunk, tempat ini wajib fardu’ain untuk dikunjungi.
Sayangnya, karena movie yang rilis beberapa tahun lalu membludak dan Slam Dunk fever kembali lagi, jadi banyak turis baik orang Jepang atau luar Jepang yang mengunjungi tempat ini.
Perlintasan kereta ini sebenarnya bukan tempat wisata, hanya tempat umum di sekitar perumahan lokal, sehingga banyak yang mengeluhkan turis yang ngga bermoral, nyampah, berisik, bahkan membahayakan, karena banyak yang berdiri di tengah jalan pengen berpose dan berfoto supaya sama kayak Hanamichi.

                          (Perlintasan kereta api yang terkenal karena anime Slam Dunk)

Anyway, karena saya datang pagi-pagi banget, saat itu masih sepi.
Ada dua-tiga orang turis Tiongkok (atau Taiwan/Hongkong?) yang berada di situ.
Kalau saya datang siang bisa puluhan orang bejubel disitu. Hahah.
Setelah saya mengambil beberapa foto dan video, saya menyebrang ke arah laut untuk sekedar menikmati angin laut dan suara ombak di pagi hari.

                                                  (Kamakura Beach di pagi hari)
            
Setelah puas menikmati laut, saya kembali ke stasiun untuk melanjutkan perjalanan.
Karena tadi pergi subuh dari rumah, saya belum sempat sarapan.
Daripada pingsan salatri di Kamakura, saya memutuskan untuk sarapan dulu.

Perhentian berikutnya adalah Hase Station, 15 menit dengan Enoden dari Kamakura Koukoumae-station. 
Beberapa hari yang lalu, saya menemukan tempat sarapan dengan menu masakan Jepang tradisional dan tempatnya terlihat nyaman saat merencanakan jalan-jalan ke Kamakura.

Nama tempatnya Asa Gohan-Ya Rakuan.
Asa Gohan artinya makan pagi.
Dari Hase station tinggal jalan kaki sekitar 5 menit.

Begitu saya tiba di Rakuan, ternyata ini adalah penginapan dimana dia open breakfast untuk pengunjung selain tamu yang menginap.
Kebetulan hari itu, cuma saya yang sarapan di jam breakfast paling pagi (jam 8 AM).
Jadinya saya berasa booking satu resto di pagi hari, cuma ada chef dan owner (yang datang belakangan).


Menu pagi itu adalah nasi, ikan shirasu kecil, ikan bakar, tamagoyaki (telur dadar gulung), miso soup, beberapa asinan, bahkan dikasih desert berupa shiro-dango (kue beras).
ENAK BANGET!
Saya makan sampai ludes, sampai semua piringnya bersih.
Thank God, nemu tempat sarapan yang nyaman dan enak, sepi dan tenang pula.
Ditambah chef dan owner-nya friendly banget.


Setelah perut kenyang, saya melanjutkan perjalanan menuju Hasedera Temple, cukup jalan kaki 7 menit dari tempat sarapan.
Karena masih jam 9 pagi, Hasedera Temple masih sepi.
Saya menuju tempat penjualan tiket otomatis, membeli tiket untuk dewasa seharga 400 yen, lalu menuju pintu masuk.

Hasedera Temple atau biasa disebut Hase-kannon adalah salah satu kuil Buddha di kota Kamakura yang terkenal karena menyimpan patung kayu besar Jūichimen Kannon, manifestasi Bodhisattva Kannon berkepala sebelas.


Begitu memasuki area Hasedera, kita disambut dengan taman yang cukup luas, lengkap dengan kolam serta air mancur dan ikan koi gede di dalamnya.
Saya menjelajah seisi temple dan mengunjungi berbagai area, seperti Nagomi-jizo (Nagomi : peaceful, relaxing), Benten-kutsu Cave, Kannon-do Hall, Kannon Museum, Obervation Platform, dan banyak lagi.

                                                              (Nagomi-jizo)

Di area Kannon-do hall yang menjadi main area, terdapat patung budha ukuran massif hingga ke atap temple dan dan sangat megah.
Karena area ini adalah tempat ibadah, jadi tidak boleh difoto/video.

                                                      (The Kannon-do Hall)

Sekitar jam 10:30, saya selesai menjelajahi Hasedera temple.
Tidak semua saya explore, karena energi saya mulai lowbat (hahah).
Begitu saya keluar dari gerbang Hasedera, para turis asing bejubel di depan main gate bersiap untuk masuk.
Fiuuuh, untung saya datangnya pagi, jadi tidak terlalu ramai.

                                               (Hasedera Observation Platform)

Dengan energi yang tinggal 2%, saya melanjutkan perjalanan ke The Great Buddha.
Tadinya mau udahan aja, karena udah mulai pusing dengan kerumunan orang yang makin siang makin rame.
Tapi, karena dari Hasedera ke The Great Buddha cuma jalan kaki 7 menit, ya udahlah ya nanggung, sekalian aja kesana.

Di The Great Buddha saya membeli tiket masuk dewasa 300 yen per orang, dan seperti yang sudah diprediksi, disana sudah mulai rame.
Akhirnya saya hanya melihat patung budha yang gede banget itu, mengambil beberapa foto dan video, lalu pulang menuju Hase Station.

                                               (The Great Buddha Kamakura)

Dari Hase Station saya menuju Kamakura Station dengan Enoden Train.
Tidak ada tempat atau spot yang mau saya kunjungi di Kamakura, saya hanya mau membeli beberapa makanan yang wajib saya bawa pulang kalau lagi ke Kamakura, yaitu dry fruits dan nuts.

Ada toko khusus yang masing-masing jual dry fruits dan nuts di Komachi-dori Kamakura.
Dan saya suka sekali keduanya. Enak dan unik.
Di toko dry fruits saya membeli orange, lemon dan mini tomato.
Sedangkan di toko nuts saya membeli caramel cashew, miso peanut, sugar peanut dan banyak lagi. Di tengah jalan pulang menuju Kamakura station, saya melihat ada yang jual 100% beef minced cutlet, yang kayaknya enak banget, jadi saya bungkus dua biji buat dibawa pulang.

                                                 (Oleh-oleh dari Kamakura)

Sebenarnya saya tadinya mau lunch di sekitaran Kamakura atau Kita-Kamakura.
Ada kedai sushi yang saya incar disana.
Tapi, berhubung energi saya udah benar-benar lowbat, ditambah kerumunan turis yang makin banyak, akhirnya saya nyerah dan pulang.

Dari Kamakura station saya menuju Fujisawa station dengan Enoden train, lalu lanjut lagi dengan kereta biasa menuju rumah.

Cape, tapi seru dan menyenangkan!
Kamakura memang ngga pernah ngebosenin.
Dan bucket list saya menjelajah Kamakura di pagi hari pun terwujud.
Terima kasih untuk pagi hari yang indah, cuaca cerah dan nyaman, serta makanan enak hari ini😊
                                                (Thank you for this beautiful morning)



Fibroid

Hampir 6 bulan sejak saya didiagnosa adanya Fibroid Rahim di badan saya. 
Untuk yang baru pertama kali mendengar tentang Fibroid Rahim, sila tanya Mbah Gugel :)

Saat itu akhir April 2025, memasuki pertengahan musim semi sekaligus libur Golden Week di Jepang. Beberapa bulan terakhir saya merasa asam lambung di perut semakin parah, bahkan sampai bikin saya tidak bisa tidur.
Hampir setiap pagi saya bangun tidur bukan karena alarm, tapi (terpaksa) bangun tidur karena asam lambung yang naik sampai kerongkongan, dada panas, tenggorokan gatal dan batuk kering, serta gas berlebihan dalam perut. 

Awalnya saya pikir hanya asam lambung dan sakit maag biasa, sehingga saya cukup meminum obat yang dijual di apotek.
Karena semakin lama rasanya semakin parah, akhirnya saya mencari klinik/dokter spesialis lambung di dekat rumah.

Saat pertama kali berobat, Dokter mengatakan kalau perut saya sangat keras dan menggelembung. 
Beliau pun menyarankan untuk pengecekan menggunakan kamera lambung agar bisa dicek lebih detail.

Di kunjungan berikutnya, saya pun mengikuti saran dokter untuk pengecekan menggunakan kamera lambung. 
Setelah hasil pemeriksaan kamera lambung keluar, dokter bilang, ada banyak garam (saya kurang mengerti garam yang seperti apa) di dalam lambung saya, sehingga menyebabkan produksi gas dan asam lambung berlebih.
Ketika Dokter memperlihatkan foto hasil kamera lambung, terlihat banyak serbuk berkilauan di dalam lambung saya.
Dokter bilang dengan minum obat rutin selama satu bulan, garam di lambung saya akan hilang dan sembuh.

Tapi, ternyata ada satu lagi yang menjadi concern Dokter.
Beliau bilang di dalam perut saya ada sesuatu yang cukup besar, dan ditakutkan justru itu yang menjadi penyebab utama asam lambung dan sakit maag saya.

Karena sesuatu itu adanya berakar dari perut bagian bawah dan rahim, Dokter menyarankan saya untuk periksa ke rumah sakit pusat dan bagian Ginekologi.
Kebetulan hari itu saya mengambil cuti seharian, dan rumah sakit pusat bisa ditempuh dengan jalan kaki 8 menit dari klinik.
Saya pun langsung ke rumah sakit dengan membawa surat rujukan dari klinik.

Setelah menunggu cukup lama (maklum, saya datang tiba-tiba tanpa booking terlebih dahulu), akhirnya saya menemui dokter bagian Ginekologi, namanya Dokter Kudo. 
Saya diminta periksa menggunakan USG dan terlihat ada benda asing cukup besar di bagian rahim saya.

Dengan sangat jelas, Dokter mengatakan kalau itu adalah Fibroid Rahim.
Beliau pun kaget kenapa ukurannya bisa sampai sebesar itu (mungkin ukurannya sekitar sebesar melon), dan menanyakan sejak kapan saya merasakan gejalanya.

Karena saya tidak pernah menyangka kalau itu Fibroid Rahim, bahkan baru pertama kali mendengar namanya di hari itu, saya pun tidak bisa menjawab dengan pasti.
Saya menjawab, mungkin beberapa bulan atau bisa jadi beberapa tahun yang lalu……

Selama ini saya memang merasa kalau perut saya membesar, tapi saya hanya berpikir mungkin saya bertambah gemuk.
Atau mungkin asam lambung dan gas yang berlebih, sehingga perut saya membesar.
Walaupun kadang saya merasa aneh, kenapa perut saya membesar tapi tidak balance dengan ukuran keseluruhan badan saya.
Kalau memang saya bertambah gemuk, harusnya bagian lain pun ikut membesar, tidak hanya perut.
Apalagi saat menjelang menstruasi, perut saya makin membesar sampai saya malas keluar rumah karena tidak hanya sakit perut, bahkan saya sampai sakit pinggang, punggung dan sesak napas saking besarnya perut saya.
Terkadang saya pun sampai bingung harus pakai baju apa karena tidak ada yang nyaman saat perut saya kambuh.

Beberapa tahun lalu, saya pernah beberapa kali sakit perut di bagian bawah.
Sakit yang amat sangat membuat saya menderita, bahkan saya sampai pingsan dan harus bed rest selama 10 hari lebih.
Saat itu saya masih tinggal di Indonesia, dan saya juga periksa ke dokter, klinik serta rumah sakit.
Tapi tidak ada yang bilang kalau itu Fibroid Rahim atau sesuatu yang berhubungan dengan penyakit di rahim.
Mereka hanya memberi obat pereda nyeri.

Tiap kali saya menstruasi, darah yang keluar cukup banyak.
Lima hari pertama menstruasi, saya harus pakai pembalut malam sepanjang hari.
Karena saya tidak tahu orang lain mengeluarkan berapa banyak darah saat menstruasi, dan saya pun tidak pernah menanyakannya, saya pikir darah menstruasi yang keluar dari badan saya normal, orang lain pun memang sebanyak itu kali ya, pikir saya.

Di bulan Juli lalu, Dokter menyarankan saya untuk operasi di bulan Agustus.
Setelah banyak persiapan serta beragam tes/pemeriksaan untuk menghadapi operasi, satu minggu sebelum operasi, dokter membatalkan operasi saya.
Alasannya karena obat yang saya konsumsi bisa menekan Fibroid dan efek samping obat pun tidak terlalu membebani badan saya.
Sedangkan kalau operasi, akan meninggalkan bekas luka yang cukup besar di perut, serta pemulihan yang cukup lama, ditambah lagi damage setelah operasi yang akan membebani badan.

Saya diberi obat penekan hormon yaitu Relumina, agar Fibroid bisa mengecil, mengurangi beban serta sakit ke badan.
Diminum satu kali setiap hari tanpa bolos satu kali pun.
Efek samping obat ini sama seperti gejala menopause, yaitu badan tiba-tiba merasa gerah dan panas berlebihan hingga mengeluarkan banyak keringat, sakit kepala, dan emosi yang tidak stabil (bisa tiba-tiba sedih, bisa tiba-tiba tidak bersemangat dan down).
Tiga efek samping di atas sering saya alami.

Sudah hampir 6 bulan sejak pertama kali saya minum obat Relumina.
Karena obat ini tidak boleh dikonsumsi lebih dari 6 bulan secara berturut-turut, maka di bulan Desember nanti Dokter akan menghentikan pemberian obat ini.

Setelah istirahat minum obat untuk beberapa waktu, Dokter akan menginstruksikan untuk mulai minum obat lagi.
Karena Fibroid di badan saya sangat besar, mungkin butuh waktu lama untuk mengonsumsi obat.

Kalau sekarang saya mengingat kembali, sakit perut berlebihan saat itu, beberapa tahun yang lalu itu, darah menstruasi yang amat sangat banyak tiap bulan, perut yang membesar tapi bukan kegemukan, sakit pinggang dan punggung, bahkan hingga menekan lambung yang berujung asam lambung naik dan gas berlebih, yang ternyata semua itu karena Fibroid Rahim yang bersarang di perut saya dan semakin besar.

Selain diagnosa Fibroid Rahim, Dokter juga mengatakan kalau misalkan saya sampai harus operasi, bisa ada dua kemungkinan tindakan operasi, yaitu operasi kecil dengan hanya mengambil bagian Fibroid-nya atau operasi besar dengan pengangkatan rahim.
Yang berarti saya tidak bisa punya anak.
Bahkan dengan ukuran Fibroid yang ada di badan saya sekarang pun, meski tidak operasi pun, akan sangat berisiko untuk punya anak.

Setelah pemeriksaan dan diskusi dengan Dokter selesai, saya pun pulang.
Saat jalan kaki dari rumah sakit menuju halte bis terdekat, entah kenapa saya tiba-tiba menangis.
Saya menangis sejadi-jadinya sepanjang jalan menuju halte bis.

Padahal saat Dokter mendiagnosa saya, saya sama sekali tidak merasakan apa-apa.
Tapi entah kenapa, saat itu saya merasa kesal.
Saya menangis karena kesal.
Kesal, kenapa tidak dari dulu saya mengetahui kalau ada ‘sesuatu’ di badan saya.
Kesal, kenapa saat di Indonesia, tidak ada satupun dokter atau rumah sakit atau klinik yang saya kunjungi, yang memberi tahu saya lebih cepat tentang semua ini.

Kadang saya berpikir, kalau saja waktu itu, saat saya masih di Indonesia, saat Fibroid di badan saya masih tidak terlalu besar, bahkan belum mengganggu aktivitas sehari-hari, kalau saja cepat diketahui dan cepat diambil tindakan, meski sedikit, apakah hidup saya akan berbeda dari yang saya alami sekarang?

Saya menyeka air mata saya karena bis yang saya tunggu sudah datang.
Saya pun pulang dan menarik napas panjang, mempersiapkan diri untuk menghubungi Ibu saya tentang semua ini.


近況報告(kinkyou houkoku)

近況報告   (kinkyou houkoku) atau current situation report alias update status terkini saya hahah #PENTING Tidak banyak yang berubah, hidup saya...